☁️ Cake ☁️

1.1K 216 33
                                    

"CIEEEEEE"

Haruto nyaris menjatuhkan kue buatan mamah Dahyun setelah dikagetkan oleh teriakan Nako yang berdiri tepat di belakangnya.

"Dia naksir kamu, ya?" goda Nako sambil menoel-noel pinggang Haruto. Entah mengapa malah dia yang kelihatan bersemangat sekali.

"Iya kali? Aku kan ganteng, jadi wajar banyak yang demen."

Nako melunturkan senyumnya, lalu berjalan kembali menuju sofa. "Idih, kepedean."

"Kasih Cio, coba. Siapa tau abang kamu satu itu baikan kalau dikasih kue."

"Siap, kanjeng ratu." Haruto menutup pintu depan dan pergi menuju kamar Mashiho yang terletak di lantai dua.

"Bang, ada ku---"

Haruto terdiam ketika masuk ke kamar Mashiho. Kakaknya itu sedang berkaca di depan lemari sambil mencoba beberapa berpose dan tersenyum manis.

"Ew, mataku ...."

"KETOK PINTU DULU," pekik Mashiho yang terkejut setengah mati, kemudian melompat ke ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut putih tebal.

"Abang telat puber, ya?" gumam Haruto heran. Ia meletakkan wadah kue di atas nakas Mashiho, lalu cepat-cepat keluar dari kamarnya sambil bergidik geli.

Padahal dirinya sendiri juga kerap melakukan hal yang serupa di depan cermin seusai mandi ketika rambutnya masih basah sambil bergumam pelan, "ganteng banget lo, Chiba Haruto."

Manusia memang hanya bisa melihat keburukan orang lain, ya.

Setelah keluar dari kamar Mashiho, Haruto bingung mau melakukan apa. Mumpung sedang di lantai dua, apa bersantai di balkon saja? Atau bermain game di ruang arcade?

Setelah perdebatan internal antara Haruto dan dirinya sendiri, didapatkan lah keputusan untuk kembali ke bawah dan menonton Shinchan.

Di lantai dua memang terdapat televisi juga, tapi kan tidak enak menonton sendiri. Sepi. Seperti hati Yoshinori.

"Oh iya, anak tadi namanya siapa? Baru pindah, kan?"

Haruto yang masih menuruni tangga itu kemudian menjawab, "Dahyun. Iya."

"Waaah, jadi kamu betulan tertarik sama dia, yaaa," balas Nako dengan alis naik turun. "Jarang-jarang, lho, kamu inget nama orang."

Haruto yang malas pun hanya membalas dengan ekspresi aneh, lalu berjalan mendekat dan duduk di sofa.

"Cantik banget, manis anaknya," puji Nako.

"Manisan juga aku."

"Manisan Mbak."

"Manisan Abang."




















"Loh? Abang kok udah pulang? Bolos?" tanya Nako yang menoleh kaget ke arah pintu.

Yoshinori mengangguk, lalu bergabung bersama kedua adiknya menonton Shinchan dan meletakkan satu kresek besar di atas pangkuannya. "Iya. Tadi setelah ngantar kalian, abang nongkrong bentar di cafe. Habis itu, mampir ke toko kue dan beli roti. Di sana kepikiran, mending pulang aja sekalian."

Yoshinori mengeluarkan beberapa bungkus roti dari dalam kresek.

"Nih, ambil yang kalian mau."

"Wah, makasih Abaaaang." Nako mengambil dua buah roti dengan lumuran cokelat di atasnya.

"Tas Abang bagaimana? Ditinggal di sekolah, dong?" tanya Nako kemudian.

"Iya, biar aja. Isinya juga gak penting-penting amat," jawab Yoshinori santai.

"Abang, kan, emang gak niat sekolah," celetuk Haruto, meraih satu roti, lalu membuka bungkusan dan mulai melahapnya.

"Adek durhaka kamu ini." Yoshinori menjitak kepala Haruto.

"Huek"

Tiba-tiba, si bungsu berlari mengambil beberapa lembar tissue dari sekat rak televisi dan meludahkan apa yang dimakannya.

"Dia kenapa?" Yoshinori bertanya kebingungan. "Hamil?"

"Please, deh, Abang." Nako mendengus seraya merotasikan mata. "Tadi beli roti rasa apa aja?"

"Cokelat, keju, kacang hijau, sama mint."

"Oalah, pantesan." Nako membuka kemasan roti miliknya. "Dapet yang mint, tuh, dia."

Whimsical SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang