☁️ Tante Linda ☁️

897 171 16
                                    

"Haruto"

Mendengar suara lembut yang kerap memanggil namanya, Haruto lantas terbangun. Dia mengerjapkan mata, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke ranah penglihatan. Sekilas Haruto melirik ke Mashiho dan Nako yang masih terlelap dengan selimut membungkus tubuh keduanya.

"Apa?" tanya Haruto dengan suara parau.

"Bangun, sudah jam segini."

Haruto melirik ke arah jam yang berdiri kokoh di nakas. Jarumnya menunjuk ke angka lima. Ia pun bangkit dari ranjang sambil mengucek mata dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya.

Wanita berbaju putih yang kakinya tak nampak itu melayang mengikuti Haruto. Ia tersenyum sambil mengamati Haruto mengambil wudhu.

"Bang Oci udah bangun, Tan?" tanya Haruto setelah selesai.

"Saya sudah jatuhkan buku-buku dari meja sampai dia bangun."

Haruto tertawa kecil. "Gak enak banget dia mesti sekolah, padahal kita pada bolos hari ini."

"Memangnya Yoshinori kenapa tidak ikut bolos?"

"Kepo bener ini makhluk."

Tante Linda menunjukkan ekspresi kesal. Ia menegakkan tubuh, lalu bergerak cepat menembus tubuh Haruto, membuat lelaki itu tersentak kaget.

"Tante, ah!" malasnya. "Serem, tau!"

"Kamu enggak sopan sama saya."

Haruto memutar mata. "Katanya Bang Oci ada ulangan."

Masih dengan wajah kesal, Linda mengangguk paham. Kemudian, ia melayang-layang ke atas.

"Sana kamu bangunin Nako sama Mashiho. Saya enggak mau bikin Mashiho takut dulu."

"Iyeeee."

Haruto kembali ke kamarnya untuk membangunkan si kembar dan menyuruh mereka untuk ibadah.

"Lima menit lagiiiii," erang Nako yang masih berada di ambang dunia mimpi dan kesadaran. Sementara itu, Mashiho langsung cepat-cepat pergi untuk berwudhu, mengingat pesan dari Tante Linda yang disampaikan oleh Haruto tadi malam.

Di sisi lain, Yoshinori yang telah usai membersihkan badan kini mulai mengenakan seragam. Malas sekali rasanya, apalagi karena hanya akan ada dia di mobil nanti. Pasti sepi.

Sekarang pukul lima lewat tiga puluh. Yoshinori bergegas berangkat ke sekolah, menghindari macetnya kota yang seringkali membuat mereka nyaris terlambat.

"Kalian pesan makanan aja, ya!" seru Yoshinori ketika membuka pintu kamar Haruto.

Melihat sosok sang abang, Mashiho refleks memalingkan wajah.

"Iya, Bang. Semangat ya, ulangannya," jawab Nako sambil mengepalkan tangan ke atas, memberi semangat.

Yoshinori mengangguk dan tersenyum. "Makasih. Byeee."

"Bye!"

Pintu kamar tertutup kembali. Haruto yang tengah mengeringkan rambut lalu menatap kakak-kakanya. "Mau ke KFC?"

"Gimana, Cio? Mau?" Nako beralih menatap Mashiho.

"Boleh."

"Okay, let's goooooo!"




























"Mau ke mana, Bang?" Haruto bertanya pada Mashiho yang berdiri dari kursinya.

"Mau ke Miniso sebentar."

"Kenapa gak nunggu kelar makan aja?" tanya Nako heran.

Jangan ditiru, kawan-kawan. Bolos kok malah keluyuran di mall.

"Mumpung ingat, sebrangan juga." Mashiho kemudian pergi ke Miniso yang letaknya tepat di depan KFC.

Sementara Mashiho pergi, Haruto dan Nako sibuk dengan ponsel masing-masing, menunggu makanan mereka yang sedang dipesankan oleh Pak Daesung.

"Ru, Tante Linda gak ikut ke sini, kan, ya?"

Haruto mengangkat kepala, menatap Nako. "Enggak. Kenapa?"

Nako menggaruk kepalanya. "Errrr itu ...."

"Apa, Mbak?"

"Tentang dia, tolong ceritain yang kamu tau."

Haruto diam sebentar.

Pantas saja Nako bertanya apalah Tante Linda mengikuti mereka ke sini atau tidak, karena makhluk satu itu selalu marah ketika ada membahas mengenai hal-hal seperti ini -apalagi tentang dirinya.

"Dia jin."

"Bukan hantu? Dulu kamu pernah bilang, Tante Linda cerita kalau dia meninggal karena ...."

"Bunuh diri? Iya, katanya begitu. Tapi, dari yang aku tau, orang yang meninggal ya alamnya tuh udah beda sama kita. Yang ada cuma jin. Jin suka berubah ke bentuk apa pun. Dan, ya ... Tante Linda salah satunya."

"Yang Mbak gak ngerti, kenapa dia selalu kekeuh bilang kalau dia adalah hantu? Apa dia gak tau atau bagaimana?"

"Jin memang suka bohong. Tante Linda yang bisa dibilang jin baik pun, pada akhirnya tetap punya sifat pembohong itu. Makanya kadang aku ga percaya sama omongan mereka."

"Gitu," gumam Nako sambil mengangguk kecil. "Semuanya jin berarti?"

"Aku baca sih gitu. Tapi yaaaa, aku kan bukan orang alim, Mbak, pengetahuan tentang yang ghaib begini masih kurang."

"Yaudah, nanti kalau lulus SMP kamu mendingan mondok, Ru."

"Enak aja." Haruto mendengus.

Nako tertawa, kemudian membersihkan tangannya dengan tisu basah yang ia bawa di tas salempang. "Kalau dipikir, enak juga ya, kamu bisa tau banyak info sama gosip dari 'mereka'."

"Iya kalau bener, kalau ternyata tipu-tipu?"

"Tante Linda kan baik, masa tega nipu kamu?"

"Tentang identitasnya aja dia bohong."

Nako memikirkan jawaban Haruto sebentar. "Iya, sih."

"Pokoknya, jangan terlalu percaya sama yang begituan."



























Besoknya, di saat Haruto sedang mengerjakan ulangan prakarya-mata pelajaran yang sangat dibencinya.

"Tan, nomor dua esai si Jeongwoo jawabnya apa?" bisiknya super pelan dengan pandangan yang lurus ke kertas pertanyaan.

Bayangan hitam yang sedari tadi melayang di sekitar Haruto itu langsung bergerak ke depan, mendekati meja Jeongwoo untuk melihat isi kertasnya.

Haruto memang selalu ranking satu. Semua pelajaran dia bisa. Tetapi, khusus IPS -apalagi kalau sudah membahas sejarah-Haruto sama sekali tidak ada minat untuk belajar.

Sudah mentok benci, dia tuh.

Makanya, untuk urusan yang satu ini, Haruto mesti mau tidak mau percaya ke bantuan Tante Linda.


...

Kenapa di sini Haruto kesannya alim bener 😭

Whimsical SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang