"Haru udah besar, ya. Bentar lagi mereka pasti pacaran, terus nikah, punya anak, dan tua bersama huhu."
Nako jadi sedih ketika mendengar tentang apa yang Jaemin lihat ketika Haruto dan Dahyun mengantarkan kue ke rumahnya beberapa hari lalu.
"Iya, gandengan mesra gitu. Tapi si Bahar sok cool banget, ceritanya mau keliatan kek tsundere di komik-komik shoujo." Jaemin meneruskan ceritanya sambil meneguk segelas lemon tea.
"Oh iya, Haru mana? Kok gak keliatan daritadi?" tanya Hyunjin.
"Lagi di kamar, ada guru lesnya," tukas Mashiho, berjalan ke ruang tengah dengan nampan berisi lima mangkuk es krim.
"Hpnya udah dibenerin, ya? Tadi malam aktif di WA." Jaemin mengambil satu dan segera menyendokkan isinya ke dalam mulut.
"Iya, udah ada dua hari, maybe."
"Hari ini ART rumah lo dateng, ya?" Asahi bertanya pada Mashiho sambil memainkan Nintendo Switch milik anak itu di sofa.
"Yoi. Kan hari jum'at."
Jadi, ini merupakan salah satu kebijakan di keluarga Chiba yang SANGAT sederhana. Yoshinori, Mashiho, Nako, dan Haruto mesti belajar mandiri, melakukan semuanya sendiri. Mau itu bersih-bersih, meyiapkan makan, atau lain-lain. Mereka jangan sampai terlalu bergantung pada orang lain. Begitulah salah satu pesan sang mama sebelum meninggal dunia.
Papa Chiba memutuskan untuk menyewa para ART yang membantu membereskan rumah dan paling tidak memasak sebagai hadiah di hari jum'at, sekali dalam satu minggu.
Karena anak Chiba tidak terlalu bisa dipercaya dalam hal 'tak mengacaukan rumah'.
Ya, kehidupan mereka memang jauh lebih biasa daripada apa yang dipikirkan orang-orang.
Meskipun Chiba Yudai merupakan aktor tampan dengan popularitas selangit, anak-anaknya tak pernah sekalipun terliput oleh media. Ia dan istrinya berjanji untuk menjaga privasi keluarga rapat-rapat.
Baiklah, Kembali ke ruang tengah.
Pintu diketuk beberapa saat setelah Mashiho bersuara. Nako segera berlari untuk membukanya.
"Tuh, dah datang," tukas Mashiho, membuat yang lain ikut menengokkan kepala pada pintu.
Tampak sekitar sepuluh sampai lima belas wanita berpakaian rapi masuk dari sana. Semuanya menggunakan seragam dan tanda pengenal.
"Mbak Minah, nanti kalau udah selesai, tolong buatin salad buah, ayam bakar, sama jus alpukat, ya." Mashiho berdiri dari sofa. "Ayo main di ruang arcade aja," ajaknya pada yang lain.
Jaemin, Asahi, dan Hyunjin bergegas mengekori Mashiho sambil membawa es krim masing-masing. Nako menyusul setelah menutup pintu depan.
"Oci ke mana?" Asashi duduk di salah satu mesin balapan mobil.
"Jalan sama Erje, katanya mau beli sepatu," jawab Mashiho. "Tadi jam empat jalannya, pas banget sebelum kalian datang."
Jaemin melirik ke arah Hyunjin, dibalas dengan tatapan tak berarti dari pria itu.
"Mau main itu, gak?" tanya Jaemin berusaha mengubah topik. Ia menunjuk ke salah satu mesin permainan.
"Kuy, lah." Hyunjin meletakkan mangkuk es krimnya di atas meja yang terletak di pojok ruangan, lalu memainkan hockey meja bersamanya.
Mashiho sebenarnya tidak mau tahu tentang segala hal mengenai Yoshinori-Ryujin-Hyunjin ini. Dia tak ingin ikut pusing memikirkannya. Tapi, entah mengapa semua terjadi di depan matanya, memaksa dirinya ikut terlibat dan menyaksikan bagaimana itu berlangsung.
"CIO!"
Mashiho segera membalikkan badan, mengangkat alis dan menatap Nako penuh tanda tanya. Gadis itu sedang menempelkan ponselnya ke telinga, dengan raut bingung dan terkejut.
"Kenapa, Na? Bikin kaget a---"
"Pa-papah kecelakaan."
Buat yang penasaran, ini dia visualisasi mama papah Chiba
KAMU SEDANG MEMBACA
Whimsical Siblings
FanficYoshinori, Mashiho, Nako, serta Haruto. Empat bersaudara sengklek yang hidupnya normal-normal ajaib. Dan ini adalah kisah pendek mereka.