Yang namanya rejeki emang harus disyukiri.
🐾🐾🐾
Pukul 7 malam, sekarang keluarga Sean sedang berada di perjalanan menuju suatu tempat. Saat Elang dan Dara bertanya mereka akan kemana, Sean dan Salma hanya menjawab 'Nanti kalian juga akan tau. Yang penting jaga sikap nanti ya' Elang dan Dara hanya bisa mengangguk pasrah, toh mereka nanti juga akan tau dengan sendirinya.
Mereka berempat berada dalam satu mobil yang sama, tadinya Elang akan berpisah tapi ditahan oleh Salma, takutnya anak itu tidak akan sampai ke tempat tujuan malah pergi bersama teman temannya.
"Kita mau kemana sih, Bun. Kepo ni" tanya Ara yang dari tadi paling penasaran, karena biasanya kedua orang tuanya itu akan berterus terang tapi tidak untuk kali ini.
"Makan malam di luar, udah lama kam kita nggak keluar berempat" jawab Salma tanpa menoleh anaknya yang duduk di belakang.
"Tapi kenapa Ara harus pake dress pilihan Bunda? Abang juga harus pake baju ginian kaya Ayah" tanya Ara lagi, anak itu akan merasa tidak puas kalau belum benar benar jelas.
"Biar rapih, Sayang"
"Tap—"
"Shhttt anteng dulu ya, Sayangnya Bunda" Salma sudah membungkam Ara yang masih terus bertanya.
Sean hanya tersenyum melihat interaksi istri dan anak perempuannya itu, sedangkan Elang? Laki laki itu hanya diam memandang keluar jendela. Ia merasa bosan karena seharusnya ia bermain dengan ketiga sahabatnya malam ini.
Mobil keluarga itu sudah sampai di sebuah restoran yang terlihat sangat mewah.
"Yuk turun" ajak Salma yang langsung di ikuti anak anaknya.
Sean memeluk pinggang ramping istrinya, mereka tampak masih seperti waktu menjadi pengantin baru. Padahal mereka sudah menikah selama 18 tahun menjelang 19 tahun. Sementara kedua anaknya mengekor dibelakang.
Mereka duduk di tempat yang sepertinya khusus dan sengaja dipesan untuk mereka, terbukti di ruangan seluas ini hanya ada satu meja besar yang dikelilingi kursi yang cukup untuk sekitar 8 sampai 10 orang.
"Pesen sekarang atau nunggu mereka datang?" tanya Sean yang jawabannya masih dipikir pikir Salma.
"Emm nanti aja sekalian sama mereka" jawab Salma yang diangguki Sean.
Elang dan Dara saling tatap, mereka bingung. Siapa yang di sebut 'mereka' oleh Ayah dan Bundanya. Elang lebih memilih diam berbeda dengan Ara yang sudah menyiapkan beberapa pertanyaan.
"Mereka siapa, Ayah?" Ara sengaja bertanya pada Sean karena tadi setiap bertanya dengan Salma, jawaban wanita itu tidak memuaskan untuknya.
"Teman Ayah sama Bunda" jawab Sean apa adanya.
"Siapa, Yah" tanya Ara lagi.
"Kalau Ayah jelasin sekarang juga kamu nggak tau Sayang. Nanti kamu kenalan sendiri"
Ara menghembuskan nafas pasrah, Ayah dan Bundanya ini sama saja.
"Itu dia mereka" ucap Salma dengan senyum, membuat tiga orang lainnya melihat ke arah pandang Salma.
Yang Ara dan Elang lihat adalah laki laki dan perempuan yang kira kira seusia orang tuanya.
Salma dan Sean berdiri untuk menyambut kedatangan dua orang itu, begitupun dengan Ara dan Elang yang sudah mendapat instruksi dari Bunda tercintanya.
"Hai Airin, apa kabar?" tanya Salma dilanjutkan dengan cium pipi kanan cium pipi kiri, hal yang sangat wajar dilakukan oleh para perempuan bila sudah lama tak berjumpa.
"Baik, Sal. Kamu sendiri gimana?" lihatlah, kini kedua wanita itu saling pandang dengan tangan yang saling berpegangan. Sedangkan Sean dan laki laki yang baru datang langsung berpelukan ala laki laki.
"Baik juga, eh ayo duduk" mereka duduk berhadapan, lagi lagi Elang dan Ara hanya diam. Memang mau bagaimana lagi.
"Elang, Ara. Kenalin, ini tante Airin sama om Bagas. Mereka ini temen Ayah sama Bunda waktu kuliah sekaligus rekan bisnis Ayah. Ayo salim" Elang dan Ara menurut lalu mencium punggung tangan kedua orang itu.
"Wah anakmu cantik dan tampan ya" ucap Airin sambil mencubit gemas pipi Ara.
"Makasih, Tante" balas Ara tersenyum manis. Sementara Elang hanya tersenyum menanggapinya.
"Oh iya anakmu mana? Kok cuma berdua?" kini Sean yang berbicara, "oh punya anak juga toh, cewek apa cowok ya? Cakep nggak ya?" batin Elang bertanya tanya.
"Oh anakku ikut kok, lagi ke toilet sebentar" jawab Airin.
"Nah itu dia" semuanya beralih menatap ke arah pandang Airin. Terlihat gadis yang sangat, emm manis?
"Sayang, sini" gadis itu menurut lalu mengikuti instruksi Airin untuk mencium punggung tangan Salma dan Sean.
"Wah cantik sekali, siapa namanya sayang?" tanya Salma begitu antusias.
"Ainara Khanza Leoni, Tante" jawab gadis itu sambil tersenyum.
"Cantik namanya seperti orangnya" puji Salma mengelus singkat rambut gadis itu yang dibiarkan tergerai indah.
"Ya udah duduk, Sayang" Aina duduk di kursi yang berada persis di depan Ara yang tak jauh dari Elang.
"Anak anak, ayo pada kenalan" ucap Bagas yang sedari tadi hanya diam.
"Irisha Dara Ivania, panggil aja Ara, Kak" ucap Ara sambil mengulurkan tangannya, tak lupa degan senyum manisnya. Aina membalas uluran tangan Ara dengan senyum yang sama manisnya, "Aina". Ara memanggil Aina dengan embel embel 'Kak' karena ia yakin Aina lebih tua darinya, mungkin seusia kakaknya.
Kini giliran Elang yang dari tadi tidak berkedip melihat gadis cantik dengan balutan dress biru muda selutut tanpa lengan dengan rambut yang digerai menambah kesan manis pada gadis itu.
"Elang" ucapnya terdengar sangat manis, Aina membalas tapi berbeda dengan yang ia lakukan pada Ara, kalau tadi ia tersenyum manis, tapi kali ini ia hanya tersenyum tipis, "Aina"
Keempat orang tua itu memperhatikan anak anaknya dengan senyum yang mengembang.
"Eh tapi bukannya kalian itu satu sekolah ya? Kenapa belum kenal?" tanya Salma.
"Iya Bunda, Elang sering liat Aina kok. Tapi belum pernah kenalan hehee" jawab Elang terdengar sangat senang.
"Kalau Ara belum pernah liat Kak Aina sih" jawab Ara.
"Mungkin karena Aina anaknya agak pendiam" sahut Airin yang membuat Salma mengangguk.
"Rejeki anak soleh ini mah, bisa kenalan sama bidadari" batin Elang sambil terus memandangi Aina, Aina yang terus ditatap secara intens membalas Elang dengan tatapan tajamnya, tapi justru ia dibalas dengan mata Elang yang berkedip menggoda membuat Aina bergidik ngeri.
"Kenapa harus dia sih anaknya temen Papa. Mending kalau cuma Ara aja. Lah ini si Playboy Cap Ikan mujaer yang udah terkenal ke-playboy-an nya seantero nusantara" batin Aina tak suka.
Setelah itu pertemuan mereka di isi dengan obrolan obrolan ringan sambil menikmati hidangan yang disiapkan.
Pertemuan malam ini berlangsung dengan lancar, sampai keempat orang tua itu mengganti topik pembicaraan.
"Elang, Aina" panggil Sean sambil menatap kedua remaja itu.
"Kok Ara enggak di sebut sih, Yah" rajuk Ara membuat semua yang ada di ruangan itu tertawa.
"Nanti dulu ya sayang" balas Salma mengusap surai hitam putrinya.
"Elang, Aina. Kami selaku orang tua kalian sudah sepakat untuk menjodohkan kalian"
Deg.
Kata kata Sean tadi masih dicerna oleh Elang dan Aina. Sedetik kemudian mata mereka membulat sempurna.
TBC
Visual Aina ada di mulmed yahh:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Boy (S2 END)
Ficção AdolescenteS2. My Sweet Boy 1 judul 2 cerita Seperti sebuah keluarga yang pasti akan diteruskan ke generasi selanjutnya. Kini kisah Sean dan Salma yang berakhir bahagia juga akan diteruskan oleh buah cinta mereka. Akankah kisah ini juga akan berakhir bahagia...