S2|Sebelum Pernikahan (2)

35 3 0
                                    

Aku percaya kalau waktu akan membawa perasaan kita menjadi satu.


🐾🐾🐾



Waktu terus berjalan, entah mengapa Elang merasa hari begitu cepat berganti. Sudah hampir tiga minggu setelah pertunangan Elang selalu berangkat dan pulang sekolah bersama Aina, tak jarang mereka juga keluar saat weekend. Dan itu semua berkat paksaan dari kedua orang tua Elang dan Aina agar dua insan itu bisa lebih dekat dan mengenal lebih dalam lagi. Selama itu pula Elang terus mencoba membuat Aina luluh walaupun sampai sekarang Aina masih bersikap cuek kepadanya.

Rumah Elang sangat ramai malam ini karena besok pagi adalah hari bersejarah untuknya. Dimana ia merubah statusnya menjadi seorang suami di usianya yang belum genap 18 tahun. Ia masih setia berdiri di balkon kamarnya dengan menggenggam cangkir berisi coklat panas sambil menatap bulan yang tak sendirian, yang artinya bintang bintang selalu menemaninya.

Ia jadi ingat kejadian dua hari yang lalu, dimana Aina memeluknya dibawah derasnya hujan.

Flashback on

Aina berjalan menjauh dari Elang. Gadis itu tengah kesal karena Elang yang entah dengan sengaja atau tidak mengambil alih ice cream dari genggaman gadis itu. Aina merajuk karena ice cream itu dengan cepat habis dilahap Elang. Bahkan Elang tidak peduli saat Aina terus terusan memukul lengannya. Ya karena bagi Elang pukulan Aina tidak berefek pada dirinya.

Elang sedikit terkejut saat Aina tiba tiba pergi meninggalkan Elang yang masih duduk manis di taman. Elang kira Aina akan pergi menuju mobil tapi dugaannya salah karena Aina terus berjalan melewati mobil Elang dengan kaki yang dihentak hentakkan membuat Elang mengulum senyumnya. Ia benar benar tak habis pikir dengan Aina, Aina lebih sering memasang wajah datar dan bersikap cuek tapi gadis itu sesekali menunjukkan sisi manjanya. Seperti sekarang ini Aina merajuk hanya karena ice cream nya dimakan Elang. Padahal kalau Aina meminta Elang membelikan lagi, Elang akan dengan senang hati membelikan Aina lagi.

Tak mau membuang waktu lagi, Elang berjalan dengan langkah cepat menyusul Aina.

"Na, Aina berenti dong"

Aina mengabaikan panggilan Elang dan terus berjalan menuju halte terdekat.

"Yaelah, Na. Gue minta maaf, cuma bercanda gue tadi. Nanti gue beliin lagi deh" bujuk Elang tapi bukannya berhenti Aina malah menambah kecepatan berjalannya.

Elang juga otomatis mempercepat langkahnya hingga,

Hap.

Elang berhasil mencekal pergelangan tangan Aina. Tak tinggal diam, Aina mencoba menghempaskan tangan Elang yang mencekal pergelangan tangannya.

"Lepas!" sinis Aina membuat Elang terkekeh.

"Ngambek ceritanya hemm?" tanya Elang di sela sela tawanya.

"Nggak!" bantah Aina cepat.

"Maaf, Na. Nanti gue beliin lagi" bujuk Elang lagi dan lagi.

"Nggak, udah nggak pengen!" tolak Aina.

Duarrrr!!

"Aaaaaaa....."

Grepppp

Dengan cepat, Aina memeluk Elang dengan sangat erat. Elang mematung saat Aina memeluknya dengan sangat tiba tiba dan tanpa aba aba membuat tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang.

Karena merasakan bahu gadis yang tengah memeluknya ini bergetar, Elang pun tersadar dari pikirannya. Ia mendengar isakan Aina dan merasakan bajunya basah karena air mata gadis itu.

Elang bisa menarik kesimpulan bahwa Aina takut petir, setelah itu Elang membalas pelukan Aina dengan sesekali mengusap punggung Aina mencoba memberi ketenangan.

"Sttt jangan takut, ada gue"

"Hiks hiks" tak ada jawaban apapun kecuali isakan dari Aina.

Tak lama hujan turun sangat deras memuat Elang dengan perlahan melepaskan pelukan Aina dan segera membawa Aina kembali ke mobil. Ia tak peduli saat mereka menerobos derasnya hujan. Toh mereka sudah basah karena air hujan dan Elang tak ingin berteduh karena suara petir terus terdengar dan itu membuat Aina semakin takut. Maka dari itu ia memilih untuk menerobos hujan sampai di mobilnya agar bisa cepat cepat mengantarkan Aina pulang.

Di dalam mobil Aina masih menangis, sejujurnya Elang ingin tertawa sekarang karena Aina yang terlihat galak dan tak takut apapun ternyata takut dengan petir. Elang terpaksa menahan tawanya agar Aina tidak semakin marah kepadanya.

Elang mengambil jaket yang masih kering di jok belakang lalu memakainya pada Aina.

"Pake, pakaian lo transparan gara gara kehujanan" ucapnya lalu fokus melajukan mobil.

Flashback off

Sampai saat ini Elang masih belum mengerti jauh tentang Aina karena sikap Aina yang selalu cuek. Tapi tak apa, ia yakin pelan pelan Elang akan bisa mengenal Aina lebih dalam.

"Elang" suara wanita paruh baya namun masih terlihat cantik dan awet muda itu membuat Elang berbalik badan menatap sang pemilik suara itu.

"Iya Bunda, kenapa?"

Salma, wanita itu adalah Salma. Ia berjalan mendekat ke arah putranya.

"Kenapa belum tidur, udah malem. Kamu perlu istirahat untuk besok" ujar Salma dengan penuh kelembutan.

"Susah mau tidur, Bun" Salma tersenyum mendengar jawaban putranya, ia tau Elang sedang gugup dan takut sekarang.

"Nggak usah takut. Elang pasti bisa menjadi imam yang baik. Kamu harus ingat ya, jangan sekali kali kamu membentak istrimu nantinya walaupun istrimu berbuat salah. Nasehati dia dengan cara baik baik. Kamu juga tidak boleh egois, kamu harus bisa membimbing Aina menuju surga" ucap Salma memberi petuah.

"Elang takut, Bun. Elang ini masih sering bikin masalah. Bagaimana Elang bisa menuntun dan membimbing Aina nantinya?" Elang menunduk, ia takut jika nantinya ia akan gagal.

"Bunda tau, tapi kamu harus terus berusaha memperbaiki diri. Kalian belajar bersama sama. Saling mengingatkan. Dan kalau suatu saat nanti ada masalah dalam rumah tangga kalian, selesaikan dengan baik baik jangan selesaikan saat kalian emosi, karena setiap keputusan yang diambil saat sedang emosi itu akan berujung tidak baik" Elang mengangguk, dalam hati ia sangat bersyukur memiliki ibu yang sangat baik dan lembut seperti Salma walaupun sering Salma memarahinya. Tapi Elang tau kalau Salma marah juga karena kelakuannya sendiri.

"Satu lagi, tanamkan kepercayaan dalam diri kalian. Jangan menyembunyikan suatu hal apapun walaupun itu menyakitkan jika diungkapkan. Karena kejujuran lebih baik daripada terus menutup nutupi, kalau sudah seperti itu bukan tidak mungkin akan terjadi kesalah pahaman" lagi lagi Elang mengangguk.

"Makasih ya, Bun. Maaf kalau selama ini Elang sering bikin Bunda dan Ayah marah karena kenakalan Elang" ucap Elang sambil menggenggam kedua tangan Bundanya.

"Iya iya bunda maafin. Udah ah malah jadi melow gini sih" Salma terkekeh melihat putranya yang mengeluarkan sisi dewasanya.

"Sekarang cepat tidur, biar besok nggak kecapean" lanjutnya lalu meninggalkan balkon kamar Elang.

Sepeninggalan Salma, Elang turun ke bawah sekedar untuk mengembalikan cangkir berisi coklat panas yang masih tersisa sedikit sekaligus melihat orang orang yang tampak sangat sibuk menyiapkan acara pernikahannya dengan Aina.

Setelah itu Elang menuju kamar mandi di dalam kamarnya untuk memberikan diri sebelum tidur. Dan tak butuh waktu lama Elang sudah selesai dengan aktivitas bersih bersihnya dan segera membaringkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya. Mencoba menutup mata walaupun sulit. Hingga pada akhirnya Elang berhasil mengunjungi alam mimpinya.

"Selamat tinggal kehidupan bebas"



TBC

My Sweet Boy (S2 END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang