💎T I G A💎

216 15 0
                                        

Jangan menangis, itu menyakitkan untukku.
~Zaynsa Seananda Alvaro

***

Hari kedua MOS, Salma berharap hari ini akan lebih baik dari kemarin, begitupun seterusnya.

Pagi ini Salma datang ke sekolah sedikit lebih awal dari kemarin, entah apa yang membuatnya seperti ini, Salma juga tidak tau kenapa.

Waktu terus berjalan, sekolah pun mulai ramai. Ada yang masuk ke kelasnya, ada yang ke kantin, ada yang langsung ke aula, dan ada juga yang seperti Salma. Salma duduk di kursi taman dekat lapangan basket. Menurutnya tidak ada yang mengalahkan suasana pagi hari di taman. Karena banyak pohon dan bunga yang tumbuh dengan cantiknya.

"Sendirian aja?"

Salma terkejut melihat sepasang kaki yang berada di depannya, ya dia adalah Sean.

"Iya, Kak. Soalnya tamannya bagus, bunga bunganya juga cantik banget" Sean tersenyum mendengar jawaban gadis yang tengah duduk dihadapannya.

"Gak tanya" jawab Sean dengan senyum yang masih melekat di bibirnya.

"ishh, kak Sean mah jail" Salma jelas tidak terima paginya diganggu, ya walaupun kita tidak tau apa yang dia rasakan sebenarnya.

Sean masih saja diam memandang Salma, "cantik" batin Sean dalam hati.

Sean pov

Gue nggak tau siapa yang mendorong gue buat nyamperin Salma, ya nama dia Salma jelas bukan Maurine.

Satu kata yang mewakili dia saat ini 'cantik' hampir sempurna di mata gue.
Eh apaan sih, kenapa gue jadi gini coba.

"hiks hiks.. Si-siput.. Hiks" entah apa yang terjadi, Salma menangis. Gue bener bener bingung, sebenernya dia kenapa?

"Sal, lo kenapa? Kenapa nangis?" gue panik dong, kenapa dia bisa nangis coba.

"hiks hiks...."
Nggak ada jawaban, dia masih nangis. Gue coba tanya dia lagi, gue duduk di samping Salma.

"Jangan nangis Sal.. Ada apa? Ada yang ganggu lo?" gue harap dia cerita kenapa dia nangis.

"Si-siput kak, hiks..." jawabnya sambil nunjuk tanaman yang ada siputnya, haa? Siput? Dia takut siput? Ya Tuhan, gue pengen ketawa saat itu juga. Tapi nanti malah dia tambah nangis lagi.

Tanpa ba bi bu lagi, gue buang tu siput biar Salma nggak nangis lagi.
Eh tunggu tunggu, biar Salma nggak nangis?
Kenapa gue peduli sama dia?

"Udah nangisnya, siputnya udah nggak ada tu"

Mendengar itu dia langsung liat ke arah gue

Deg

Matanya? matanya bener bener mirip Maurine. Ah tapi bisa aja gue salah. Gue ketemu Maurine waktu umur 6 tahun, itu artinya udah 10 tahun yang lalu. Dan gue gak tau Maurine ada dimana sekarang.

"makasih kak Sean" ucapnya yang masih sesenggukan khas orang habis nangis.

"iya, ya udah masuk ke aula sana, bentar lagi bel"
Dia pun mengangguk tanda setuju. Nggak tau kenapa gue nggak bisa berhenti natap kepergian dia.

Sean pov end

Salma pov

Aduh kenapa gue bisa bisanya kelepasan nangis di depan kak Sean sih.

Bodo amat deh, ah tapi kenapa harus ada siput segala sih, jadi takut kan elahhhh.

Dari tadi gue nyari si Adel kok nggak ketemu ya, tu anak kemana sih.

"Salmon..." nah itu dia, suaranya nggak asing lagi ditelinga gue.

"Eh, gue nyariin lo dari tadi tau nggak sih. Kemana aja lo?" gue kesel lah udah nyari dia kemana mana, eh malah tiba tiba nongol sendiri.

"Hehee maap Salmon" jawabnya dengan senyum yang di bikin manis, soalnya senyumnya pahit heheee, maap, Del. Pissss.

"Iya iya, dan asal lo tau nama gue tu SALMA bukan SALMON. Enak aja, nama bagus bagus asal ganti aja"

Ngeliat gue yang nggak terima, Adel justru tertawa dengan rasa tak bersalah sedikitpun. Hemmm untung sahabat.

Salma po end

Hari ini tidak begitu buruk untuk Salma, dia sama sekali tidak merasa pusing atau sebagainya. Semoga saja selanjutnya akan terus seperti ini.

MOS hari kedua telah usai, besok adalah MOS terakhir sekaligus pembagian kelas untuk kelas 10.

Salma berharap dia bisa satu kelas dengan Adel yang menjabat sebagai sahabatnya sejak kelas 1 sd, hanya smp nya saja yang tidak satu sekolah karena Adel harus pindah ke Bandung.

***

"iih, mang Uja kemana sih lama banget jemputnya" Salma masih berdiri di halte menunggu jemputannya yang tak kunjung datang.

"udah mau maghrib lagi, nggak ada orang juga disini. Nanti kalau diculik gimana ya" gadis itu terus saja bermonolog.

Gadis itu terus menundukkan kepalanya, dia merasa sedikit kedinginan karena hari memang sudah hampir gelap.
Rasa takut juga menyelimuti gadis itu, pasalnya dia tidak pernah sendirian di tempat sepi seperti ini.

Halte sekolah memang biasanya ramai, tapi siswa siswi lain sudah pulang dengan jemputan mereka masing masing atau naik angkutan umum. Salma ingin naik angkutan umum tapi dia tidak tau harus naik yang mana, karena dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya.

"Ayo naik, gue anter"

.
.
.
.
.
.

Jangan bosen buat baca ya 😊

Maaf kalau banyak typo 😂

My Sweet Boy (S2 END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang