"Kak Sean baik deh"
~Salma Maurine Yerina***
"Ayo naik, gue anter"
Salma pov
Huhhh gue kaget tiba tiba dia dateng, mau nganterin gue pulang.
Oh ya ampun, kok deg deg an ya. Apa jangan jangan gue suka kak Sean?"Cepet naik, apa gue tinggal"
"Eh i-iya iya"
Ya udah daripada gue nungguin mang Uja nggak jemput jemput, mending bareng abang ganteng, heheehee.Salma pov end
Tidak ada yang membuka pembicaraan selama perjalanan. Hanya deruman motor yang terdengar, tanpa sadar Sean terus memandangi wajah cantik Salma lewat kaca spion.
"Pegangan, nanti jatuh. Gue mau ngebut ni bentar lagi hujan" titah Sean pada Salma
Tanpa menjawab, Salma langsung memeluk tas Sean. Ya, bukan pemilik tas nya. Hal itu mampu membuat Sean tersenyum.
"Alamat Rumah lo mana?" tanya Sean
"Emm bla bla bla...." jawab Salma
***
Di depan rumah sudah ada Rahma yang cemas karena putri satu satunya itu belum juga pulang padahal hari sudah gelap.
Sean dan Salma sudah sampai tujuan, rumah Salma tentunya.
"Ya ampun, Salmaaa. Mama khawatir sama kamu. Mang Uja tadi ngabarin kalau ban mobilnya bocor. Mama hubungin kamu nggak aktif" terlihat jelas kekhawatiran di raut wajah Rahma.
"Maaf, Ma. Tadi hp Salma mati"
Salma turun dari motor dan langsung mencium punggung tangan Rahma, begitu juga dengan Sean."Aduh, ini siapa? Temennya Salma?"
"Kakak kelasnya Salma, Tan"
"Makasih banyak ya nak Sean, udah nganterin Salma selamat sampai tujuan" Rahma berterima kasih dengan senyum merekah, bagaimana dengan Salma?
Gadis itu bersembunyi di balik lengan ibunya."Iya Tan. Kalau gitu Sean pamit pulang dulu ya" Sean mencium punggung tangan Rahma dan berlalu dari rumah Salma.
"Cie cie, dianter cogan nih yee"
Rahma memang suka meledek putri nya itu, mengingat selama ini Salma tidak pernah mempunyai teman laki laki karena teman Salma kan hanya Adel."Ih apa sih, Ma. Salma kan jadi malu" Salma masih saja gelendotan di lengan mamanya.
Sebelum pergi Sean sempat berisik di telinga gadis itu "jangan cengeng" mendengar 2 kata dari mulut Sean, pipi Salma langsung menunjukkan rona merahnya.Ya begitulah Salma, jika sedang bersama Adel dirinya akan berubah jadi sosok yang lebih kuat, tapi jika sedang bersama orang tua maka sifat manja dan kekanakannya muncul. Lalu bagaimana jika sedang bersama Sean? Kalian pasti bisa menilai sendiri.
***
"Assalamualaikum Sean pulang" Sean berteriak memasuki rumahnya, itulah kebiasaan Sean, cuek jika di sekolah, dan cerewet jika dirumah.
"Waalaikumsalam, biasa aja kali, nggak usah teriak teriak ini bukan hutan" siapa lagi kalau bukan Agatha yang sering uring uringan karena kelakuan kakaknya itu.
"Eh eh kak tau nggak? Ak-"
"Enggak"
Belum selesai Agatha bicara, Sean sudah memotong pembicaraan ya. Benar benar kakak jail.
"ish kakak, Agatha belum selesai ngomong udah dipotong aja" Agatha melipat kedua tangannya di depan dada.
"Iye iye, apa? Mau ngomong apa?" tanya Sean yang masih tertawa karena tingkah adiknya.
"Tadi Seorang Agatha Carissa Ziva, adiknya kak Zaynsa Seananda Alvaro, anaknya ayah sama bunda. Ditembak sama temen satu angkatan tapi beda kelas" Agatha menjelaskan hal itu dengan bangganya.
"Dasar bocil bucin, gitu aja bangga. Terus lo terima gitu?" tentu saja Sean bertanya dengan nada meremehkan.
"Enggak, kan Agatha naksirnya sama kak Jasen" jawab Agatha dengan senyum lebarnya.
"Terserah deh" Sean berlalu dari hadapan adiknya, dan langsung menuju kekamarnya.
***
Di lain tempat, Salma sedang menikmati hujan lewat jendela kamarnya. Dengan tangan yang masih memeluk dirinya sendiri karena suasana dingin yang ditimbulkan hujan dimalam hari.
"Salma suka Kak Sean nggak sih? Kok kayaknya iya ya. Apa kak Sean juga suka Salma? Kan tadi kak Sean nganterin Salma pulang. Tapi apa mungkin kak Sean suka sama orang yang sakit sakitan. Nggak mungkin kan?"
Salma terus bertanya pada dirinya sendiri, raut wajahnya yang tadi dipenuhi senyum yang mengembang, kini berubah menjadi murung." hiks hiks.. kenapa sih Salma harus sakit kaya gini?"
Air mata mulai membasahi pipinya, Salma merasa dirinya itu tidak berguna dan hanya bisa menyusahkan orang lain.
"jangan cengeng"
Dua kata itu terlibat dipikiran Salma. Dia langsung menyeka air matanya.
"Salma nggak boleh cengeng, Salma harus kuat"***
Salma bangun seperti biasa, melakukan aktivitas pagi seperti biasa dan berangkat sekolah juga seperti biasa.
"Okay, jadi hari ini adalah MOS terakhir ya. Nanti habis istirahat kalian bisa cek nama kalian di mading. Disitu kalian akan tau kelas kalian masing masing. Setelah itu kalian boleh pulang dan menyiapkan segala sesuatu untuk KBM besok" Zura memberi penjelasan kepada siswa siswi kelas 10,karena sudah tugasnya menjadi humas kegiatan MOS tahun ini.
"Jelas kan?" tanya Zura kepada adik adik kelasnya itu.
"Jelas kak, terima kasih kak" jawab mereka serempak.
"Sal lo tau nggak?" siapa lagi kalau bukan Adel yang bertanya.
"Apa?" Salma terlihat biasa saja, tidak terlalu antusias dengan apa yang akan dikatakan Adel.
"Kak Arfan ganteng banget tau nggak sih" Adel mengucapkan itu dengan senyum dan kedua tangannya menangkup wajahnya.
"gantengan juga kak sean" batin Salma.
"Oh iya Sal, semoga kita sekelas ya. Aamiin"
"Aamiin" Salma pun mengamini kata kata Adel barusan.
Sean pov
Hari ini gue nempel pembagian kelas di mading.
Selesai ditempel, gue ngecek ada yang salah apa enggak.
Gue baca nama nama itu satu persatu, sampe gue kaget karena nemuin salah satu nama 'Kelas X Mipa 1 SALMA MAURINE YERINA'"Maurine?"
.
.
.
.Maurine siapa sih?
Jangan lupa vote dan comment ya 😊❤️
Salam dari SeanSalma buat para pembaca.. 💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Boy (S2 END)
Novela JuvenilS2. My Sweet Boy 1 judul 2 cerita Seperti sebuah keluarga yang pasti akan diteruskan ke generasi selanjutnya. Kini kisah Sean dan Salma yang berakhir bahagia juga akan diteruskan oleh buah cinta mereka. Akankah kisah ini juga akan berakhir bahagia...