26: ABS

16.4K 735 35
                                    

Hanya berani memandang tanpa berani untuk menyapa,tak semua hal mudah untuk di ungkapkan
Mungkin hal ini lebih baik sekarang.

PAGI ini Devian dan Ferisha sudah masuk sekolah seperti biasa, namun hari ini ia memakai motor miliknya yang selalu 'nangkring' di garasi, saat kecelakaan itu, mobil Devian langsung di bawa ke bengkel untuk diperbaiki, kerusakan mobilnya cukup parah di bagian depannya mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama.

Devian menaiki motornya dan menjalankannya keluar dari garasi, ia memberhentikan motornya di hadapan Ferisha, sedangkan Ferisha masih terdiam di samping motor Devian.

"Seriusan kita naik ini?" tanya Ferisha kepada Devian, jarinya ia eratkan ke tali tas miliknya.

"Kenapa? Malu naik motor?"

Ucapan Devian membuat Ferisha kesal pagi ini, tangannya ia arahkan untuk memukul lengan Devian yang memegang stir motor miliknya.

"Aku gak se-matre itu kali, aku takut aja kamu masih belum bisa naik motor,"

Devian melihat ke arahnya dan menatap Ferisha remeh.

"Gue gak lemah,"

Kata Devian sambil memanaskan mesin motornya, Ferisha menutup telinganya terganggu akibat ulah Devian.

"Ih berisik tau gak sih!" pekik Ferisha, kenapa gue ditakdirkan suka sama cowok batu dan ngeselin kayak Devian begini sih, pikiran itu yang sering terlintas dalam otaknya.

"Makanya cepetan naik malah berdiri disitu mulu lo,"

Devian memberhentikan aktivitasnya, ia mengambil jaket yang berada di dalam tasnya dan melemparkannya secara tak ikhlas ke arah Ferisha.

"Pake jaketnya," ucapnya tanpa memalingkan pandangannya dari depan.

"Kasih tuh yang ikhlas kek, ngasih kok begini gak ada manis-manisnya, mending sama Gilang ngasihnya sopan, lembut lagi," puji Ferisha mengingat sikap Gilang kepadanya, tanpa ia sadari Devian sudah mengepalkan jari-jarinya sekarang, api cemburu selalu membuatnya lemah.

Devian menoleh ke arah Ferisha dan menatap tajam Ferisha, tangannya dengan cepat merebut kembali jaket yang telah ia berikan.

"Gak usah sama-in gue sama dia, cara gue yah cara gue, cara dia yah cara dia, gak bisa lo samain,"

"Dih cuma muji doang aku, kok kamunya cemburuan gitu sih?"

"Siapa yang cemburu? Gak usah ngarep, udah gue berangkat sendiri sana lo pergi sekolah naik taksi online aja,"

"Loh kok begitu jadinya?"

"Gak mau ah, masa naik taksi lagi," tahan Ferisha sambil memegang tangan Devian yang memegang stir motor.

"Ish seriusan dong, kok ditinggal sih,"

Devian tak memperdulikan ucapan Ferisha, Devian menjalankan motornya meninggalkan Ferisha yang melongo melihat kelakuan suaminya, kakinya ia hentakan ke tanah berulang kali, karena kesal ia juga mencampakan tasnya ke bawah tanah dengan sangat keras.

"Jahat kamu!" teriak Ferisha saat melihat Devian benar-benar meninggalkannya dan tak mau berbalik arah, ia kira akan ada keajaiban seperti saat ia hampir jatuh kemarin, nyatanya tidak sama sekali.

"Kenapa sih cobaan hidup gue berat banget rasanya," Ferisha mengacak rambutnya frustasi, tangannya ia arahkan untuk mengambil tas miliknya yang tergeletak manis di atas tanah, ia membuka tasnya dan mengambil handphone milik-nya

"Untung aja nih handphone gak rusak, kalo gak gue suruh tuh si kutub gantiin," kesalnya sambil berbicara sendiri.

Namun baru saja menghidupkan layar handphone-nya,tangan dan bibirnya keluh melihat pesan pertama di pemberitahuan handphone miliknya, ia setiap hari dikirim pesan di handphone-nya, ia tak tahu jelas apa maksud pesan itu, ia heran kenapa sang pengirim pesan tak pernah bosan untuk mengganggunya.

Married With Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang