Perasaan ini tumbuh menjadi perasaan yang tak bisa membuatku melupakan semua hal tentang mu
MERASA pesanannya sudah pas tangan Ferisha terulur untuk mengambil pesanan milik dirinya dan sahabat-sahabatnya di meja cokelat tepat di depannya itu, menatap ke arah sahabat-sahabatnya, dan menoleh untuk meminta bantuan,namun yang tengah di tatap malah menatap dirinya tak perduli, Ferisha memutar bola matanya dan mendengus kesal.
"Gue bantuin yah Sha," tawaran seseorang dari arah kanan Ferisha,Ferisha menoleh dan terkejut.
Dapat dilihat disana Gilang yang tengah menatap dirinya dengan senyum ramah dengan tangannya yang sudah terdapat sebuah nampan berisi pesanan miliknya sebagian.
"Eh gak usah,gue bisa kok," tolak Ferisha halus tak enak hati jika Gilang menolong dirinya.
"Gapapa Sha, lagian kasian lo bawa ini semua sendiri kan berat,"
"Ada sahabat gue kok,bisa minta bantuan mereka," tunjuk Ferisha menggunakan dagunya ke arah meja milik dirinya, Gilang melihat ke arah Ferisha tunjuk namun yang ia lihat tak ada satupun sahabat-sahabatnya menoleh.
Ferisha merutuki sifat bejat sahabat-sahabatnya di kala kejadian saat ini, bahkan satupun tak ada yang peduli, memang dirinya dan sahabat-sahabatnya sangat kompak; kompak jika sudah gila dan kompak pula saat menjahili salah satu dari mereka, ia menutup matanya bermaksud meredakan emosinya.
"Gue bantuin aja yah," tawar Gilang lagi dan kali ini Ferisha mengangguk menyetujui bantuan yang Gilang berikan.
"Lo gak masalah kan bantuin gue?" tanya Ferisha kepada Gilang dan di balas gelengan kepala dari cowok di sampingnya ini.
"Gak kok, malah gue yang seharusnya nanya ke lo,"
"Ha? Maksudnya?" tanya Ferisha heran tak mengerti ucapan Gilang yang di keluarkan dari mulutnya.
"Gue gapapa kan bantuin lo?" Ferisha mengernyitkan heran alisnya, heran memangnya ada yang salah dengan membantu dirinya.
"Yah gapapa lah, emangnya kenapa? Kayak lagi di tatap singa aja lo takut banget bantuin gue,"
"Emang lagi di tatap singa," celetuk Gilang sambil terus berjalan beriringan dengan Ferisha disampingnya, Ferisha menoleh ke arah Gilang dan menatap tak mengerti.
"Tuh liat," interupsi Gilang sambil mengarahkan dagunya ke arah meja yang tak jauh dari mereka, dapat Ferisha lihat disana ada Devian dan sahabat-sahabatnya yang tengah menatap dirinya seperti seorang buronan, namun saat matanya tak sengaja menatap ke manik mata Devian, Devian memutuskan kontak matanya dan beralih ke arah layar handphone ditangannya.
Ferisha menghembuskan napasnya kasar saat dirinya merasa tertekan tak memiliki ruang untuk terus menahan napasnya, ia menatap lega saat Devian yang terlihat bodo amat dengan dirinya.
Ting!
Ferisha mengabaikan dering pesan dari handphone miliknya di saku roknya, ia tengah membawa pesanan miliknya tak mungkin untuk saat ini melihat pesan tersebut.
Ting!
Lagi dan lagi suara dering pesan keluar dari handphone miliknya dan tetap Ferisha abaikan, ia terus berjalan dan akhirnya berhenti tepat di meja miliknya.
"Pangeran Nada kenapa disini?" tanya Nada terkejut kala melihat Gilang yang tengah berdiri, ucapan Nada membuat Tiffany dan Bella menoleh ke arah Gilang yang tengah berdiri.
"Ya ampun Pangeran Nada kok baik banget sih? Sampe bantuin Si Shasha bawa pesenan,"
"Pangeran udah makan? Kalo belum makan bareng kita aja yah, nih kebetulan kursi di samping aku kosong," Nada mendorong Bella yang sedang terduduk tenang disampingnya, namun akibat ulah Nada dirinya langsung terjungkal dan terduduk dengan mengenaskan di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Cold Boy
Fiksi RemajaDevian Mahendra Wijaya-Cowok jangkung yang memiliki paras sempurna, pandai dalam segala bidang mulai dari akademi sampai bela diri, merupakan ketua OSIS disekolahnya, memiliki sifat dingin dan menjadi most wanted di SMA JAYA NEGERI. Kehidupannya sel...