Setiap detik sangatlah berharga karena waktu mengetahui banyak hal, termasuk rahasia hati.
AWAL pagi di mulai dengan keadaan kota Jakarta yang lagi-lagi di guyur oleh derasnya rintik hujan yang menyapu aspal hitam di seluruh penjuru kota, tak ada matahari pagi seperti biasanya, tak cerah namun mendung itulah keadaan langit di pagi ini.
Hari minggu, hari yang menyebabkan banyak orang berleha-leha menghabiskan waktunya di rumah, namun hal itu tak berpengaruh dengan pasangan yang tengah berbicara dengan raut panik ini.
"Lo demam, tidur disini jangan kemana-mana," tegas Devian saat selesai mengecek suhu tubuh Ferisha menggunakan telapak tangannya.
"Gak mau, aku takut nanti ada hantu," tolak Ferisha keras dengan suara serak yang terdengar lemah.
"Hantu itu gak ada,lo jangan bodoh,"Ucap Devian masih tak habis pikir dengan pemikiran Ferisha.
"Ada, itu yang kita tonton kemarin, kan hantu," jawab Ferisha masih terus mempertahankan argumen-nya.
"Itu cuma film Sha," ucap Devian ampun.
"Tapikan tetep nyeremin," jawab Ferisha lagi,matanya terus menerus menatap memelas ke arah Devian.
"Kenapa sih lo keras kepala banget?" kesal Devian saat Ferisha tak mendengarkan sarannya.
Ferisha tahu ia salah namun ia tetap takut, rasanya ia tak bisa untuk tinggal di kamar sebesar ini sendirian tanpa seorang pendamping di sampingnya, katakan Ferisha manja, namun ia memang benar-benar takut, apalagi suara petir yang terus terdengar dari arah luar rumah, membuat dirinya terus menerus terkejut.
"Aku ikut ke bawah sama kamu aja," ucapnya sambil menatap mata Devian dengan raut wajah berharap.
"Kalo gue bilang enggak yah enggak!"
Ferisha hampir menangis sungguh, ia tak tahu harus menahan tangisan di saat seperti ini, batinnya lemah di tambah dengan tumbuhnya yang tak bisa di ajak kompromi, membuat dirinya dengan mudah meneteskan air mata.
"Shit," umpat Devian dalam hatinya ketika melihat Ferisha menangis, Devian lemah jika sudah begini.
"Yaudah, cepetan ikut gue," ucapan Devian membuat raut wajah Ferisha dengan cepat berubah, yang tadinya seperti menangis tiba-tiba langsung tersenyum kegirangan.
"Gampang banget emang naikin mood lo," ucap Devian sambil menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
"Emang gampang makanya gampang disakitin, caelah,malah curhat," ucap Ferisha sambil tertawa, dan langsung berjalan keluar kamar meninggalkan Devian yang masih terduduk.
Devian melihat ke arah Ferisha dan menatap tulus ke arah Ferisha, satu yang ia tahu, ia tak hanya menyukai Ferisha sekarang namun perasaan tersebut sudah tumbuh ke arah cinta yang lebih dalam, rasa cinta yang selalu membuat jantungnya berdebar, rasa cinta yang selalu membuat dirinya membutuhkan Ferisha dalam hidupnya.
"Gue cinta sama lo,lucu emang,"Ucapnya sambil terkekeh seorang diri,di langkahkan kakinya keluar dari kamar menyusul Ferisha yang sudah lebih dulu meninggalkan dirinya.
•••
"Emang kamu bisa masak? Gak yakin aku, takutnya semua masakan kamu gosong," ucap Ferisha setelah sampai di dapur, tadi Devian berinisiatif membuatkan bubur untuk Ferisha, namun lihat sekarang Ferisha malah meremehkan Devian.
"Fakta, gue gak akan bantah, tapi gue bakal usahain," kata Devian sambil mengambil bahan-bahan yang ia perlukan, jika kalian kira Devian handal dalam memilih bahan-bahan tersebut kalian salah, Devian masih melihat foto-foto yang memperlihatkan segala sayur-sayuran dan mengambil sayur tersebut jika mirip dalam foto itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Cold Boy
Fiksi RemajaDevian Mahendra Wijaya-Cowok jangkung yang memiliki paras sempurna, pandai dalam segala bidang mulai dari akademi sampai bela diri, merupakan ketua OSIS disekolahnya, memiliki sifat dingin dan menjadi most wanted di SMA JAYA NEGERI. Kehidupannya sel...