02: Not Perfect

13.7K 829 16
                                    

Haruskah ku selalu tersenyum, ketika dunia selalu memberi ku luka

BEL istirahat sejak tadi berbunyi menandakan waktu yang sangat menyenangkan bagi para siswa mapupun siswi di SMA JAYA NEGERI, ada yang pergi ke kantin untuk memberi makan cacing-cacing yang ada di perut mereka, ada yang pergi ke perpustakan dan ada juga yang hanya berdiam diri di dalam kelas mereka.

Tetapi semua itu tidak berlaku pada cewek yang sedang berdiri didepan pintu cokelat sekarang ini, setelah menghela nafasnya sedalam-dalamnya segera ia masuk melalui pintu cokelat muda yang sejak tadi ada dihadapannya.

"Hai Shasha coming," ucapnya dengan suara menggelegar khas miliknya, banyak pasang mata yang melihatnya jengah akibat terlalu sering melakukan hal bodoh di kelas mereka.

"Apa-apaan sih lo berisik tau gak?!" ucap cewek berambut sebahu yang menatapnya dengan tatapan benci, maybe?

Tanpa memperdulikan ucapan Cewek tersebut Ferisha tetap berjalan ke arah meja yang diduduki oleh Devian.

"Kamu mau kekantin yah? Sama aku yuk," ajaknya sambil menggenggam tangan Devian.

"Apa-apaan sih lo? Gak ada kerjaan?"

"Lo gak punya temen yang mau lo ajak ke kantin?!" kesal Devian.

"Enak aja, temen aku mah banyak tapi kamu lebih enak di ajak jalan bareng," katanya manja sambil terus merangkul lengan Devian posesif.

"Tapi gue gak mau pergi sama lo," tolak Devian berulang kali, bayangkan bagaimana ia tidak risih diperlakukan seperti ini, setiap hari harus menhadapi sikap keras kepala Ferisha.

"Kenapa?"

Terdapat guratan marah pada wajah Cowok dihadapannya, dengan cepat ia melepaskan rangkulan tangan Ferisha di lengannya.

"Bisa gak sih lo pergi jauh-jauh dari hidup gue?!" tanya Devian kesal.

Ferisha mengembangkan senyumnya sangat lebar,"Bisa,tapi nanti setelah aku capek untuk sekarang aku akan terus berusaha"

Devian menatap Ferisha jengah. "Kenapa harus gue yang lo kejar?"

"Karena hati aku memilih kamu," ucapnya sambil mengarahkan telapak tangannya di dadanya.

"Terserah lo mau ngomong apa, gue gak peduli." ucapnya sambil berjalan keluar dari dalam kelasnya.

"Eh mau kemana? Aku ikut," langsung saja Ferisha mengejar langkah Devian yang agak menjauh dari pandangannya.

"Kamu tuh ya,  sekali-kali deh jadi yang mengejar pasti kamu bakalan capek,"

"Makanya gue bilang nyerah aja,"

"Susah, karena rasa lelah aku itu gak sebanding sama rasa cinta aku ke kamu,"

"Kalo gue bilang gue gak akan pernah cinta sama lo dan gue cintanya sama orang lain gimana?"

"Hah cinta sama yang lain?" tanya Ferisha dan langsung dijawab anggukan oleh Devian.

"Sebelum aku dapet undangan dari kamu aku akan kejar terus sampai mampus," ucapnya tegas sambil mengangkat satu tangannya yang terkepal.

"Terserah deh capek gue,"

Lelah, satu kata yang pantas Devian katakan dalam hatinya jika sudah bertemu dengan Ferisha, mencoba untuk tak merespon, langsung saja Devian meninggalkan Ferisha dan berjalan fokus ke kantin tanpa memperdulikan teriakan cewek dibelakangnya.

"Woi! Dev sini," Ervan mengangkat tangannya dan mengisyaratkan Devian untuk bergabung dengannya.

"Tumben lama?" tanya Veno yang sedang memakan bakso, biarkan dirinya menebak, Devian yakini itu pasti bakso yang sudah bakso yang keberapa kali dimakan olehnya.

"Biasalah dijegat Shasha dia," ucap Gerlan yang baru saja bergabung dengan mereka, Gerlan baru saja mengambil beberapa minuman botol untuk mereka, dan langsung mendudukan dirinya di samping Devian.

"Beneran Bro?"

"Ya beneran lah lo kira gue bohong," ucap Gerlan kesal karena tak ada seorang pun yang percaya pada dirinya.

Terdengar tawa yang menggelegar di meja yang diduduki oleh Devian dan pelaku yang tertawa tadi adalah Veno dan Ervan.

"Makanya gue bilang juga apa dia gak bakal nyerah sebelum dapetin lo," ucap Ervan sambil menghapus air mata yang terdapat di ujung matanya, terkekeh sampai ingin menangis adalah hal yang sering terjadi pada Ervan jika sudah menyangkut kelakuan Ferisha.

"Tapi gue heran ngeliat si Shasha kayak gak ada beban hidupnya," pikir Veno heran.

"Tapi gue pernah kok ngeliat dia nangis di rooftop," ucap Gerlan yang mendapatkan tatapan aneh dari semua temannya.

"Hah beneran?" tanya Ervan heran.

"Iya,"

"Gue rasa dia punya masalah sama keluarganya karena yang gue denger dia gak nyebut nama lo," ucap Gerlan sambil menunjuk Devian.

Apakah benar yang dikatakan Gerlan?

•••

Bel pulang sudah berbunyi membuat para siswa berhamburan untuk keluar dari kelas mereka, hanya Cewek ini yang masih berada di dalam kelasnya, sejak tadi sahabatnya sudah mengajaknya untuk pulang bersama tetapi ia menolak ajakan tersebut dengan berbagai alasan.

"Gak usah gue masih mau ke toko buku,"

"Gak usah, nanti lo repot,"

"Lagian rumah gue deket kok,"

"Gue masih mau nongkrong di cafe juga,"

Itulah jawaban yang diberikannya untuk sahabat-sahabatnya.

Bukannya ia tidak ingin pulang tetapi keadaan di rumahnya-lah yang mendorongnya untuk tetap berada di dalam kelasnya, melihat keadaan rumah yang kosong membuatnya teringat masa lalunya, papa dan mamanya bercerai dan pergi meninggalkan dirinya seorang diri.

Memang benar kehidupannya selalu terpenuhi oleh harta sebab papanya yang selalu mengiriminya uang setiap bulan, tetapi bukan itu yang Ferisha inginkan, ia hanya ingin disayangi seperti kebanyakan orang.

Bukan hanya harus terpenuhi secara finansial, tetapi dirinya ingin dipenuhi oleh kelembutan dari rumah, kasih sayang orang tua, serta ingin di nasehati, hanya karena hal sepele, tak apa ia selalu di nasehati, artinya mereka perduli bukan.

See, betapa kuat ia menjalani hidupnya.

Tanpa sadar air matanya mengalir sempurna dari pelupuk matanya.

"Hiks...Shasha kangen kalian," lirihnya di tengah kesunyian, tanpa disadari ada sepasang mata yang memperhatikannya.

Yujupcy02

Segini dulu part kali ini,semoga kalian pada suka yah,jangan lupa untuk vote dan komen yah.

Married With Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang