[JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN]
—It's Nothing like us—
KEBERUNTUNGAN pagi ini untuk para siswa-siswi di SMA Jaya Negeri.
Jam kosong yang dimulai sejak loudspeaker berbunyi menyuruh semua para guru untuk datang melakukan rapat di ruang guru, mengakibatkan kerusuhan di berbagi penjuru kelas.
Hal yang paling sering terjadi saat jam kosong yang pasti dilakukan seluruh kelas adalah; para perempuan melakukan bisik-bisik tetangga atau sering di kenal dengan gibah pada jaman sekarang; para lelaki bermain bola di depan kelas dengan menggunakan kertas yang di gulung hingga berbentuk seperti bola maupun stipo hasil curian.
Namun hal tadi tidak berlaku bagi Ferisha yang sedang duduk di kursi paling pojok kanan belakang, ia menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong, membuat ketiga temannya khawatir.
"Lo kenapa sih Sha?" Tiffany menatap Ferisha khawatir, namun hanya dibalas gelengan kepala oleh Ferisha.
"Karena Devian lagi?" Bella menatap Ferisha dengan muka kesalnya, Ferisha hanya terdiam tidak berani melakukan gerakan membalas maupun menjawab pertanyaan tadi.
"Emang dasar yah tuh cowok sering banget buat lo galau, pengen banget rasanya gue obrak-abrik muka gantengnya," timpal Nada yang sedang memakan cilok yang sedang naik harga itu.
"Bukan salah dia, gue hanya pengen move on tapi gue gak tau caranya gimana,"
Pernyataan yang barusan keluar dari mulut Ferisha membuat ketiga temannya melongo tak habis pikir, mereka saling memandang satu sama lain, memeriksa keadaan telinga, takut jika telinga mereka yang bermasalah.
"Gue gak salah dengarkan, ini beneran lo Sha, lo gak sakitkan?" Bella meletakkan telapak tangannya di dahi Ferisha.
Ferisha menyingkirkan tangan Bella dari dahinya. "Apaan sih, yah iyalah ini gue lo kira gue apa-an coba?"
"Lo beneran mau move on nih?"
"Iya gue beneran mau move on, makanya lo bertiga bantuin gue yah"
"Yah gue sih bisa-bisa aja asalkan lo serius jangan main-main dengan ucapan lo"
"Iya gue janji gak main-main, tapi gak tau kalo lagi kumat hehehe,"
"Oke sekarang kita harus googling; cara move on dari gebetan,"
Tiffany mengeluarkan handphone-nya kemudian ia mengetik sesuatu di benda tersebut.
"Yang pertama; cari kejelekan pada wajah gebetanmu," ujar Tiffany mengawalinya.
"Astaga lo gak liat mukanya Devian seganteng apa, kalo di pikir-pikir nih yah Tuhan nyiptain dia tuh pas lagi good mood tau gak, Devian tuh gak ada cacat sama sekali," ucap Ferisha sambil membayangkan indahnya ciptaan Tuhan yang satu itu.
Nada mengangguk-angguk kepalanya pelan, "Bener juga sih, jadi ini gimana dong masa baru yang pertama aja udah gagal," ucap Nada membenarkan fakta tersebut.
"Gimana kalo nanti kita ngumpul di rumah si Shasha terus kita buat list hal apa aja yang harus dia lakukan untuk move on dari cowok batu itu," saran Bella kepada teman-temannya.
"Setuju gue," ucap Tiffany dan Nada serempak.
"Lo mah setuju-setuju aja, karena banyak makanan kan di rumah gue," ucap Ferisha mengetahui ulah busuk ketiga sahabatnya itu.
Nada melebarkan senyum manis di bibirnya ,"Tau ajaloh ferguso," ucapnya sedikit terkekeh.
Ferisha terdiam sejenak memikirkan sesuatu ,ia menggigit bibir bawahnya sambil menganggukan kepalanya berulang kali, seolah memikirkan hal yang sangat rumit.
"Tapi tunggu deh, kayaknya gue rugi kalo gue berhenti ngejar Devian sekarang, karena gue punya feeling kalo Devian bakal terima gue,"
Perkataan Ferisha tadi membuat ketiga sahabatnya melongo tidak percaya, Ferisha memang begitu ia sangat labil dan tak konsisten, tadi bilang apa sekarang bilang apa.
"Apa-apaan sih lo?! katanya mau move on," Bella menggelegar kan suaranya di seluruh kelas.
"Besok-besok aja deh gue coba, sekarang gue mau ketemu Devian dulu mau ngasih ini nih," Ferisha menunjukkan cokelat yang sedari tadi di kantongi-nya.
•••
"Dev kita pulang sekolah harus cepat ke markas," Gerlan mengawali percakapan setelah ia melihat pesan yang baru masuk di handphone-nya.
Devian menaikkan satu alisnya. "Emang kenapa?" tanya Devian heran.
"Ada yang nyerang markas, kata Dino anak SMA Garuda Bangsa yang nyerang," balas Gerlan dengan raut wajah marahnya.
"Kirim pesan ke semua anak butterfly yang ada di sekolah ini untuk ke markas pulang sekolah," raut wajah Devian yang dingin sekarang lebih menyeramkan setelah mendengar berita tadi.
Gerlan dan kedua temannya segera melakukan perintah yang diberikan oleh Devian, kalau sudah begini mereka tidak berani berbicara apalagi membuat lawakan di hadapan Devian.
"Hai semuanya," Ferisha datang seperti biasa dengan senyuman mengembang di bibirnya.
"Kamu dari tadi aku cari-in di kelas ternyata disini," Ferisha langsung duduk di sebelah Devian yang kini hanya terdiam.
Ketiga sahabat Devian pun memandang Ferisha was-was, mereka takut Ferisha akan terkena imbas dari kemarahan Devian saat ini.
"Kamu kok diem aja sih, biasanya kalo aku ngomong kamu ngebalas aku sambil deheman kayak nahan kentut kok sekarang beda sih,"
Mereka yang melihat hal tersebut ingin tertawa mendengar humor yang Ferisha lakukan, tetapi setelah melihat wajah Devian lagi mereka semua tidak berani membuka suara.
"Kalian pada kenapa sih?"Heran Ferisha melihat ketiga orang yang ada di depannya.
"Woi! lo bertiga pada kenapa sih kok pada diam gitu?"
Ferisha meletakkan telapak tangannya di dahi Devian, "Enggak panas berarti enggak sakit dong,"
"Dev jawab dong ini aku bawa-in cokelat buat kamu," Ferisha menggerak-gerakkan tangannya di bahu Devian.
Devian yang sedari tadi mendengar rengekan dari bibir Ferisha merasa sangat jengah.
"Apa-an sih lo bisa gak sih lo pergi dari sini, "Ferisha terkejut mendengar suara Devian yang pertama kali sangat membentaknya.
"Lo gak bisa apa jadi cewek pada umumnya bukan cewek murahan kayak sekarang?" Ferisha sekuat tenaga menahan tangisan yang sebentar lagi akan keluar.
Ferisha malu sekarang ia menjadi tontonan semua orang yang berada di kantin.
"Gue gak suka liat muka lo ada disini mending sekarang lo pergi," Devian mengusir Ferisha dengan kasar
Ferisha pasrah sekarang tak ada lagi yang menyayanginya di dunia ini, bahkan disaat mencari kebahagian pun dirinya tak mampu.
"Maaf yah Dev udah buat kamu marah, tapi aku bukan murahan seperti yang kamu bilang, makasih atas kenangan yang kamu beri ke aku walaupun kenangan itu bukan kenangan yang indah," Ferisha tersenyum dengan tulus.
"Aku pergi dulu, kamu bebas sekarang,"
Ferisha melangkahkan kakinya keluar dari pintu kantin, banyak pasang mata yang menatapnya iba, namun ada juga yang terlihat senang saat melihat Ferisha terjatuh seperti sekarang.
"Lo kenapa sih bilang Ferisha murahan?" Gerlan sudah tidak tahan melihat Ferisha diperlakukan seperti tadi oleh sahabatnya
"Lo tau kan perjuangan dia ke lo gimana? Seharusnya lo hargai itu,"
"Maaf gue terlalu emosi tadi," Devian merasa bersalah atas tindakannya, ia terlalu keterlaluan, Devian tahu itu.
"Iya gue tau lo lagi emosi dan gue memakluminya, tapi bukan sama gue lo harus minta maaf tapi ke Ferisha,"
Devian mengacak rambutnya kasar lalu mengangguk. "Iya nanti gue minta maaf ke dia,"
"Udah sekarang kita harus mikirin gimana keadaan geng butterfly," ujar Veno menyudahi.
Yujupcy02
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Cold Boy
Teen FictionDevian Mahendra Wijaya-Cowok jangkung yang memiliki paras sempurna, pandai dalam segala bidang mulai dari akademi sampai bela diri, merupakan ketua OSIS disekolahnya, memiliki sifat dingin dan menjadi most wanted di SMA JAYA NEGERI. Kehidupannya sel...