17: Karena Basket

12.2K 661 17
                                    

Aku iri pada mereka yang merasakan cinta tanpa harus terluka

KEADAAN yang tenang membuat Gilang merasa nyaman di halaman belakang sekolahnya, entah mengapa ia lebih suka ketenangan dibanding keramaian, tetapi bukannya ia orang yang introvert tetapi ia lebih suka menenangkan dirinya dari kegaduhan yang terjadi dikelasnya.

Gilang juga memiliki sahabat walaupun tidak banyak tetapi ia bisa berteman dengan baik, ia lebih suka bergelud dengan tumpukan buku di hadapannya di banding harus berinteraksi dengan manusia yang hanya 'caper' dihadapannya.

Ia terus saja menikmati ketenangan yang terjadi halaman sekolah miliknya sampai-sampai ia dapat merasakan hembusan angin yang menerpa kulitnya.

Namun perbincangan yang ia dengar melalui telinganya mampu membuatnya sedikit terganggu, ia berjalan ke arah sumber suara tersebut dan mendapati Ferisha dan Devian yang sedang bersama.

Namun sepertinya Devian berulah lagi kepada Ferisha sekarang, pikirnya.

Ia dapat melihat jelas bagaimana Devian menghancurkan hati Ferisha dengan perkataan pedasnya, ia melihat Ferisha terduduk lemas di rerumputan halaman itu, Gilang berjalan ke arah Ferisha dan mengeluarkan sapu tangannya lalu langsung menyodorkannya ke arah Ferisha.

"Udah ga usah nangis lagi Sha,"

Ferisha mengangkat kepalanya dan menatap Gilang, ia tidak membalasnya namun mengambil sapu tangan yang Gilang berikan kepadanya.

"Cowok kayak dia gak pantes lo tangisin,"

"Tunjukin ke dia kalo lo emang benar di banding cewek yang kemarin nge-bully lo di kamar mandi,"

"Udah bangkit Sha, bentar lagi bel masuk nanti lo telat,"

Gilang membantu Ferisha untuk bangkit dari duduknya dan menghapus air mata Ferisha dengan tangannya.

"Ayo gue anterin ke kelas lo," ajak Gilang.

Ferisha menganggukan kepalanya dan berjalan beriringan dengan Gilang, di sepanjang koridor kelas banyak yang memperhatikan mereka berdua dengan tatapan kebingungan, Ferisha yang masih tengah bersedih tidak memperdulikan tatapan mereka dan memilih untuk terus berjalan.

Mereka berdua telah sampai di depan pintu kelas Ferisha, ketiga sahabat Ferisha yang melihat Ferisha bersama Gilang langsung berlari ke arah Ferisha.

"Wadaw pangeran berkuda darimana nih?" tanyanya Nada dengan gombalan mautnya, Gilang yang melihat hal itu hanya mampu bergidik ngeri ke arah Nada.

"Eh ingat pacar lo Nad," ucap Tiffany sambil memukul kepala Nada dari belakang membuat Nada mengadu kesakitan.

"Gue ingat kali, tapi kalo godaannya kayak begini mana kuat gue," ucapnya sambil mengelus kepala bagian belakangnya yang baru saja di pukul oleh Tiffany.

Bella yang melihat kegaduhan yang dilakukan oleh kedua sahabatnya tersebut tidak memperdulikannya, ia lebih memilih untuk memeriksa keadaan Ferisha sekarang.

"Lo gak di apa-apain kan sama si Devian?" Bella memeriksa keadaan tubuh Ferisha takut jika Devian melakukan kekerasan kepada Ferisha.

"Gue gak papa kok Bel, gak usah khawatir," Ferisha menghentikan aktifitas Bella yang terus saja memeriksa keadaan dirinya.

"Makasih ya Lang udah nganterin gue," ucap Ferisha berterima kasih.

"Iya santai aja, kalo gitu gue balik ke kelas dulu yah,"

Gilang tersenyum kepada mereka, lalu Gilang membalikkan badannya dan langsung berjalan menuju kelasnya.

"Makasih ya Pangerannya Nad," Nada melambaikan tangannya dan terus saja menatap ke arah punggung Gilang.

Married With Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang