29: Insiden Donat dan Dalgona Coffee

13.9K 608 34
                                    

Aku lelah berjuang seorang diri,apakah masih ada harapan bagi diri ku?

FERISHA berjalan menuruni tangga dengan Miko yang berada di gendongannya, ia telah mengganti pakaiannya dengan kaos berwana pink bertulisan 'cute girl' ditengah-tengah baju itu dan sangat sempurna di padukan dengan celana hitam panjang yang pas dipinggang kecil Ferisha, ia menurunkan kucing bertubuh gembul itu ke lantai dan mengelus sebentar kepala Miko.

"Shasha masak dulu yah,jangan diganggu loh, awas kalo naik-naik ke meja, kamu nanti Shasha potong terus di jadiin sate kucing," ucap Ferisha memperingatkan, namun kucing tetaplah kucing, Miko hanya memperlihatkan wajah polosnya tak mengerti segala ucapan Ferisha.

Ferisha berjalan mendekati Devian dan menarik tangan Devian ke arah meja dapur, Ferisha memakai celemek miliknya, ia mengikat rambut hitam legam dengan ikat rambut yang selalu ia pakai di pergelangan tangannya.

"Sekarang saatnya Chef Shasha beraksi, sekarang kamu jadi asisten aku yah,"

"Nah keluarin semuanya, biar aku pilihin mana yang untuk donat goreng sama dalgona coffee nya,"

"Sebelum masak-masak kita cuci tangan dulu," ajaknya kepada Devian dan langsung diikuti oleh Cowok itu.

"Sekarang kita ambil mangkuknya," Ferisha berjalan ke arah lemari dan melihat-lihat sebentar mencari mangkuk dan matanya berbinar kala melihat mangkuk putih di depan matanya, ia langsung mengeluarkan mangkuk di dalam sana dan menaruhnya ke meja.

"Sekarang timbangannya mana?" tanya Ferisha kepada Devian, Devian dengan cepat memanggil Bi Ina untuk membantu mereka, setelah berhasil menemukan timbangan Bi Ina segera pergi untuk membersihkan halaman depan rumah.

"Oke udah ada semua, sekarang aku buat donatnya, kamu buat dalgona coffee nya,"

"Sini biar aku ajarin," ajak Ferisha.

"Ambil gelasnya terus masukin kopi-nya, gula terus masukin air hangat, nah setelah ini kamu aduk-aduk pake ini sampe ngentel," ucap Ferisha sambil menyodorkan whisk kepada Devian, namun Devian masih setia melihat ke arah handphone-nya.

"Kamu dengerin gak sih?!"

Devian mematikan handphone miliknya dan menoleh ke arah Ferisha, "Denger,"

"Yaudah, buat nih harus sampe kentel ya,"

"Hm."

Devian langsung melaksanakan hal yang Ferisha perintahkan, tangannya bergerak cepat mengaduk cairan itu, ia menggunakan whisk yang manual tanpa mesin, keringat mengucur keluar dari dahi dan tubuhnya.

Sedangkan Ferisha dengan lihai mengikuti cara kerja dan resep yang ia lihat dari handphone-nya, ia terus menerus mencampur dan mengaduk bahan-bahan di dalam mangkuk tersebut.

Devian terus menerus mengaduk kopi yang sejak tadi tak mengental, ia mengusap keringat di dahinya dan melanjutkan pekerjaannya.

"Gila otot gue bisa jadi banyak kalo tiap hari begini,"

"Huftt,"

Devian terus menerus mengaduk dengan tenaga yang tak bisa di bilang santai lagi, tangannya terus menerus berputar untuk membuat kopi itu mengental, namun tetap saja tak mau mengental.

"Ini kapan ngentelnya sih?!"

"Ngapain coba orang buat minuman kayak begini? Kayak gak ada kerjaan aja," kesal Devian.

"Baru kali ini gue ngelakuin hal gak berguna,"

Ia memberhentikan pekerjaannya dan memilih untuk menetralkan napasnya yang terengah-engah, Ferisha yang sudah selesai menguleni adonan pun langsung menutupi mangkuk itu dengan kain, ia berjalan ke arah Devian dan menepuk bahunya.

Married With Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang