Jika hatimu banyak merasakan sakit, maka belajarlah dari rasa sakit itu untuk tidak memberikan rasa sakit pada orang lain.
"MAMPUS!" Nada tertawa keras saat melihat Ferisha yang sudah terdiam memperlihatkan wajah pucat di wajahnya kala botol minum berwarna biru itu mengarah ke arahnya.
"Oke udah fix lo yang kena," ucap Bella sumringah, matanya ia kedipkan berulang kali, ia tersenyum dan kembali mengarahkan tangannya ke arah snack kentang yang sejak tadi ia pegang, namun tadi sejenak ia berhentikan karena takut botol tadi mengarah ke arahnya.
"Gak boleh nolak yah, kalo nolak jaminannya traktir kita makan selama seminggu di kantin," Tiffany berseru semangat sambil mengangkat kedua tangannya gembira.
"Ah nih botol gak seru banget kampret, masa iya cuma sekali aja di puter, gak adil banget ,sekalinya di puter ke arah gue," marah Ferisha sambil melempar botol tersebut ke lantai, karena sangking kesalnya ia tak memperdulikan bahwa itu merupakan botol minum milik Bella.
Mata Bella membulat lebar kala melihat botol minum miliknya di lempar ke lantai dengan gampangnya oleh Ferisha.
"Heh! Kudanil enak banget lo ngelemparnya kunyuk." ucap Bella sambil memukul kepala Ferisha kesal.
"Aduh!" teriak Ferisha kesakitan, tangannya ia arahkan mengelus kepalanya yang baru saja di pukul oleh Bella.
"Rasain, salah sendiri lo lempar," celetuk Tiffany memanas-manasi, namun ia tetap membantu mengelus kepala Ferisha juga.
Bella mengarahkan tangannya mengambil botol tersebut yang sudah terlihat mengenaskan di bawah sana, matanya menyusuri setiap inci dari bagian botol itu, tangannya ia arahkan ke dadanya dan mengelus pelan
"Untung gak pecah, tupperware emak gue ini, bisa mati gue kalo nih botol pecah, nih botol lebih di sayang di banding gue tau,"
"Kasian banget lo,coba tanya lo anak kandung apa bukan sama mak lo,"Sahut Tiffany sambil terkekeh melihat wajah Bella yang memerah akibat terlalu takut botol tersebut pecah.
"Tiff lo udah pernah di penyokin pake batu gilingan belum, kalo belum sini ikut gue," kata Bella terlampau lembut namun seakan serius dengan ucapannya.
"Sorry Sha reflek tadi, lo sih gampang banget ngelempar nih botol," ucap Bella sambil mengelus pelan surai rambut Ferisha, namun Ferisha malah menggelengkan kepalanya sambil tertawa.
"Mampus jadi sinting dia, lo gak gila kan Sha," ucap Nada takut sambil menatap Ferisha was-was.
"Enak banget lo bilang gue gila,"
"Gue ngakak aja liat muka si Bella, mukanya dah kayak pengen nangis," ucap Ferisha tetap terus menerus tertawa tak terbendung.
"Lo sih muka lo bully-able banget jadi suka di jail-in," ejek Tiffany sambil menepuk wajah Bella dari depan, namun karena Bella yang tak tahu, satu jari Tiffany masuk ke dalam mulut Bella.
"Beh, bau jigong naga mulut lo," kata Tiffany sambil mengendus jarinya dan tiba-tiba ingin muntah setelah menciumnya, ia membersihkan tangannya ke seragam Bella.
"Sialan memang sahabat macam lo," kesal Bella sambil memukul kepala Tiffany juga.
"Udah-udah balik ke topik awal, lo yang kena dan terima dare-nya," ucap Nada kembali mengalihkan perhatian ketiga sahabatnya itu.
"Game-nya ngaco masa iya cuma sekali putaran terus gak bisa pilih truth atau dare," tolak Ferisha terus, tak adil sekali permainan macam ini.
"Lah kita harus beda girl, semua yang berbeda lebih asik, benerkan Bel, Tiff?" balas Nada enteng, tangannya mengarah ke arah snack Bella yang berada di meja, setelahnya ia mengarahkan tangannya ke mulutnya dan mengunyah snack yang ada dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Cold Boy
Teen FictionDevian Mahendra Wijaya-Cowok jangkung yang memiliki paras sempurna, pandai dalam segala bidang mulai dari akademi sampai bela diri, merupakan ketua OSIS disekolahnya, memiliki sifat dingin dan menjadi most wanted di SMA JAYA NEGERI. Kehidupannya sel...