08: PMS Oh No

15.3K 819 4
                                    

Gak ada yang bisa di percaya lagi, selain diri sendiri.

PAGI hari sekali Ferisha bangun dengan keadaaan Devian berada di samping, ia masih mengira ini mimpi, laki-laki yang ia kejar selama ini sekarang ditakdirkan menjadi miliknya.

"Emang bener ya kalo udah jodoh sekeras apapun kita pergi menjauh dan menolak kalo memang jodoh ya tetap bersatu,"

Kalimat itu yang Ferisha percaya saat ini, ia masih ingat jelas bagaimana Devian menolaknya dan mengatainya dengan kata 'murahan' di depan banyak orang yang mampu membuatnya merasa dunia semakin kejam.

"Karma masih berlaku sobat," Ferisha mengatai Devian dalam hati

Ferisha memperhatikan Devian dengan sangat lekat, ia mengagumi bentuk wajah Devian dan tubuh Devian, sempurna, satu kata yang dapat mendefinisikannya.

"Dia punya roti sobek gak ya?" tanya Ferisha dalam hati.

Ferisha memukul kepalanya dengan telapak tangannya, memang sudah error sekali keadaan otak-nya ini.

"Aduh Sha, pikiran lo pagi-pagi udah begitu,"

Ferisha terkekeh sebentar lalu kembali melihat wajah tampan didepannya, sungguh nikmat melihatnya sedekat ini.

"Gue tau gue ganteng tapi gak usah diliat terus risih gue," Devian berbicara mengejutkan Ferisha, padahal ia masih menutup matanya sekarang.

"Apaan sih kamu siapa juga yang liatin, pede banget," Ferisha malu setengah mati, ia ketauan telah memperhatikan Devian yang sedang tertidur.

"Alah bohong banget lo, tuh mulut aja dari tadi ngiler ngeliatin gue,"

Ferisha memegang mulutnya, meraba area sekitar mulut-nya dan menyadari kalau Devian telah menipunya.

"Ish! nyebelin banget sih jadi cowok, aku gak ngiler ya," Ferisha memukul lengan Devian berulang kali.

"Gila ya lo sakit nih tangan gue,"

"Biarin gak peduli," Ferisha meninggalkan Devian dan berjalan menuju kamar mandi untuk berangkat ke sekolah.

Setelah beberapa menit Ferisha keluar dengan menggunakan seragam sekolah lengkap, dengan rambut yang masih di bungkus dengan lilitan handuk.

"Cepetan mandi, biar aku siapin seragam kamu," ujar Ferisha dan langsung saja Devian bangkit dan menuju kamar mandi.

Ferisha berjalan ke arah lemari bermaksud untuk menyiapkan seragam Devian, setelah selesai ia berjalan keluar dari kamar.

Ferisha melihat ke arah dapur ternyata disana sudah ada kakak ipar-nya dan beberapa pembantu.

"Pagi kak Silvia, cantik banget sih pantesan bang Arsen suka yah," Ferisha memuji Silvia sambil memeluknya dari belakang.

Entah mengapa Ferisha sangat mudah untuk berbaur, padahal baru saja ia bertemu dengan Silvia tetapi sekarang seperti sudah kenal satu tahun.

Silvia tidak mempermasalahkan sifat Ferisha, ia merasa senang jika melihat Ferisha seperti ini.

"Kamu bisa aja sih," Silvia berkata sambil terkekeh melihat Ferisha.

Married With Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang