🍁Pindahan

60.4K 4.1K 152
                                    

Vella berjalan santai di belakang Merlin. Karena ia yakin Arjuna tak berani macam-macam dengan dirinya selagi ada mama mertuanya.

Matanya terbelalak saat melihat dua koper besar ada di dekat sofa ruang keluarga.

Vella menatap Arjuna yang baru saja dari dapur dengan tatapan bingung.

Arjuna yang mendapati tatapan bingung dari Vella meminum santai soda yang ada di tangannya.

"Kenapa?"tanya Arjuna santai.

"Kamu mau kemana Arjuna?"tanya Merlin bingung saat melihat koper di depannya.

"Arjuna mau pindah ke apartemen sama Vella sekarang mah" jawab Arjuna santai tanpa melihat respon terkejut dari dua perempuan di depannya.

"Dih apa apaan?!"kaget Vella.

"Kenapa?kaget?makanya kemana mana tuh izin!"ucap Arjuna setengah menyindir.

Vella mengumpat dalam hati. Gara-gara kelakuan dia sendiri malah dia yang kena imbasnya.

Merlin yang tau bahwa ucapan anaknya itu ada mengandung unsur menyindir Vella hanya menggelengkan kepalanya heran.

"Lagian Vella tuh cuma ke supermarket sama mama,kamu tuh alay banget sih"dengus Merlin sambil menaruh belanjaannya di atas meja dapur dan di taruh kulkas oleh maid yang tadi ikut ke supermarket.

Vella mengangguk setuju.

"Nah bener!dengerin tuh ucapan mama!"ucap Vella mengompor ngompori.

Arjuna mendengus kesal. Kenapa jadi dia yang salah gini.

"Bodo amat ga peduli pokoknya hari ini pindah ke apartemen titik!"tegas Arjuna tak terbantahkan.

Vella memutar bola matanya jengah.

Satu-satunya jalan keluar ya pasti harus ada yang mengalah dan
ujung-ujungnya pasti dia yang ngalah.

"Yaudah mah kita pindah ke apartemen aja"putus Vella akhirnya.

Arjuna menatap Vella bangga dengan senyum lebarnya. Merlin menatap Vella terkejut.

"Gapapa sayang?"tanya Merlin khawatir. Bagaimana-pun juga mereka ini masih pengantin baru.

"Gapapa kok mah. Justru karena kita udah nikah kita emang harus mandiri"ucap Vella.

Merlin menatap menantunya sambil tersenyum. Tidak salah Vella ia jadikan menantu.

"Yaudah. Kalo ada apa apa telfon mama aja"

Vella hanya mengangguk mengiyakan.

Arjuna yang sedari tadi hanya menjadi penonton akhirnya angkat bicara.

"Yaudah mah kita berangkat dulu"pamit Arjuna sambil mencium punggung tangan mama-nya.

Merlin menatap sendu anak sulungnya. Tak sadar anaknya sudah sebesar ini. Bahkan ia tak percaya anaknya sudah bisa membangun keluarga.

"Loh mah kok nangis?!"panik Arjuna saat melihat mata Merlin yang berkaca-kaca.

"Mama kenapa nangis?" Vella ikutan panik saat Merlin memeluk Arjuna dan Vella secara bersamaan.

Merlin terisak. Ia terus berbicara sambil menangis membuat perkataannya sedikit tidak jelas.

Namun sedikit yang Vella dengar Merlin mengucapkan.

'Mama sayang kalian'

Vella mengusap punggung Merlin lembut.

"Mama jangan nangis"lirih Vella.

"Loh ada apa ini?kok pada nangis nangis sambil pelukan gini?"tanya Ferren,papa Arjuna yang datang dari taman belakang.

"Arjuna mau pindah ke apartemen pah"jawab Arjuna santai.

Ferren membulatkan matanya tak percaya.

"Kamu seriusan mau pindah sekarang?"kaget Ferren sambil melihat koper besar yang berisi
baju-baju Vella dan Arjuna.

Arjuna mengedikkan bahunya acuh.

"Papa ngeremehin aku?"sengit Arjuna.

Merlin memutar bola matanya jengah.

"Mulai ribut lagi. Kaya bocah"ucap Merlin sambil duduk di sofa ruang keluarga.

"Anak kamu tuh yang mulai!"ucap Ferren tak terima.

Arjuna yang merasa di salahkan menatap papa-nya kesal.

"Enak aja!jelas jelas papa!"

"Lah?!papa turunin jabatan kamu jadi office boy mau?!"

"Papa ga inget perusahaan papa jadi tambah maju berkat siapa?!"

"Halah gaya!kalo bukan papa yang ngajarin kamu pasti kamu udah jadi gembel!"

"Papa tuh yang gembel!Arjuna mah ganteng mon maap..."

"Kok kamu kurang ajar?!"












"KALIAN TUH BERISIK BANGET KENAPA SIH?!"teriak Merlin pusing.

Vella ikutan duduk di samping Merlin sambil mengusah kedua bahu mama mertuanya.

"Mama kenapa dulu pas bangun mansion gak bikin tempat tinju aja sih mah?"saran Vella yang sepertinya memang masuk akal.

Merlin menjentikkan jarinya.

"Bagus juga saran kamu. Ah coba mama kenal kamu dari dulu pasti mama bakal bikin ruang tinju yang gede!kalo udah jadi gini kan harus di ancurin dulu mansionnya"ucap Merlin asal.

Asal namun Vella tau ucapan mama mertuanya itu hanya bercanda.

Ferren melotot menatap istrinya.

"Enak aja main ambruk ambrukin!ini juga yang ngerancang mansion arsitek terkenal tau!"

Merlin menatap suaminya sinis.

"Halah!suruh siapa bikin mansion gak bilang bilang. Mama kan jadi ga bisa ikutan ngerancang!"

"Jelek selera mama mah!"

"Loh?berarti papa jelek dong?papa kan selera mama"

Ferren mendengus. Istrinya itu membuat dirinya jatuh dan terbang secara bersamaan.

Arjuna berdecak kesal.

"Sendirinya juga kaya bocah"sindir Arjuna sambil menatap mama-nya.

"Nyindir mama hah?!"

"Ayo sayang kita sarapan aja"

Arjuna menarik lembut pergelangan tangan kanan Vella sambil menuntunnya menuju meja makan yang sudah ada makanan di atasnya.

"Loh?masakannya udah mateng?"bingung Merlin.
















"Udah!kalo nunggu mama keburu mati kelaperan aku"
































Di dalam hati Merlin terus mengumpat anak sulungnya itu.

'Anak kurang ajar'

Ar-VellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang