'Teng!' 'Teng!'
Bel berbunyi dua kali, menandakan habisnya jam pelajaran pak Andreas, dan masuknya waktu istirahat pertama.
"Baiklah, sekian pelajaran saya hari ini. Untuk tugas makalah yang saya berikan tadi, dikerjakan dengan teman sebangku, nilai tugas ini untuk berdua, bukan individu. Makalah sudah terkumpul di ruangan saya Rabu depan, permisi."
Pak Andreas melangkahkan kaki keluar kelas, ketika berada di pintu dia memberhentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Vaya yang kebetulan tidak jauh berada di belakangnya.
"Kenapa Pak?" tanya Vaya, ketika melihat raut wajah pak Andreas seakan ingin mengatakan sesuatu kepadanya.
"Katakan pada teman kamu, dia yang mengumpulkan semua makalah, perwakilan dari kelas kalian untuk mengantarkannya ke ruangan saya. Lalu ingatkan dia, untuk membawa bukti yang saya minta. Terimakasih Lavanya."
Pak Andreas berlalu pergi meninggalkan Vaya yang terdiam, gadis itu berperang dengan pikirannya sendiri.
"Siapa teman gue?" gumamnya.
Tanpa memusingkannya, gadis itu berjalan keluar meninggalkan kelas yang mulai sepi.
Rata-rata murid di SMA Nusantara memilih menghabiskan waktu istirahat pertama, di cafetaria.
Cafetaria, kantin di Nusantara yang sangat unik, tidak seperti kantin sekolah pada umumnya.
Tapi seperti cafe-cafe yang terkenal, dimana muda-mudi suka menghabiskan waktu berlama-lama sekedar memesan minuman, dan menggunakan WiFi.
Di sudut cafe juga dilengkapi pentas band berukuran sedang, juga terdapat berbagai alat band yang bebas digunakan oleh siapapun.
Namun, Vaya lebih memilih duduk di kursi yang terletak di sudut barat, karena di sana tempat ternyaman baginya di cafetaria.
Karena di sana, berhadapan langsung dengan jendela yang terbuka, angin yang bertiup sepoi-sepoi, membuat Vaya benar-benar betah untuk berlama-lama sekedar memesan minum, atau membaca buku.
Walau dia sangat tidak menyukai keramaian, seperti sekarang. Karena, rata-rata seluruh gadis yang ada di sini, berteriak histeris, suara mereka nyaris memekakkan gendang telinganya.
Vaya sangat tau, apa yang membuat seluruh gadis yang berada disini menjadi sehisteris itu.
Siapa lagi jika bukan kedatangan personil Sos band. Entahlah, apa bagusnya band itu?
Bagi Vaya, tidak ada menariknya.
Ketika musik berbunyi semua gadis semakin heboh, dan berteriak semakin histeris. Salah satunya, gadis yang tiba-tiba berada di sebelahnya, siapa lagi jika bukan Kayana Putri.
"WOW! SOS BAND! I LOVE YOU SO MUCH! UWU ...."
Tidak tinggal diam, tangannya ikut bertepuk semangat seperti gadis lainnya. Ketika lagu akan mencapai lirik yang sangat ditunggu-tunggu oleh semuanya, seluruh isi cafetaria berdiri, kecuali Vaya tentunya.
Mereka mengangkat kedua tangannya heboh, ketika vocalis memberikan aba-aba.
"SEMUANYA!" teriak vocalist, tak kalah semangatnya dengan penonton.
"TU ... WA ... GA ...." teriaknya lagi, sambil mengacungkan jarinya, menampilkan angka satu, dua, dan tiga.
"MESKI KU BUKAN YANG PERTAMA!"
"DIHATIMU TAPI CINTA KU TERBAIK UNTUK MU!"
"MESKI KU BUKAN BINTANG DI LANGIT!"
"TAPI CINTA KU YANG TERBAIK!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAINS & SOS [✓]
Teen Fiction[ DISARANKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ••• "Gue fobia sama anak IPS!" "Kenapa lo fobia sama gue?" "Lo siapa?" "Gue fobia lo." "Lo anak IPS?!" "Kenapa lo alergi anak IPS?!" "Bukan urusan lo!" "Ini urusan gue, karena gue anak IPS." "GUE BAKAL BIK...