Tidak hanya rasa aman yang Vaya dapatkan dari Dito, tapi juga kenyamanan.
Rasa yang dulu ada, yang telah ia buang jauh-jauh, sekarang kembali tanpa ia minta.
Haruskah ia kembali mengenyahkan rasa itu, dan menutup diri lagi seperti dulu?
Atau memilih menerima rasa ini, dengan seiring berjalannya waktu?
VAYA DILEMA!
"Kenapa diam?" tanya Dito sambil menempelkan air mineral dingin ke pipi Vaya.
Gadis itu tersentak kaget, ketika merasakan sentuhan benda dingin pada pipinya.
"Ucap salam dulu Dito," balas Vaya lalu mengambil air mineral yang disodorkan Dito padanya.
"Udah kok, kamu aja yang ga dengar."
Vaya membuka segel air, lalu meneguknya beberapa teguk.
"Thanks ya," ucap Vaya setelah meminumnya.
Dito menganggukkan kepalanya, lalu beralih memberikan ponselnya pada Vaya.
Gadis itu mengerutkan keningnya, menatap ponsel yang disodorkan Dito.
"Kenapa?" tanya Vaya.
"Nomor kamu," balas Dito.
Vaya mengambil ponsel itu, dan mengetikkan sesuatu. Lalu, ia memberikan kembali pada Dito.
Laki-laki itu terkekeh pelan menatap ponselnya.
"Panggil Aya?" tanya Dito sambil menunjukkan layar ponselnya pada Vaya.
Gadis itu mengusap tengkuknya tak gatal, lalu menyengir. "Biar kamu ga manggil aku Lavanya terus."
"Kenapa? Lavanya memang nama kamu kan?"
"Kepanjangan, bagusan juga Aya."
"Aku ga mau panggil Aya," tolak Dito.
"Kok gitu?" tanya Vaya tak terima.
"Pokoknya ga mau," balas Dito sambil melipat kedua tangannya di dada.
Vaya memandang Dito tajam, "trus kamu mau nya apa?"
"Mau kamu," goda Dito sambil menaikturunkan alisnya.
Gadis itu mendengus kesal, "gembel terus."
Dito terkikik geli menatap gadisnya, "ini kenyataan Lavanya, aku mau kamu."
"Jangan panggil aku Lavanya Dito!" ketus Vaya sambil menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Ga mau," balas Dito enteng.
"Panggil Aya Dito!" gerutu Vaya sambil menatap Dito tajam.
"Ga mau," balas Dito lagi.
"Terserah," ketus Vaya sambil berlalu keluar rumah.
Dito mengikuti langkah Vaya sambil tersenyum lebar.
Dia tidak peduli pipinya yang mulai terasa kaku karena terus tersenyum.
Vaya mendudukkan dirinya di gazebo, yang berada di pekarangan rumah abangnya.
Begitupula dengan Dito, laki-laki itu memposisikan duduk di sebelah Vaya.
Dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran, lalu memejamkan matanya perlahan.
"Ekhm, bukannya kamu udah punya nomor aku ya?" tanya Vaya sambil menatap Dito bingung.
"Memang," balas Dito tanpa membuka matanya.
"Trus kenapa kamu minta lagi?"
"Iseng aja,"
![](https://img.wattpad.com/cover/227168593-288-k353202.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAINS & SOS [✓]
Roman pour Adolescents[ DISARANKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ••• "Gue fobia sama anak IPS!" "Kenapa lo fobia sama gue?" "Lo siapa?" "Gue fobia lo." "Lo anak IPS?!" "Kenapa lo alergi anak IPS?!" "Bukan urusan lo!" "Ini urusan gue, karena gue anak IPS." "GUE BAKAL BIK...