04 : MEET AGAIN

1K 219 104
                                    

Seorang gadis berkerudung army, tengah duduk di bangku taman sambil menutup matanya. Dia tidak terusik dengan sekitarnya yang lumayan ramai pengunjung.

Barulah dia terusik, dengan tepukan lumayan keras pada kedua bahunya dari arah belakang.

Gadis itu membuka matanya, lalu menatap tajam si pelaku. Namun si tersangka, hanya menyengir sambil mengacungkan jari telunjuk, dan jari tengahnya secara bersamaan.

Gadis berkerudung itu merotasi kedua matanya, lalu menghembuskan nafas berat. Siapa lagi jika bukan, Lavanya Yurindra. Sedangkan si pelaku, tidak lain dan tidak bukan, Kayana Putri.

"Vaya! Gue nyariin lo kemana-kemana. Eh, ga tau nya malah asik rebahan di sini. Memang lo pikir kita mau rebahan? Lo niat ga sih bantuin gu ... hmp."

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, mulut Yana di bekap oleh Vaya.

Vaya melepaskan bekapan tangannya pada Yana, ketika gadis itu tidak lagi mengeluarkan suaranya. Vaya menatap ke arah Yana tajam, ketika gadis itu ingin mengeluarkan suaranya, lagi.

"Lo cuma minta bantuan ke gue, buat temenin lo doang kan ...."

"Ga bisa gitu dong, kan gu ...."

"Lo. Cuma. Minta. Di. Temenin. Bukan. Di. Bantuin!" bantah Vaya penuh penekanan di setiap katanya.

Yana menatap Vaya tak percaya, dari matanya tersirat kekecewaan. Tidak lama kemudian, sinar matanya berubah memelas.

"Vaya, please bantuin gue dong? Masa lo tega, ngeliat gue di panggil terus ke ruang pak Andreas," tutur Yana lirih sambil mengeluarkan puppy eyes miliknya. Sambil menangkupkan tangannya di kedua tangan Vaya.

Vaya melepas paksa tangan Yana yang menangkup tangannya, "apa sih lo! Muka lo bikin perut gue mual!" ketusnya, dan berlalu meninggalkan Yana.

"Heh, Lo mau kemana!? Lo mau tinggalin gue gitu aja!?" tanya Yana tak terima.

Vaya memberhentikan langkahnya, lalu membalikkan tubuhnya ke belakang. Dia menatap Yana, dengan mata teduhnya.

"Gitu? Jadi lo ga butuh bantuan gue? Ya udah." Vaya meneruskan langkahnya yang tertunda.

"Hah? Maksud lo apa? Gue ga paham," tanya Yana sambil berlari kecil menyamakan langkahnya dengan Vaya.

"Ck, lola!" decak Vaya sedikit kesal.

"Vaya ... gue benar-benar ga paham. Maksud lo gimana? Tolong jelasin ke gue! Lo mau kan, bantuin gue nyari orang yang hampir gue tabrak?" tanya Yana penuh harap.

"Menurut lo?" tanya Vaya singkat.

"Engga," balas Yana. "Melihat sikap lo, lo ga mungkin mau bantuin gue," sambungnya lirih.

"Oh begitu, ya sudah."

"Hah?"

"HAHAHA ...." Vaya tidak dapat menahan tawanya.

Melihat tawa Vaya, membuat Yana memandangnya dengan raut wajah konyol. Apa dia tengah bermimpi? Melihat gadis dingin itu, ternyata sangat manis ketika dia tertawa tanpa beban seperti sekarang.

Setelah beberapa menit tertawa, Vaya menetralkan raut wajahnya seperti biasa, datar.

Sedangkan Yana, gadis itu masih bengong dengan wajah yang sangat konyol.

"HUAH ... VAYA ... hmp." Teriakan Yana teredam oleh Vaya yang terlebih dahulu, menyumpal tisu ke mulut Yana yang terbuka lebar, karena tengah berteriak.

"Apa apaan sih lo! Kenapa lo sumpel mulut gue pakai tisu!? Jangan bilang, tu tisu bekas keringet lo!? Ih ... lo kok jorok banget sih jadi cewek? Kalau gue jadi sakit, karena tisu bekas lo gimana!?" cerocos Yana tak santai, disertai dengusan kesal dari mulutnya.

SAINS & SOS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang