Vaya bergegas membereskan peralatan sekolahnya, ia sangat tidak sabar untuk menagih janji abangnya.
"Kok buru-buru Vay? Mau kemana?" tanya Yana bingung, menatap Vaya yang tergesa-gesa membereskan peralatan sekolahnya. Padahal baru beberapa detik yang lalu, bel pulang berbunyi.
"Pergi jalan Yan," balasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari peralatan sekolahnya.
"Pergi kemana? Sama siapa? Ikut dong?" tanya Yana, sambil membereskan peralatan sekolahnya juga.
"Ga boleh," balas Vaya singkat. Lalu menyandang tas sekolahnya dan bergegas keluar kelas.
Yana berdecak lalu menyusul Vaya yang telah menghilang di pintu, ketika netranya melihat Vaya, ia mempercepat langkahnya. Bahkan bisa dibilang, ia tengah berlari kecil untuk menyamai langkah Vaya.
"Vaya tungguin aku dong!" teriak Yana, terengah-engah dengan keringat bercucuran di wajahnya.
Vaya memelankan langkahnya dan menoleh sekilas, lalu kembali mempercepat langkahnya lagi.
"Aku mau jalan sama Bang Tama Yan, berdua." ucap Vaya sambil menekankan kata di akhir kalimatnya.
"Aku ikut ya!? Aku mau ketemu Bang Tama juga Vay!" teriak Yana yang tidak lagi mengejar Vaya, wajahnya pucat dengan keringat yang bercucuran di wajahnya, dan gadis itu memegang perut bagian kanannya.
Vaya mengabaikan teriakan Yana dan mengambil ponsel dari saku roknya, karena mendengar notif beruntun dari ponselnya.
Prince Tama❤️
Ay<3Sayang, abang udah di depan nih.
Cepat ya dek :")
Abang takut di culik degem :'(
Mereka ngeliat abang ga nyante ://
Duh kamu dimana sih dek??
Otw bang✓✓
CEPETAN!!! ABANG TAKUT DI GONDOL PARA DEGEM AYAAA!!!!
Vaya terkekeh geli menatap pesan dari abangnya.
Diculik dede gemes katanya? Yang benar saja.
"Ponsel bisa bikin orang gila ya?"
Suara itu lagi, Vaya berdecak kesal lalu menatap tajam laki-laki di sampingnya. "Lo kali yang gila!"
"Jelas, kan nama tengah gue." balas Dito menyeringai, lalu semakin mendekatkan wajahnya pada Vaya.
"Gue jadi gila karena lo Lavanya." Perkataan Dito membuat Vaya menginjak kaki laki-laki itu, yang membuat empunya meringis kesakitan.
Dito tengah memakai sendal saat ini, sedangkan Vaya mengenakan sepatu PDH. Bagaimana tidak sakit coba?
"Shh ... shit! Lo itu cewek, masa kasar sih!" umpat Dito menatap Vaya tajam.
"Emang gue pikirin!" balas Vaya sambil berlari meninggalkan Dito.
Terdengar suara gelak tawa di belakang Dito, siapa lagi jika bukan Kenzo. "Enak ga diinjek PDH Dit? Mana lo pake sendal lagi, duh ... berdarah ga sih tuh kaki!?"
Dito membalikkan badannya lalu mengetatkan rahangnya menatap Kenzo yang masih menertawakan dirinya, sedangkan Kenzi laki-laki itu tidak mau tahu dia hanya bersandar di dinding lalu membaca novel tanpa ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAINS & SOS [✓]
Teen Fiction[ DISARANKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ••• "Gue fobia sama anak IPS!" "Kenapa lo fobia sama gue?" "Lo siapa?" "Gue fobia lo." "Lo anak IPS?!" "Kenapa lo alergi anak IPS?!" "Bukan urusan lo!" "Ini urusan gue, karena gue anak IPS." "GUE BAKAL BIK...