Vaya melirik bangku sebelahnya, lalu menatap jam di pergelangan tangannya.
11.21
Gadis itu mengerutkan keningnya, "kemana Yana?" gumamnya.
Tidak lama kemudian, Vaya menatap Yana yang baru memasuki kelas, kemudian gadis itu berbincang sebentar dengan bu Tuti, lalu menuju arahnya. Lebih tepatnya ke arah tas nya berada, yaitu tepat di sebelah Vaya.
"Mau kemana Yan?" tanya Vaya bingung, ketika melihat Yana memasukkan peralatan sekolahnya ke dalam tas miliknya.
Yana memberhentikan kegiatannya sebentar, lalu melirik Vaya datar. Lalu gadis itu kembali memasukkan peralatan sekolahnya, ke dalam tas nya.
"Izin Vay," tuturnya pelan.
"Izin kemana?" tanya Vaya tak puas.
Yana mendekatkan bibirnya ke telinga Vaya, sedangkan Vaya memasang telinga tajam-tajam, "kepo."
Vaya mendengus kesal, melihat Yana yang menyengir, ia pikir Yana akan membisikan sesuatu yang bersifat rahasia, agar tidak terdengar orang lain. Tapi, gadis itu ternyata malah mengerjainya.
"Aku pergi dulu ya, Vaya ku." ucap Yana pelan, sambil mengedipkan matanya sebelah, dan berlalu keluar kelas setelah menyalami tangan Bu Tuti.
Vaya mengerutkan keningnya lagi, bukan karena Yana yang mengerjainya, tapi karena tidak biasanya gadis itu memasang wajah datar seperti tadi.
Setelah pembelajaran hari ini selesai, Vaya bergegas keluar lalu menuju gerbang sekolah.
Hari ini gadis itu tidak membawa mobilnya, niatnya ingin menumpang pulang dengan Yana, menggunakan motor gadis itu. Tapi ternyata Yana izin pulang terlebih dahulu, saat pembelajaran tadi.
"Mana sih ojol nya?" gumam Vaya sambil menyeka keringat di dahinya.
Tidak lama kemudian, berhenti sebuah mobil berwarna hitam di depannya, Vaya mengerutkan kening. Lalu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, terdapat beberapa perempuan di halte, namun tidak ada yang di dekatnya.
Kenapa mobil ini berhenti di sini? Apa salah berhenti? Ga mungkin, halte kan agak jauh dari sini. Lagian setau gue jarang anak-anak nunggu jemputan di sini, kecuali gue yang baru pertama kali.
Vaya yang tengah berperang dengan batin nya pun tersentak kaget, ketika merasakan pergelangan tangannya di tarik.
Ia ingin berteriak, namun mulutnya terlebih dahulu dibekap dengan tangan yang lebih besar dari tangannya, lalu matanya ditutup menggunakan kain berwarna hitam.
Vaya di bawa masuk ke dalam mobil, sepertinya mobil yang berhenti tepat di depannya tadi.
Astaga kemana kewaspadaan yang telah ia pelajari satu setengah tahun ini?
Gue di culik, batin Vaya cemas.
Ketika tangan itu melepas bekapannya dan melepaskan cekalan tangannya, Vaya menggerakkan tangannya yang terbebas untuk membuka kain yang menutupi matanya, namun sebelum ia berhasil membuka kain tersebut, tangannya kembali dicekal dan diikat dengan sesuatu yang lembut.
Eh lembut? Apa biasanya penculik menggunakan sesuatu yang lembut seperti ini untuk mengikat tangan korbannya?
"Lo siapa!? Kenapa nyulik gue!? Lepasin gue!" teriak Vaya ketika mendapatkan kesadarannya
Kenapa ia tidak berteriak saja ketika tangan itu melepaskan bekapannya bukan? Kenapa ia selalu kecolongan akhir-akhir ini?
Hanya deru mobil yang dihidupkan yang didengar Vaya, bahkan ia merasakan mobil ini tengah melaju perlahan.
![](https://img.wattpad.com/cover/227168593-288-k353202.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAINS & SOS [✓]
Teen Fiction[ DISARANKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ••• "Gue fobia sama anak IPS!" "Kenapa lo fobia sama gue?" "Lo siapa?" "Gue fobia lo." "Lo anak IPS?!" "Kenapa lo alergi anak IPS?!" "Bukan urusan lo!" "Ini urusan gue, karena gue anak IPS." "GUE BAKAL BIK...