⚠️R17+⚠️
BIJAK DALAM MEMBACA !🍁🍁🍁
"Kalau mau ngelindungin orang, juga harus liat keadaan. Jangan sampai kamu ikut terluka juga Aya," tutur Arwan sambil menangkup kedua pipi Vaya.
"Udah Mas, kamu dari tadi ga berhenti ngomel." ucap Cinta sambil mendudukkan diri di sebelah kiri Vaya.
Arwan menghela napas pelan. "Aku khawatir Sayang, mau gimana aku ngejelasinnya ke Papa, Mama, dan Tama, kalau aku gagal ngejagain Aya."
Vaya menurunkan tangan Arwan yang berada di kedua pipinya, lalu menggenggam tangan abangnya itu.
"Aya gapapa Bang, malah Aya sedih kalau sampai Ibu Usi yang terluka." ucap Vaya sambil tersenyum hangat, "lain kali Aya hati-hati kok."
"Papa tenang aja, karena ada Afa yang siap melindungi Tante Vava, Afa ga akan biarin Tante Vava terluka."
Vaya, Arwan, dan Cinta menolehkan kepala menatap ke arah pintu. Di sana Rafa berdiri dengan membawa pedang mainan.
Bocah itu melangkahkan kaki menuju ke arah mereka, yang tengah duduk di atas ranjang.
Arwan mengerutkan keningnya, menatap anaknya. "Pedang itu buat apa?"
"Buat ngelindungin Tante Vava dari hama, dan bahaya." ucap Rafa sambil mengacungkan pedangnya tepat ke wajah Arwan.
Vaya dan Cinta tertawa pelan, menatap ekspresi Arwan yang membelalakkan mata menatap ujung pedang yang tepat berada di tengah-tengah keningnya.
Arwan menarik pedang itu lalu meletakkannya di atas ranjang.
"Papa, kenapa pedangnya diambil!?" protes Rafa.
"Kamu harus jadi besar dulu supaya bisa jagain Tante, makanya kamu makan yang banyak supaya cepat besar." ucap Vaya sambil membawa Rafa ke pangkuannya.
"Afa udah besar kok, buktinya Afa makan sendiri, mandi sendiri, dan tidur sendiri." ucap Rafa sambil membusungkan dadanya, dan menaikkan dagunya tinggi-tinggi.
Vaya terkekeh pelan, lalu tersenyum mengejek menatap Rafa. "Yakin udah besar? Badan aja masih kecil begini."
Rafa mendengus kesal, "Afa bakalan tumbuh besar kok, dan pasti lebih besar dari Tante."
"Makanya makan yang banyak biar bisa jagain Tante."
Rafa pun turun dari pangkuan Vaya dengan usahanya sendiri, lalu dia menatap Vaya dalam.
"Afa bakalan tumbuh besar supaya bisa jagain Tante Vava," ucap Rafa. Lalu dia menarik pelan celana Cinta, "ayo Mama Afa lapar."
Setelah kepergian Rafa dan Cinta, mereka berdua saling diam.
"Abang ... Aya gapapa kok." ucap Vaya sambil menatap Arwan sayang.
Helaan napas keluar dari mulut Arwan, dia mengelus lembut pucuk kepala adiknya. "Abang khawatir Ay, sejak tragedi itu Abang benar-benar ga mau kamu kenapa-kenapa lagi."
"Mungkin dulu Abang lalai jaga kamu, tapi sekarang Abang ga mau sampai kecolongan lagi."
Vaya terdiam untuk beberapa saat, kilasan masa lalu melintas di pikirannya.
"Ke-kenapa kalian ...," gadis itu berusaha menghirup napas sebanyak-banyaknya.
"KENAPA KALIAN MELAKUKAN HAL SEPERTI INI!? AKU SALAH APA!? KENAPA!?"
'Plak'
Lagi-lagi gadis itu menerima tamparan, untuk ke sekian kalinya.
"KARENA LO ITU BODOH!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAINS & SOS [✓]
Teen Fiction[ DISARANKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ••• "Gue fobia sama anak IPS!" "Kenapa lo fobia sama gue?" "Lo siapa?" "Gue fobia lo." "Lo anak IPS?!" "Kenapa lo alergi anak IPS?!" "Bukan urusan lo!" "Ini urusan gue, karena gue anak IPS." "GUE BAKAL BIK...