43 : WARMTH

383 43 120
                                    

"Vanya, did you forget me, your childhood lover?"

Penuturan Dito, masih terngiang-ngiang di telinga Vaya.

Gadis itu berjalan di koridor, dengan tangan yang saling bertautan. Keningnya berkerut, lalu helaan napas keluar dari mulutnya.

"Kekasih masa kecil apa sih!?" gerutu Vaya sambil memukul pelan kepalanya.

"Hayolo ... lagi mikirin aku ya?" tanya Dito setelah menyenggol bahu Vaya pelan, lalu menangkap tangan Vaya yang tengah memukul kepalanya sendiri.

Vaya mendengkus pelan, lalu memukul bahu Dito lumayan kencang dengan tangannya yang di tangkap Dito.

"Geer banget," ketus Vaya.

Dito kembali mengambil tangan Vaya, untuk digenggamnya.

"Iyalah, secara Dito itu ganteng, pake banget malah." ucap Dito sambil menyugar rambutnya, dengan tangannya yang menganggur.

Vaya mencebikkan bibirnya, setelah itu terkekeh pelan.

"Masih ingat yang kemarin, Ya?" tanya Dito sambil melirik Vaya sekilas.

Vaya menganggukkan kepalanya pelan. "Tetap aja ga ingat, masa."

Dito mengangguk pelan, "nanti juga ingat."

Vaya dan Dito berjalan di koridor dengan beriringan, semua mata memandang mereka dengan tatapan berbeda-beda.

Gadis itu tidak menghiraukan, pandangan sekitarnya.

Mungkin, efek Dito terhadapnya memang sangat luar biasa.

Perlahan-lahan, ia tidak lagi takut jika bersisian maupun berinteraksi dengan anak IPS.

Seperti berinteraksi dengan Kenzi dan Kenzo salah satunya, ia bahkan merasa bahagia ketika mengobrol dengan mereka.

Sesampainya di depan kelas Vaya, Dito mengacak pelan kerudung Vaya.

"Pulang bareng aku, Ya?"

Vaya menarik senyumnya tipis, lalu mengangguk pelan. "Boleh."

Dito mendekatkan wajahnya ke telinga Vaya, lalu berbisik pelan. "Ga usah dipikirin yang kemarin, cukup ingat, kamu selalu ada di hati aku."

Gadis itu tertawa pelan. "Ini masih pagi Dito, sempat-sempatnya baperin anak orang."

"Oh, jadi kamu udah baper? Tenang, aku peka kok orangnya." balas Dito sambil menjauhkan wajahnya dari Vaya.

Vaya mengerutkan keningnya, "siapa bilang?"

"Tanpa kamu bilang, aku selalu tau apapun tentang kamu."

"Kamu stalker ya?" tanya Vaya berpura-pura menatap Dito takut.

Dito menampilkan smirk nya. "Tidur miring ke kanan, peluk boneka beruang, sambil cium ketiaknya."

Wajah Vaya memerah padam, setelah mendengar penuturan Dito.

"Mesum!"

Dito tertawa keras melihat ekspresi Vaya, benar-benar membuatnya gemas.

Laki-laki itu memutar tubuhnya, melangkahkan kaki menjauhi Vaya. Namun, sebelumnya ia memberikan kecupan jarak jauh untuk Vaya, dan satu kedipan.

"Kebiasaan tidur aku pun dia tau?" gumam Vaya pelan, lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Laki-laki mesum!" teriak Vaya pelan, ia berusaha tidak berteriak di depan kelasnya.

Gadis itu melangkahkan kakinya, sambil tersenyum lebar.

Rasanya, perasaannya sangat ringan pagi ini.

"Hai," sapa Vaya ketika teman sekelasnya berjalan melawan arah dengannya.

Gadis itu menatapnya bingung, lalu menunjuk dirinya sendiri. "Hah, gue?"

Vaya menganggukkan kepalanya semangat, dengan senyuman manisnya. "Iya, kamu."

"Oh, hai." balasnya sambil tersenyum kikuk.

"Aneh banget ya, aku nyapa kamu?" tanya Vaya merasa tak enak.

Gadis itu menganggukkan kepalanya, lalu menggeleng. "Eh, ga aneh kok."

Vaya tertawa pelan, "kamu lucu ya."

Vaya menghentikan tawanya, ketika merasakan suasana kelasnya tiba-tiba hening.

Gadis itu mengedarkan kepalanya menatap sekelilingnya.

Semua pasang mata menatapnya dengan tatapan tak percaya.

Vaya berdeham pelan, lalu meremas ujung kerudungnya.

"Aneh banget ya?" tanya Vaya tak beralamat.

"Ga aneh kok, cuma kita kaget aja." balas gadis yang masih berdiri di samping Vaya, sambil mengusap tengkuknya yang mendadak terasa dingin.

"Alhamdulillah," ucap semua murid di kelasnya.

Vaya menatap mereka bingung, sedangkan mereka menatap Vaya bahagia.

"Akhirnya Vaya mau membuka diri untuk kita semua, dari pengenalan lingkungan, kita sangat menantikan kehadiran Vaya di dalam keluarga besar, science one ini." tutur laki-laki yang tengah berdiri di ambang pintu, dengan kacamata bulatnya, tidak lupa setumpuk buku di tangannya.

Laki-laki itu melangkahkan kaki mendekati Vaya, dan gadis di samping Vaya.

"Welcome to the big family of science one, Vaya."

Tepuk tangan terdengar di kelas MIPA 1, bahkan terdengar beberapa siulan.

Vaya menatap mereka tak percaya.

"Sebenarnya kamu selalu berada di keluarga ini kok, kami selalu ingin dekat dengan kamu, tapi kami ga bisa maksa kamu." tutur gadis di samping Vaya, sambil mengulurkan tangannya pada Vaya.

"Aku, Amanda Bila. Panggil aja Bila, dan dia ...," ucap Bila sambil menunjuk laki-laki di depannya. "Izrail," tambahnya sambil terkikik geli.

"Jadi kalau dilagunya, BILA IZRAIL ... datang memanggil~~" ucap Bila sambil menekan kata bila dan Izrail.

"Tinggal si datang, sama memanggil aja yang belum ketemu. Hahaha!" tambah Bila dengan tawa yang lebih keras.

Laki-laki itu mendengkus pelan. "Perkenalkan, nama saya Alexander Israil. Bukan Izrail. Cukup panggil aja, Alex. Kalau Vaya ga tau, saya ketua kelas science one sejak pengenalan lingkungan."

Vaya terkekeh pelan, lalu menganggukkan kepalanya.

"Maaf ya, aku terlalu menutup diri selama ini."

"Gapapa kali Ay, kita semua mah santuy, ya gak?" ucap laki-laki di belakang sana yang tengah memegang bola kaki.

Lalu, disambut anggukan oleh teman sebelahnya.

"Gila ... gue manggilnya Ay. Serasa punya pacar, anjir." tutur laki-laki itu sambil memeluk tubuh temannya.

Semua orang tertawa, bahkan ada yang bersiul menggoda.

Vaya terkekeh pelan, "makasih banyak ya. Padahal, selama ini aku ga perdulikan kalian sama sekali."

"Tapi sekarang, aku ga mau kayak gitu lagi. Mohon bantuan kalian semua." tambah Vaya sambil menundukkan kepalanya.

Bila memegang pundak Vaya, lalu mengusapnya pelan.

"Kita semua memang mengharapkan kamu, untuk membuka diri dan percaya sama kita."

"Benar banget, kita semua kan big family science one." ucap seorang gadis dengan berkuncir kuda, sambil mengacungkan tangannya yang mengepal ke atas.

Disambut teriakan seisi kelas, "we are big family, science one!"

Vaya semakin melebarkan senyumnya.

Ternyata, keluar dari zona itu, tidak terlalu buruk.

To Be Continued

Salam Hangat 🌹

Luviasalsabila

SAINS & SOS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang