"Jangan biarin dia keluar dari sana," ucap Dito sambil meletakkan ponselnya di antara telinga dan bahu kanannya.
"Kalau bitch nya nanya?" tanya seseorang di seberang sana.
"Kurung sekalian," ucap Dito dengan nada dinginnya.
"Oke,"
'Tut'
Dito tersenyum miring, sambil melemparkan ponselnya ke lantai. Sehingga, ponselnya tak berbentuk lagi.
"Semua yang berani mengusik milik gue, akan berakhir sama seperti itu." gumam Dito sambil menatap ponselnya tersebut.
Netranya beralih menatap layar komputernya, yang menampilkan foto sepasang anak manusia.
Laki-laki itu melangkahkan kaki, lalu memposisikan diri tepat di depan layar.
Dia mengulurkan tangannya menyentuh layar, tepat di wajah seorang gadis yang tersenyum lebar sambil mengacungkan lollipop ke atas.
"Lavanya, kenapa kamu bisa melupakan semuanya?" tanya Dito menatap layar, sendu.
Dito mengalihkan tatapannya menatap seorang laki-laki di samping gadis itu.
Seorang anak laki-laki, dengan seragam putih biru. Rambut terikat, mata gelap, dan smirk handalannya.
Tangannya melingkar di bahu gadis itu, lalu satu tangan lagi yang berada di dalam saku celana.
Di foto tersebut, berlatarkan taman.
"Al, kamu kenapa ga suka permen sih? Padahal kan manis, enak lagi." tanya gadis itu sambil mengulum lollipop nya.
"Ga suka," balas laki-laki itu sambil fokus dengan sebuah kotak minimalis di pangkuannya.
"Ih, coba dulu. Masa belum nyoba udah bilang ga suka sih!?" tutur gadis itu tak terima.
"Ck, cerewet. Dibilangin ga suka, juga." balas laki-laki itu sambil menatap tajam gadis tersebut.
"Coba dulu, aaa ... aaa ...." ucapnya sambil menyodor-nyodorkan lollipop yang semula berada di mulutnya, ke mulut laki-laki itu.
Namun, laki-laki itu mengatup rapat bibirnya. Dan berkali-kali mengelak.
"Al, ihh ... kan jatuh!" tutur gadis itu sambil menatap lollipop-nya yang sudah terkulai lemas di rumput.
"Mending juga permen mint, segar." ucap laki-laki itu ketika melihat mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
Gadis itu menggelengkan kepalanya cepat. "Ga mau ah, pedas."
"Ya kali mint pedas," balasnya mendengkus kecil.
"Ga mau, ya ga mau!" ketus gadis itu sambil melipat kedua tangannya di perut.
Laki-laki itu mengambil permen di dalam saku celananya, lalu membuka bungkusnya. Dengan sengaja iya menempelkan permen tersebut sebentar ke bibir gadis itu, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Ih, aku bilang ga suka juga!" ketus gadis itu sambil mengusap bibirnya yang terasa sedikit dingin.
Laki-laki itu mengangkat bahunya tak peduli, dia memejamkan matanya menikmati permen kesukaannya.
Gadis di sampingnya mencubit sedikit keras lengan laki-laki itu. Sehingga, laki-laki itu terpekik pelan.
"Kenapa sih!?" tanyanya tak terima.
"Kamu ngeselin," ucap gadis itu sambil menggembungkan pipinya.
Laki-laki itu menatapnya sayang, lalu dia mengusap lembut rambut sepinggang gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAINS & SOS [✓]
Teen Fiction[ DISARANKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ••• "Gue fobia sama anak IPS!" "Kenapa lo fobia sama gue?" "Lo siapa?" "Gue fobia lo." "Lo anak IPS?!" "Kenapa lo alergi anak IPS?!" "Bukan urusan lo!" "Ini urusan gue, karena gue anak IPS." "GUE BAKAL BIK...