33 : HOSPITAL

506 63 215
                                    

"Kamu gadis yang di taman itu kan?" tanya seorang wanita yang tengah duduk di kursi roda.

Vaya menganggukkan kepalanya pelan, gadis itu duduk di ruang tamu keluarga Nugraha, dengan kaku.

Terdengar tawa dari mulut wanita itu, "jangan kaku dong, Ibu ga gigit kok."

"Nama kamu ...," ucap wanita itu sembari berfikir.

"Vaya Tante," potong Vaya sambil meremas tangannya.

Kegugupan melanda gadis itu, di saat ia menuruni anak tangga, berniat kembali ke rumah abangnya. Ia malah bertemu dengan ibu Dito.

Dan terdamparlah ia di ruang tamu, bersama ibu Dito.

"Oh iya Vaya, teman kamu yang waktu itu ...,"

"Yana Tante," potong Vaya lagi, ketika ibu Dito berfikir lagi.

Ibu Dito tertawa lagi, wanita itu bahkan memegangi perutnya.

Dito suka tertawa, ternyata turunan dari ibunya. Buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya.

"Duh, Ibu ketawa terus ya? Habisnya kamu lucu." ucapnya sesekali tertawa kecil.

Benar bukan? Baru saja anaknya mengatakan dirinya lucu, dan sekarang ibunya.

Vaya berdehem mengiyakan.

Bagaimana caranya ia bisa terlepas dari suasana awkward ini?

"Jangan canggung gitu dong, anggap saja Ibu sebagai Mama kamu." ucap Usi sambil menatapnya hangat.

"Eh, iya Tante."

"Ibu,"

"Hah?"

"Panggil Ibu, jangan Tante dong." ucap Usi sambil menatap Vaya dalam.

Vaya menganggukkan kepalanya kaku, "iya Tan hm ... Ibu."

Raut wajah Usi terlihat sangat merekah, bagai mendapatkan kejutan dari orang tercinta.

"Coba panggil lagi Nak?" pinta Usi memasang wajah penuh harap.

Melihat tatapan Usi membuat Vaya mengulum senyumnya, "Ibu."

Saking bahagianya, Usi berdiri dari kursi rodanya. Hanya beberapa detik, karena selanjutnya ia merasakan kakinya seperti jeli.

Gadis itu bertindak seringan angin, ia menjadikan tubuhnya sebagai topangan untuk Usi, sehingga Usi menubruk tubuhnya.

Vaya berfikir bisa menahan bobot tubuh Usi, ternyata ia salah. Mereka berdua terjatuh dengan Vaya yang berada di bawah.

'Dug'

Pelipis Vaya terbentur sudut meja, cukup keras.

Gadis itu berusaha menahan tubuhnya, agar tidak terjatuh terlalu keras. Namun, malah membuat kepalanya terbentur sudut meja.

"Awh ...," rintih Vaya, ketika merasakan pelipisnya terbentur sudut meja yang terbuat dari kaca.

Vaya tidak menghiraukan sakit di pelipisnya, ia memilih memeriksa keadaan Usi.

"Ibu gapapa? Ada yang luka?" tanya Vaya penuh kekhawatiran.

Usi menggelengkan kepalanya pelan, lalu mendongak menatap Vaya.

Wanita itu membelalakkan mata kaget, "kamu berdarah Nak!"

"IBU!"

Teriakan Dito membuat Vaya tidak jadi mengeluarkan suaranya, gadis itu memilih bungkam.

SAINS & SOS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang