26 : ICE CREAM GIRL

515 87 17
                                    

"Good morning ice cream girl," ucap Dito sambil melingkarkan lengannya di bahu Vaya.

Gadis itu tersentak, lalu menepis tangan Dito dari bahunya. "Lo itu ya ...,"

Telunjuk Dito berada di bibir Vaya, yang membuat Vaya tidak jadi melanjutkan perkataannya. "Ini masih pagi Lavanya, ga baik marah-marah."

Vaya berdecak kesal.

Jelas-jelas yang merusak paginya adalah Dito, kenapa malah ia yang disalahkan?

Vaya mempercepat langkahnya menuju kelas, Dito tidak tinggal diam. Laki-laki itu mensejajarkan langkahnya, agar berjalan beriringan dengan Vaya.

"Kenapa lo ngikutin gue sih?" kesal Vaya.

"Siapa juga yang ngikutin kamu? Kan aku mau ke kelas aku," balas Dito ceria.

Gadis itu menunduk malu.

Kenapa ia bisa lupa?

Padahal kelas Dito berada di bawah kelasnya, yang berarti mereka memang searah.

Dito terkekeh melihat pipi Vaya bersemu memerah, gadis itu menahan malu ternyata. "Tapi kalau kamu maunya aku ngikutin kamu, ya udah aku bakalan ngikutin kamu terus."

"Siapa juga yang mau!" ketus Vaya.

Mereka berdua berargumen, Dito dengan wajah ceria, sedangkan Vaya dengan wajah kesalnya. Mereka bahkan tidak menghiraukan, berbagai pandangan yang menatap mereka.

Vaya terdiam sesaat, ketika mendengar bisik-bisik di sekitarnya.

Apa yang barusan ia lakukan? Kenapa malah mengundang perhatian seluruh murid?

Dito yang seakan tau apa yang tengah dipikirkan Vaya, lalu menggenggam tangan Vaya. Laki-laki itu menarik pelan Vaya, agar mempercepat langkah mereka.

Dito memandang sekitarnya, dengan tatapan dingin.

Semua orang di sekitar mereka pun menundukkan kepala. Karena, tidak biasanya Dito menatap dingin mereka, biasanya laki-laki itu friendly ke semua orang.

"Hei, masih mau bareng aku?" tanya Dito menyeringai, ketika Vaya tidak kunjung melepaskan tangannya.

Vaya membelalakkan mata, lalu melepaskan genggaman tangannya pada Dito.

"Aku tau kamu masih kangen aku, aku sih pengen banget kamu di sini, tapi kamu ga boleh cabut kayak aku. Sekarang kamu ke kelas, trus belajar yang rajin, biar anak kita nanti jenius kayak bunda, dan ayahnya."

Penuturan Dito seakan remot kontrol bagi Vaya, gadis itu menganggukkan kepalanya pelan, dan menaiki anak tangga menuju kelasnya.

Dito berjalan menuju kelasnya yang berada di sebelahnya berdiri, dengan mengembangkan senyumnya mengingat Vaya dalam mode loading lama.

Dia sangat tau, setelah kesadaran Vaya kembali. Gadis itu akan berdecak marah padanya.

Sedangkan Vaya, gadis itu menuju bangkunya lalu mendudukkan dirinya.

Seketika ia membulatkan mata lebar.

Hampir saja ia mengeluarkan teriakannya, untung saja tangan Yana membekap mulutnya terlebih dahulu, lalu mengisyaratkan dengan matanya, melirik ke arah pintu.

Ternyata bu Rena telah memasuki kelas, syukurlah ia tidak jadi berteriak.

Laki-laki gila! Ga punya malu! Siapa juga yang mau punya anak sama dia!? Mimpi banget tu orang! Pengen bacok orang tapi takut dosa! Sabar Vaya, orang gila ga perlu diladeni ok.

SAINS & SOS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang