37 : HAPPINESS

404 51 163
                                    

"Kening kamu udah gapapa?" tanya Vaya sambil memposisikan dirinya di samping Dito. Lalu memberikan segelas susu putih dihadapan laki-laki itu.

Dengan senang hati, Dito menerima susu yang diberikan Vaya.

"Gapapa kok," ucap Dito sambil meneguk susu pemberian Vaya tadi.

Gadis itu melirik kening Dito, lalu mengiyakannya di dalam hati. Karena kening laki-laki itu cuma tertinggal bekas robekan kecil kemarin.

"Dito, aku mau nanya." ucap Vaya sambil menautkan kedua tangannya.

"Tanya aja," balas Dito sambil meneguk susu kembali.

"Kamu kenal ... Juan?" tanya Vaya sambil menatap Dito.

'Uhuk'

'Uhuk'

'Uhuk'

Melihat wajah Dito yang memerah karena tersedak susu, membuat Vaya menepuk-nepuk tengkuk Dito pelan.

"Ehem ... siapa Juan?" tanya Dito sesekali berdehem menormalkan pita suaranya yang serak karena tersedak tadi.

"Kemarin kamu nyebut nama dia ...," ucap Vaya sengaja menggantungkan ucapannya. Karena gadis itu ingin melihat bagaimana ekspresi Dito.

Namun nihil, laki-laki itu bertahan dengan raut wajah datarnya.

Vaya menghela napas berat. "Kamu sendiri yang bilang kemarin, masa tiba-tiba lupa sih!?"

Dito masih dalam mode datarnya, bahkan laki-laki itu kembali menegak susu yang tinggal seperempat itu hingga tandas.

"Gue brengsek ya? Apa bedanya gue sama si Juan? Ck, bahkan gue hampir mencelakai lo, Lavanya." tutur Vaya sambil menirukan intonasi Dito saat laki-laki itu mengatakannya kemarin. Tidak lupa, Vaya menekankan suaranya ketika menyebutkan nama Juan.

"Kamu ga mungkin tiba-tiba amnesia kan?" tanya Vaya sambil menatap Dito.

Vaya mendengus kesal, karena masih tidak mendapatkan jawaban dari laki-laki itu.

"Kamu juga sering bilang, sedari dulu kamu memiliki rasa sama aku. Maksudnya apa? Tolong jelaskan Aldhito."

Bibir Dito masih terkatup rapat, bahkan laki-laki itu enggan menatap netra Vaya.

"Ini terakhir kalinya, kalau kamu tetap ga ngerespon, aku bakalan jauhi kamu." ancam Vaya sambil menjaga jarak dari Dito.

Laki-laki itu menghela napas panjang, lalu menatap netra Vaya dalam.

"Kalau aku ga mau jawab gimana?"

"Kenapa kamu ga mau jawab?" tanya Vaya balik.

Dito beranjak dari duduknya, "karena ga ada yang perlu aku jawab."

Vaya mencekal pergelangan tangan Dito, "kamu ga boleh pergi sebelum kamu jelasin semuanya."

Bukannya menepis cekalan tangan Vaya padanya, laki-laki itu malah menggamit tangan Vaya lalu ia bawa ke dalam genggamannya.

"Kamu mau ikut aku pergi?"

"Eh, ma-maksudnya?"

"Kamu ga bisa jauh-jauh dari aku, makanya ga mau aku pergi kan?" balas Dito dengan smirk handalannya.

Vaya melepas paksa genggaman tangan Dito, lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah.

"Sok tau!" ketus Vaya.

Baru saja Dito ingin menggoda Vaya, terhenti karena getaran pada saku celananya.

Kenzi is calling...

SAINS & SOS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang