Bu Rena tidak mempermasalahkan keterlambatan Vaya. Bu Rena tahu, Vaya tengah membantu pak Andi membawakan buku ke kelas 12 IPS 1.
Jarak antara jurusan IPA dengan IPS sebenarnya dekat, karena IPA di lantai dua sedangkan IPS di lantai dasar.
Namun, jarak Labor Kimia dengan kelas 12 IPS 1, lumayan jauh. Karena, harus melewati koridor kelas 10 dan 11 IPS 1, sampai 5.
Dan juga harus melewati Labor Komputer, Labor Biologi, dan Labor Fisika terlebih dahulu.
SMA Nusantara berupa seperti kampus, karena memiliki bangunan yang terpisah-pisah, seperti fakultas dengan jarak yang lumayan berjauhan.
Namun, hanya koridor sebagai pembedanya. Karena koridor di Nusantara saling terhubung, antar ruang yang satu dengan yang lain.
Karena itulah, Bu Rena memaklumi keterlambatan Vaya, yang hampir 20 menit.
Beda halnya dengan Yana, gadis itu menatap Vaya dalam. Dia melihat raut wajah Vaya, yang tersirat kemarahan dan ketakutan.
Yana berusaha menahan diri agar tidak bertanya kepada Vaya. Karena dia tahu, Vaya membutuhkan ketenangan untuk dirinya sendiri saat ini.
Salah satunya dengan menyibukkan dirinya, dengan zat-zat kimia di depannya.
Namun, ketika Vaya akan mengambil pipet tetes, dia tidak sengaja menyenggol gelas kimia. Untungnya, Yana sigap menahan gelas itu agar tidak terjatuh.
"Vaya are you okey?" tanya Yana, sambil menatap Vaya khawatir.
Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan.
"Kamu ga baik-baik aja Vay, mending sekarang kita ke ruang kesehatan, kayaknya kamu butuh istirahat."
"Engga Yan, aku gapapa."
"Engga Vay, kamu kenapa-kenapa. Pokoknya sekarang kita ke sana, biar aku yang minta izin ke Bu Rena."
Tanpa menunggu respon Vaya, Yana mendatangi Bu Rena yang sedang membantu temannya mencampurkan zat kimia.
Setelah mendapatkan izin Bu Rena, Yana mengandeng lengan Vaya agar mengikutinya. Sebelum itu, mereka membuka jas labor yang mereka pakai. Lalu menyimpannya, di tempat yang telah disediakan jika telah selesai digunakan.
Koridor sangat sepi, karena masih dalam proses pembelajaran.
Sesampainya di ruang kesehatan, Vaya berbaring di salah satu ranjang, lalu membawa lengannya di atas kedua matanya.
Sedangkan Yana tidak ikut masuk dengannya, karena gadis itu menemui Dokter Lala yang sedang berada di ruangan PMR. Karena saat ini, biasanya dokter itu berada di sana, bersama anak PMR lainnya.
Tidak lama kemudian, Yana pun datang bersama Dokter Lala.
"Lavanya, saya pikir kamu kenapa?, ternyata kamu kelelahan, ditambah lagi banyak pikiran. Apa yang mengganggu pikiran kamu akhir-akhir ini, hm?" tanya Dokter Lala lembut, sambil mengelus kepala Vaya yang terbalut kerudung.
Vaya menurunkan lengannya, lalu menatap dokter Lala dengan senyum tipisnya. "Ga ada Dok, Vaya cuma mikirin tentang kuliah doang."
Wanita itu tersenyum, mendengar penuturan siswinya itu.
Ia sangat tahu, gadis dihadapannya tengah berbohong.
Karena matanya seolah mengatakan, dia tidak baik-baik saja.
"Jika kamu butuh seseorang yang bisa berbagi keluh kesah kamu, maka jangan sungkan untuk berbagi Lavanya. Salah satunya Kayana, dia sangat mengkhawatirkan kamu. Oh ya, kamu tahu? Saat menjemput saya tadi, tanpa sungkan dia menarik saya sampai ke sini loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAINS & SOS [✓]
Teen Fiction[ DISARANKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ••• "Gue fobia sama anak IPS!" "Kenapa lo fobia sama gue?" "Lo siapa?" "Gue fobia lo." "Lo anak IPS?!" "Kenapa lo alergi anak IPS?!" "Bukan urusan lo!" "Ini urusan gue, karena gue anak IPS." "GUE BAKAL BIK...