"Vaya ... please ... mau ya?"
Yana menangkupkan kedua tangannya di depan dada, sambil memasang raut wajah memohon.
"Engga," tolak Vaya singkat.
"Yah ... kok lo jahat sih sama gue? Kita kan bestfriend. Mau ya Vay, mau ya ... ya ...." bujuk Yana, sambil mengguncang kedua bahu Vaya.
Vaya yang tengah meneguk air mineral pun memberhentikan tegukannya, karena hampir tersedak.
"Apasih lo!" ketus Vaya, lalu menepis kedua tangan Yana dari bahunya.
"Vaya, gue janji bakalan turuti apapun yang lo mau. Kecuali, lo nyuruh gue buat jauhi lo."
"Deal," balas Vaya cepat, sambil menampilkan senyum miringnya.
Sedangkan empunya tengah melompat histeris sambil meninju angin, seperti orang yang tengah mendapatkan doorprize.
Tiba-tiba gadis itu menarik kedua tangan Vaya ke dalam genggamannya, dan membawa Vaya berputar-putar.
Vaya yang mendapat serangan mendadak, hanya menatap datar ke arah Yana yang masih berputar-putar bersamanya. Serta jangan lupakan, tawa keras gadis tersebut.
Sekilas, Vaya melihat bayangan sahabatnya dulu di wajah Yana.
Namun ia menggelengkan kepalanya pelan, dan membuang jauh-jauh pikirannya barusan.
Putaran berhenti ketika Yana melepaskan tangan Vaya, sedangkan Vaya mengerutkan kening melihat Yana yang mulai merebahkan dirinya di lantai aula. Gadis itu merentangkan kedua tangannya, dan menutup mata ketika tubuhnya telah berbaring di lantai.
"Vaya, sini." ucap Yana tanpa membuka matanya, sambil menepuk lantai sebelahnya.
" ... "
Karena tidak mendapat respon dari Vaya, Yana membuka perlahan matanya. Netranya tidak menemukan Vaya di segala sudut aula.
Semua yang berada di aula menertawakan gadis itu, karena ditinggal pergi Vaya.
"VAYA !!!" teriak Yana nyaring, semua orang menutup telinganya spontan.
Untung, hanya teman sekelasnya saja yang berada di aula. Karena, mata pelajaran di kelasnya saat ini adalah pendidikan jasmani.
Gadis itu memilih bangkit, dan berlalu keluar aula dengan menghentakkan kakinya, untuk menutupi rasa malunya.
"Dasar gadis es, udah beku dingin lagi. Padahal yang harusnya cool cool gitu kan anak cowok, masa dia juga ikut-ikutan sih!" gerutu Yana di sepanjang koridor, sambil mencari keberadaan Vaya.
"Huft ... Vaya ... lo itu kayak doi, semakin gue kejar semakin dia ngejauh. Pas gue berhenti, dia malah sama gandengan baru. Nasib lo sad amat Yan."
Gadis itu berjalan, melewati koridor kelas 10 dan 11 IPS. Karena pintu aula terletak di antara kelas 10 dan 11 IPS. Sesampainya di koridor kelas 12 IPS, gadis itu menaiki anak tangga, menuju kelasnya.
"Lo emang gadis baik Yan, tapi gue takut buat percaya sama orang lain lagi. Gue terlanjur ga punya kepercayaan lagi buat siapapun sekarang," gumam Vaya lirih. Sambil memandang Yana yang telah hilang di anak tangga.
Ketika keluar dari aula tadi, Vaya bersembunyi di samping lemari mading yang terletak di lorong antara kelas 10 dan 11 IPS. Di lorong terdapat anak tangga menuju kelas 10 dan 11 MIPA, di sana terdapat lemari yang lumayan besar berfungsi sebagai mading, sehingga Vaya tertutup oleh lemari itu.
Vaya berlalu pergi menuju toilet, sebelum itu dia menyempatkan diri mengambil seragam pramukanya yang berada di dalam loker.
Setelah mengganti baju olahraganya dengan seragam pramuka, Vaya pun menuju kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAINS & SOS [✓]
أدب المراهقين[ DISARANKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ••• "Gue fobia sama anak IPS!" "Kenapa lo fobia sama gue?" "Lo siapa?" "Gue fobia lo." "Lo anak IPS?!" "Kenapa lo alergi anak IPS?!" "Bukan urusan lo!" "Ini urusan gue, karena gue anak IPS." "GUE BAKAL BIK...