46 : MINE

374 43 145
                                    

"Hai, masih ingat gue kan?" tanya laki-laki itu sambil melangkahkan kaki mendekati Vaya.

Vaya memutar bola matanya, mengabaikan pertanyaan laki-laki itu.

"Lo ngapain di sini?" tanya Vaya sambil menatapnya datar.

Laki-laki itu terkekeh pelan, lalu mengelus dagunya sambil berfikir.

"Iya ya, gue mau ngapain di sini?" tanyanya bermonolog.

"Oh, Reza! Udah nunggu lama ya?" tanya Cinta sambil menatap laki-laki yang tengah berdiri di depan Vaya.

Reza menolehkan wajahnya, lalu tersenyum lebar sambil melangkahkan kaki mendekati Cinta.

Laki-laki itu mengecup punggung tangan Cinta. "Mba apa kabar?"

"Alhamdulillah, baik. Kamu apa kabar? Kenapa ga main ke sini lagi?" tutur Cinta.

Reza menyengir, lalu mengusap tengkuknya. "Aku baik Mba, habisnya aku ngurusin Mba Nara yang rewelnya minta ampun."

"Biasalah, namanya bumil. Pasti hormonnya suka naik turun."

Vaya yang sedari tadi diam memperhatikan mereka pun, mengangkat suaranya.

"Mba Cinta kenal dia?" tanya Vaya sambil melirik Reza.

"Eh, kamu Ay? Sejak kapan di sana?" tanya Cinta, menatap Vaya kaget.

Vaya memajukan bibirnya, lalu berjalan ke arah Cinta.

"Sejak tadi loh Mba, Aya di sana. Masa ga keliatan?"

Cinta mencubit pelan pipi Vaya, "gitu aja ngambek."

"Reza ini adeknya teman Mba, inget ga sama perempuan tomboi yang suka belain kamu kalau lagi diusilin sama Arwan?"

Vaya mengerutkan keningnya, berusaha mengingat siapa yang dimaksud kakak iparnya ini.

"Oh, Mba Nara? Mba yang ga suka pake rok itu kan, Mba?"

Cinta menganggukkan kepalanya, "nah ... Reza ini adeknya Mba Nara."

"Oh, ini adeknya yang suka nyuri celana boxer Mba Nara." gumam Vaya, sedetik kemudian gadis itu tertawa keras, dan disusul oleh Cinta.

Reza yang mendengar gumaman Vaya pun, mengusap tengkuknya.

"Nara kesel banget ngeliat koleksi boxer nya berkurang. Dia marah besar, dikira dicolong maling buat diguna-guna. Eh ternyata, si Reza yang nyolong buat dipake." tutur Cinta sambil berusaha meredakan tawanya.

Vaya berdeham pelan lalu menatap wajah Reza yang memerah karena malu.

"Ga nyangka gue, ternyata elo adeknya Mba Nara."

Reza berusaha menepis rasa malunya, lalu memberanikan diri menatap netra Vaya.

"Mba Nara aja yang pelit, ya udah gue colong aja."

Vaya tersenyum tipis, sedangkan Cinta masih berusaha menghentikan tawanya.

"Sekarang kabar Mba Nara gimana? Udah lama juga ga ketemu dia. Kurang lebih, kira-kira hampir empat tahun ga ketemu." ucap Vaya.

"Mba Nara baik. Dia udah satu buntutnya, dan sekarang melendung lagi." balas Reza sambil memperagakan tangannya membentuk setengah lingkaran pada perutnya.

"Lah, kenapa ga ajak ke sini juga si Nara, Za?" tanya Cinta.

"Biasa Mba, manjanya kumat. Mba Nara cuma pengen di ketiak Mas Arkan doang." balas Reza sambil terkekeh pelan.

"Akhirnya ya, si Nara ada pawangnya. Dulu aja anti cowok katanya, sekarang malah bucin habis." tutur Cinta sambil tertawa pelan.

Vaya ikut tertawa kecil.

SAINS & SOS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang