Gadis itu menatap tak percaya ke luar jendela kamar. Lagi-lagi ia mengusap matanya, agar penglihatannya benar-benar jelas.
Namun tetap sama, apa yang ia lihat adalah nyata.
Di seberang sana, laki-laki itu masih asyik tertawa. Menertawakan gadis yang tengah menatapnya bingung.
"Jangan dikucek, nanti infeksi Lavanya."
"Kok lo bisa di situ?" tanya Vaya, menatap bingung Dito yang berada di seberang balkon kamar yang tengah ia tempati.
Dito tertawa keras, mendengar pertanyaan Vaya yang sangat lucu.
"Mau maling nih,"
"Hah ... jadi lo mau maling!?"
"Hahaha ... ya kali cogan maling, kamu lucu ih." balas Dito disertai kekehan pelan.
Vaya mengerucutkan bibirnya, "trus lo ngapain di situ?"
"Kamu kepo nih ceritanya?" goda Dito.
Gadis itu memutar bola matanya malas, "cuma pengen tau."
Lagi-lagi Dito dibuat tertawa, mendengar penuturan Vaya.
Kenapa laki-laki itu mudah sekali tertawa? Padahal tidak ada yang lucu bukan?
"Lo kenapa sih? Ketawa mulu." decak Vaya.
"Karena kamu,"
"Kok gue?"
"Habisnya, kamu lucu banget sih." ucap Dito. "Bikin gemes, pengen di cium hehehe ...."
Gadis itu memandang Dito datar, berbanding terbalik dengan wajahnya yang memerah.
"Senyum aja Lavanya, gratis kok."
Karena merasa canggung, Vaya memilih masuk ke dalam kamar, ia menarik tirai transparan lalu menutupnya.
Samar-samar ia melirik Dito, laki-laki itu berdecak kesal karenanya.
"Kok masuk sih!? Keluar sini, aku masih mau ngomong sama kamu."
Vaya menulikan telinganya, dan memilih merebahkan tubuhnya di ranjang. Gadis itu menekan dadanya yang berdenyut kencang, jantungnya berdetak tidak normal.
"Kenapa bisa ada dia sih? Jangan bilang rumahnya di sebelah? Yang benar aja." keluh Vaya sambil memijat batang hidungnya.
Saat ini, Vaya berada di rumah abang sulungnya, Arwana Yurindra. Walaupun terpaksa, tapi ia tidak bisa berbuat apapun.
Helaan napas keluar dari mulutnya.
Selama satu minggu, harus berurusan dengan Rafa, dan Dito? Yang benar saja, itu tidak ada dalam list liburannya.
"Aya ... bukannya kamu udah bertekad belajar untuk melawan rasa takut? Mungkin ... kamu bisa mencobanya melalui Dito." gumam Vaya berbicara pada dirinya sendiri.
'Brak'
"Tante Vava!"
"Ya Allah, Rafa! Masuk itu ketuk pintu dulu, kalau Tante lagi pake baju gimana?" protes Vaya tak terima.
"Emang sekarang Tante ga pake baju?" tanya Rafa sambil membuka tirai transparan yang menutupi balkon.
"Bukan gitu Rafa, maksud Tan ...,"
"Apalagi Tante? Rafa bukan anak kecil yang bisa Tante tipu." potong Rafa sambil melemparkan sandal kamar berbulu, dengan gambar beruang ke arah balkon kamar Dito.
'Dug'
Sandal itu mengenai jendela kamar Dito, tidak lama kemudian jendela terbuka dan menampilkan sosok Dito dengan wajah yang tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAINS & SOS [✓]
Teen Fiction[ DISARANKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ••• "Gue fobia sama anak IPS!" "Kenapa lo fobia sama gue?" "Lo siapa?" "Gue fobia lo." "Lo anak IPS?!" "Kenapa lo alergi anak IPS?!" "Bukan urusan lo!" "Ini urusan gue, karena gue anak IPS." "GUE BAKAL BIK...