"Kamu yakin ga mau ikut kita?" tanya Dito untuk kesekian kalinya.
Vaya menghela napas, lalu menatap Dito gemas.
"Lima puluh tiga kali kamu nanyain hal yang sama Dito, lama-lama kuping aku jadi panas tau."
Terdengar kekehan dari arah belakang Dito, siapa lagi jika bukan Kenzo.
"Lagian Vaya itu perempuan Dit, ga baik bawa anak orang malam-malam." ucap Kenzo sambil menyandarkan tubuhnya pada kap mobil milik Kenzi.
"Bilang aja lo takut jadi nyamuk karena jomblo!" ketus Dito.
"Gue jomblo banyak yang naksir ya," bela Kenzo sambil menyugar rambutnya.
"Halah, palingan juga kepala enam!"
"Maksud lo yang naksir sama gue nenek-nenek gitu!?" tanya Kenzo ngegas.
"Itu lo sendiri yang bilang," ucap Dito sambil mengangkat bahunya tidak peduli.
"Sehari aja jangan bikin gue kesal kenapa sih Dit!?" tanya Kenzo dengan menurunkan suaranya.
"Habisnya muka lo bikin kesal."
"Oh, berarti muka Kenzi bikin kesal lo juga dong?"
"Engga, cuma lo doang."
"Shit! Gue ...,"
Mulut Kenzo dibekap oleh Kenzi, laki-laki itu menarik tubuh Kenzo ke dalam mobil.
Dito terkekeh pelan, lalu kembali menatap Vaya.
"Kamu yakin ga mau ikut?"
"Astaga Dito! Aku bilang engga ya engga! Lama-lama kamu ngeselin tau." decak Vaya sambil melipat kedua tangan di dadanya.
"Iya, iya bercanda sayang. Jangan marah-marah dong, nanti makin cantik kan aku juga yang susah."
Vaya mengerutkan keningnya, "kok susah?"
"Susah nahan rindu," balas Dito sambil mengedipkan sebelah matanya.
Pipi Vaya bersemu merah, "aku udah kenyang sama gombalan kamu tau."
"Bagus dong, besok kan kamu lapar lagi. Jadi bisa aku gombalin lagi biar kenyang," tutur Dito sambil terkekeh pelan.
"Apasih, ada-ada aja." ucap Vaya ikut terkekeh, lalu gadis itu mendorong tubuh Dito mundur. "Mending sekarang kamu pergi sana, udah ditungguin si kembar juga."
"Ceritanya kamu ngusir aku nih?" tanya Dito sambil memasang raut wajah sedih.
"Aku ga lagi cerita padahal," balas Vaya enteng.
"Ah kamu ga asik," ucap Dito sambil memanyunkan bibirnya.
"Bibir kamu kayak bebek sumpah," ucap Vaya sambil menggigit bibir bagian bawahnya, agar tawanya tidak keluar.
"Ketawa aja kalau emang lucu, jangan ditahan kayak gitu." ucap Dito, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Vaya.
"Mau aku bantuin gigit gak?"
Bulu kuduk Vaya tiba-tiba berdiri, mendengar perkataan Dito diselingi tiupan napas laki-laki itu.
Wajah Vaya memerah padam, gadis itu memutar tubuhnya lalu berlari menuju rumah abangnya.
"PERGI SANA!" teriak Vaya ketika sampai di pagar biru.
"Kalau kangen suara ku, kamu tinggal call me saja!" teriak Dito dengan sambil memperagakan tangannya membentuk telfon.
"GA USAH NYANYI JUGA!"
Dito terkekeh pelan, lalu memutar tubuhnya dan berjalan menuju mobil putih milik Kenzi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAINS & SOS [✓]
Teen Fiction[ DISARANKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ••• "Gue fobia sama anak IPS!" "Kenapa lo fobia sama gue?" "Lo siapa?" "Gue fobia lo." "Lo anak IPS?!" "Kenapa lo alergi anak IPS?!" "Bukan urusan lo!" "Ini urusan gue, karena gue anak IPS." "GUE BAKAL BIK...