"Ayam rica-rica, i'm coming~~" teriak Reza sambil menggas motornya, sehingga terdengar suara brisik dari motornya.
Vaya terkekeh pelan, sambil memasang helm yang disodorkan Reza tadi.
"Malu Za, diliatin orang."
Reza menolehkan kepalanya menatap Vaya sumringah.
"Gapapa dong, bahagia banget gue. Udah lama ga makan ayam, apalagi ini pertama kali gue pergi makan sama lo, Vay." tutur Reza.
Vaya menggelengkan kepalanya, lalu berusaha menaiki motor Reza.
"Gue pegang bahu lo ya? Susah naiknya, motor lo ketinggian."
"Kenapa harus bahu? Pegang tangan gue aja, ga papa." ucap Reza sambil menyodorkan tangannya.
Tanpa berpikir panjang, Vaya meletakkan tangannya pada tangan Reza.
Reza menarik pelan, tangan Vaya dengan senyuman lebarnya.
Vaya memposisikan tubuhnya, duduk di belakang Reza dengan menyamping.
"Ready, Bund!?" teriak Reza sedikit keras.
Sehingga mengundang perhatian semua murid yang berada di parkiran.
Vaya memukul bahu Reza. "Bikin malu, lo!"
Sedangkan Reza malah tertawa keras.
"Pegangan, Vay. Takutnya lo terbang nanti," ucap Reza dengan tidak menghentikan tawanya.
"Modus lo, murahan." balas Vaya.
Dengan sengaja, Reza menggas motornya tiba-tiba.
Vaya yang tidak siap, menabrak punggung Reza. Dengan tangan yang reflek melingkar pada perut Reza.
"Nah, gini kan enak." ucap Reza sambil menjalankan motornya keluar dari pekarangan sekolah.
Vaya mendengkus kasar, lalu mencubit pinggang Reza.
"Aw, sakit Vay."
"Ngeselin lo!" Lalu gadis itu menjauhkan tubuhnya dari Reza, dan memegang tas laki-laki itu.
"Sesekali ga papa lah, siapa tau lo peka."
Vaya mengabaikan penuturan Reza, dan memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa wajahnya.
Reza yang sesekali menatap kaca spion, melototkan mata kaget.
"Nanti lo jatuh, Vay!"
Vaya tersentak mendengar suara sentakkan Reza, walaupun suaranya samar-samar karena suara bising dari kendaraan lainnya.
"Hmm," gumam Vaya.
Gadis itu benar-benar menikmati terpaan angin sore, walaupun polusi lebih mendominasi.
Sesampainya di Rajanya Ayam, Vaya dan Reza memesan ayam rica-rica dengan ukuran jumbo.
"Gue pikir, cuma gue yang terlalu suka sama ayam." ucap Vaya sambil menatap ayam di depannya dengan binar di matanya.
"Gue juga suka banget sama ayam. Apalagi lo, gue jauh lebih suka elo ketimbang ayam." tutur Reza lalu mulai memakan ayamnya, sebelumnya laki-laki itu telah mencuci tangan terlebih dahulu.
Vaya ikut memakan ayamnya, paduan rasa manis dan pedas memenuhi indera pengecapnya.
"Udah berapa lama sih, ga makan ayam? Sampai belepotan kayak gini." tutur Reza sambil menyeka pipi Vaya dengan tisu.
Vaya menghentikan kunyahan nya, lalu menatap Reza kaget.
Gadis itu bahkan tersedak kecil.
Reza bangkit, lalu menepuk-nepuk pelan punggung Vaya. "Makanya, makan pelan-pelan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAINS & SOS [✓]
Teen Fiction[ DISARANKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ••• "Gue fobia sama anak IPS!" "Kenapa lo fobia sama gue?" "Lo siapa?" "Gue fobia lo." "Lo anak IPS?!" "Kenapa lo alergi anak IPS?!" "Bukan urusan lo!" "Ini urusan gue, karena gue anak IPS." "GUE BAKAL BIK...