"Lo yakin datang Dit?" tanya Kenzo untuk kesekian kalinya.
Dito memutar bola matanya malas. "Lo tanya sekali lagi, gue tonjok mulut lo!"
Kenzo terkekeh pelan, lalu mengeluarkan sebatang rokok. "Dih ... canda gue mah, sensi amat."
"Tapi Dit, kenapa kita ga biarin aja mereka bertemu?" tanya Kenzi sambil merebut paksa rokok di tangan Kenzo, lalu meremukkannya dan dia letakkan di atas meja kaca.
Kenzo berdecak kesal, karena itu adalah satu-satunya rokok yang dia punya.
"Bertemu? Di penjara sana," ucap Dito sambil menatap Kenzi tajam.
"Lo ga boleh seperti ini Dit, sampai kapan lo mau kayak gini?"
Dito menatap dalam mata Kenzi. "Sampai Vaya mengatakan dengan lidahnya sendiri, kalau dia memaafkan, dan mau terima gue Zi."
"Gue yakin Vaya memaafkan lo Dit, karena bagaimanapun lo ga bersalah saat itu." jelas Kenzo sambil memalingkan wajah dari Kenzi.
"Tetap aja gue salah Zo! Karena bagaimanapun gue hampir telat nolongin Vaya!" ucap Dito sedikit meninggikan suaranya.
"Ck, hampirkan? Daripada engga sama sekali," remeh Kenzo.
Dito mengepalkan kedua tangannya, berharap bisa menghilangkan amarahnya yang mendadak makin meningkat karena ucapan Kenzo.
"Kalau lo di posisi gue, gue pastiin lo ga akan bisa ngomong seremeh itu Zo."
"Untung gue bukan lo! Karena jika gue jadi lo, gue udah bikin Vaya memaafkan masa lalunya." balas Kenzo menyeringai, menatap Dito semakin remeh.
Dito berdiri, lalu mengarahkan pukulan ke pipi Kenzo.
Kenzo yang tidak sempat mengelak pun, terkena pukulan Dito yang lumayan keras.
"GA USAH SOK BRENGSEK!" teriak Dito setelah menarik baju depan Kenzo, agar Kenzo berdiri tepat di hadapannya.
Kenzo mengusap sudut bibirnya yang sedikit robek, lalu menyeringai menatap Dito remeh, lagi.
"Vaya ga butuh cowok kayak lo! Ck, cuma bisa main tenaga doang. Adu tenaga ke ring sono, gue ga minat duel sama lo bangke!"
Dito menggertakkan giginya, lalu membenturkan keras keningnya pada kening Kenzo.
"Jaga ucapan lo!" teriak Dito marah.
"Mikir makanya! Kalau lo yang datang temui Juan, cuma bikin masalah tambah runyam! Sadar ga sih lo, apa yang Vaya butuhin!?" tanya Kenzo sambil melepas paksa tangan Dito yang berada di bajunya.
Lalu dia membenarkan bajunya yang sedikit kusut. "Yang ia butuhin itu seseorang yang bisa ia percaya! Kalau lo semakin hari makin brutal gini, yang ada ia takut bego!"
"Vaya butuh seseorang yang sama dengannya, bukan punya ego tinggi kayak lo!"
Kenzo meletakkan tangannya di bahu Dito, lalu menepuknya pelan. "Gue percaya sama lo Dit, karena kita bersahabat sejak kecil. Karena itu gue ga mau lo sama kayak Juan, gue ga mau lo sampai seperti dia."
"Paham kan, kenapa gue ga mau lo yang datang? Dan kenapa gue suka mancing emosi? Supaya lo sadar Dit, dan ga jadi seperti yang Vaya benci."
Dito terdiam untuk beberapa saat, lalu menatap Kenzo dalam.
"Benar, lo benar Zo." ucap Dito sambil memeluk tubuh Kenzo, lalu memukul-mukul punggung Kenzo lumayan keras.
"Akh, sakit brengsek! Ga usah mukul juga bego!" umpat Kenzo, sambil memukul punggung Dito tak kalah kerasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAINS & SOS [✓]
Teen Fiction[ DISARANKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ••• "Gue fobia sama anak IPS!" "Kenapa lo fobia sama gue?" "Lo siapa?" "Gue fobia lo." "Lo anak IPS?!" "Kenapa lo alergi anak IPS?!" "Bukan urusan lo!" "Ini urusan gue, karena gue anak IPS." "GUE BAKAL BIK...