Read+Vote = MENGHARGAI KARYA
Hello guis aim kambek👋🏻
Adakah yang menunggu???
Kini, Jena sudah dipindahkan ke ruang rawat VIP lagi dan lagi ia harus berada di ruang yang sama saat pertama kali Jena dirawat. Keadaan sungguh sangat hening. Kondisi Jena sungguh sangat tidak baik, kepala dan wajahnya penuh perban, kaki dan tangannya juga penuh perban, dan banyak selang menempel di dada serta hidung dan mulut Jena. Mereka semua yang ada di ruang rawat ini tak berhenti menahan tangisnya, mereka tak bisa bersuara untuk mengeluarkan segala tangisannya karena mereka harus kuat dan tegar melihat Jena yang seperti ini.
Jeno masih setia duduk di samping ranjang Jena sambil memegang salah satu tangan Jena yang tidak sepenuhnya mengalami patah tulang yang parah. Air mata terus mengalir pada pipi Jeno. Ia tak berhenti menangis dalam diam sampai saat itu ia membuka suaranya.
"Na....." lirih Jeno memanggil Jena yang tak sadarkan diri.
"Maafin aku Na!!" ucap Jeno lirih.
"Aku bodoh Na! Aku bodoh banget!!" ucap Jeno sekali lagi menyalahkan dirinya.
Seketika, semua orang di dalam ruang rawat ini melihat Jeno dengan tatapan sendu terutama Lucas dan Hendery yang merupakan saksi dari kecelakaan Jena. Ibu Lee yang melihat Jeno yang terus menangis langsung saja menghampirinya.
"Nak.... sudahlah! Kamu istirahat aja dulu! Jangan terus menerus menyalahkan dirimu!" seru Ibu Lee mengelus pundak Jeno dan menatap Jena dengan sendu.
Hati Ibu Lee juga sebenarnya sangat teriris ketika melihat putrinya harus berada di atas ranjang rumah sakit dengan keadaan yang sangat mengenaskan di pertemuan pertamanya sejak hampir tiga tahun lamanya berpisah. Namun, Ibu Lee harus kuat karena menangis bukanlah salah satu cara untuk membantu kesembuhan Jena, yang ada hanya akan semakin memperburuk keadaan.
"Tapi Mom.... Aku.... Aku.... Aku yang buat Jena begini...." jawab Jeno menangis.
"Ini semua takdir nak!! Kita ga tau nasib kita bagaimana! Semua ini sudah Tuhan yang mengaturnya!" balas Ibu Lee menjelaskan kepada Jeno.
"Mengapa Tuhan sejahat itu??? Kenapa harus Jena??? Aku yang salah! Kenapa bukan aku aja?!!!" sahut Jeno tak kuasa menahan tangisnya.
"SSSTTTT!!! Kamu gak boleh bicara seperti itu nak!!! Tuhan gak suka kamu berbicara seperti ini! Jangan pernah menyalahkan-Nya karena Ia lah yang punya kuasa nak!!" peringat Ibu Lee kepada Jeno dengan menghadapkan Jeno ke hadapannya.
"Tapi mom......." Jeno bergetar dan langsung memeluk ibunya dengan erat lalu menangis kencang dalam pelukan ibunya.
Taeyong yang melihat Jeno menangis langsung saja menghampiri Jeno. Taeyong mengelus pundak adik lelakinya tersebut untuk tetap selalu kuat meskipun saat ini Taeyong juga merasa sangat rapuh melihat Jena yang sudah beberapa bulan ini menjadi temannya di rumah dan kembali ia anggap menjadi adiknya lagi, harus berada di ruangan yang pernah ditempati oleh Jena sebelumnya namun dengan kondisi yang amat mengenaskan.
Neo Gang yang melihat semua ini hanya dapat menangis dalam diam dengan banyaknya tetesan air mata yang keluar dari mata mereka masing-masing tanpa ada sedikit suara yang keluar dari mulut mereka. Ayah Lee yang masih dalam posisi berdiri menahan tangisnya langsung saja menghampiri mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Super Bad Brother - Lee Taeyong
Fanfiction[ON GOING] . . . . . . . Kisah seorang gadis yang memiliki seorang kakak laki-laki yang selalu mengabaikan dirinya dan berbuat kasar dikarenakan sebuah hal yang terjadi di masa lalu. Taeyong, kakak laki-laki dari gadis bernama Jena itu adalah seoran...