Kantin masih sepi karena bel istirahat belum berbunyi, hanya dipenuhi oleh anak XI IIS 4 disisa jam olahraganya. Ocha tersenyum semringah saat mengetahui info dari Awil, yang memberitahu bahwa Rangga sedang ke toilet. Ocha tidak berniat untuk mengunci cowok itu di bilik toilet, karena ia hanya ingin membalas hal serupa.
Ditatapnya Pahlevi yang sedang duduk sambil asik menatap layar ponselnya, kemudian beralih menatap Awil yang berdiri membelakanginya dan malah asik berbincang dengan Meyka. Ocha tersenyum penuh kemenangan karena Awil melupakan makanan yang telah dipesannya.
Matanya beralih menatap nampan berisi dua mangkok berisi bakso dan satu mangkok berisi soto ayam. Dan untungnya, Rangga memesan soto ayam. Ocha tahu itu dari Awil yang sedang dalam pancingan Meyka.
Dengan cepat ia menaruh garam, tidak usah banyak-banyak, cukup lima sendok saja, pikir Ocha. Setelah melakukan misinya, Ocha kembali ke tempat dimana ada Cara yang menunggunya di sana.
Meyka pun mengakhiri obrolannya saat aksi Ocha sudah selesai. Lalu ia berniat kembali ke meja untuk menyantap makanannya yang sempat tertunda.
Melihat kepergian sang pacar, Awil dengan cepat membawa nampan berisi tiga mangkok makanan itu, yang tadi sempat ia lupakan sejenak. Lalu membuntuti Meyka dan ikut bergabung dengan ketiga cewek tersebut.
"Ngapain lo di sini?" ketus Ocha.
"Ngapelin pacar gue lah," sahut Awil.
Ocha memutar bola mata malas, sedangkan Meyka sudah tersenyum malu-malu.
"Woi, Pah! Sini," panggil Awil, membuat si empunya nama langsung menghampiri.
"Eh, lagi makan Mah?" Pahlevi langsung duduk di samping Cara.
"Apaan sih, Pah," sahut Cara malas.
"Jutek banget sih Mah," kekeh Pahlevi. "Wil, bakso gue sini." Pahlevi langsung mengambil bakso pesanannya.
"Mau suap-suapan?" tawar Pahlevi.
"Ini tuh di sekolah, Pah," kata Cara memperingati.
Ocha tercengang mendengar obrolan menggelikan itu, kemudian tatapannya beralih menatap Meyka yang tengah asik berpacaran bareng si Awil.
Lalu Ocha meratapi dirinya sendiri, ia merutuki kedua sahabatnya.
Gak setia kawan, dasar! Batin Ocha gemas.
"Heooo."
Kedua mata Ocha membulat sempurna, mendengar suaranya pun membuat telinganya sakit.
"Rangga sialan!" kesal Ocha, ia merapikan rambutnya yang diacak-acak oleh cowok menyebalkan itu.
"Ngapain lo duduk di samping gue?" tanya Ocha ketus. "Sana jauh-jauh!" tangannya mendorong lengan cowok yang duduk di sebelah kirinya itu. Bukannya emosi, Rangga malah terkekeh seraya mengambil makanan miliknya.
Ocha tak sabar menantikan Rangga memakan soto ayamnya. Hanya dalam hitungan detik, Rangga akan merasakan pembalasan darinya.
Ocha menghitung dalam hati bersamaan dengan Rangga yang akan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Setelah berhasil masuk ke dalam mulutnya, cowok itu mengambil tisu dengan cepat.
Puehhh. Rangga memuntahkannya, membuat tawa Ocha meledak saat itu juga.
"Mampus lo, sukurin!" katanya puas.
Rangga yang tak terima langsung mengalungkan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk menekan kepala Ocha agar mendekap ke tubuhnya. Posisi yang seakan memeluk Ocha. "Rasain harum ketek gue, mabok dah lu mabok."
Ocha mendorong tubuh Rangga sekuat mungkin. "Cuih, bau banget gila!"
Untung saja cowok itu sudah mengganti pakaian olahraganya. Kalau tidak, Ocha bakal benar-benar pingsan karena mabok mencium bau keringat Rangga sehabis olahraga.
Padahal nyatanya, cowok itu amat sangat wangi. Tapi tidak mungkin kan jika Ocha mengakui kejujurannya? Nanti yang ada Rangga bisa besar kepala karena menganggap ia telah memujinya.
"Lagi nih lagi." Rangga kembali melakukan hal yang sama.
Ocha yang geram pun langsung mencubit pinggang cowok itu sekuat mungkin, membuatnya mengaduh kesakitan.
"Rese banget sih lo," kesal Ocha.
Tak tinggal diam, Ocha mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi, lalu mengibaskan tangan kanannya di depan ketiak. Berharap bahwa cowok itu akan mabok, dan lebih baik kalau sampai pingsan.
"Sialan! Bau banget sumpah," kata Rangga sambil mengangkat kerah seragamnya tinggi-tinggi, guna menutup hidung dari bau yang tak sedap.
"Bangke!" Ocha menurunkan tangannya.
Kedua sahabatnya pun pada asik dengan dunianya masing-masing. Bahkan tak ada satu pun yang melerai perdebatannya dengan Rangga barusan.
Ocha memilih untuk melahap siomay yang sedari tadi belum disentuhnya. Baru saja satu suapan akan masuk dengan sempurna ke dalam mulutnya, tapi tertahan karena Rangga memegang tangannya dan malah mengarahkan satu suapan ke dalam mulut cowok itu.
"Sialan!" rutuk Ocha sebal.
Rangga masih memegang tangannya. Menggerakkan garpu ditangannya untuk menusuk siomay dan kali ini disuapkan ke dalam mulut Ocha secara paksa.
Kenapa mereka jadi suap-suapan menggelikan seperti itu? Ocha jadi bergidik geli dan langsung menepis tangan Rangga.
Setelahnya, ia mengambil tisu untuk mengelap tangannya yang habis dipegang Rangga. "Najis mugholadoh."
"Emang gue anjing, Jing?"
"Gue gak bilang gitu," kata Ocha tak acuh.
"Bangke bener emang."
Setelah itu, mereka kembali beradu mulut tanpa ada yang melerainya.
🐁🐈
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Enemy [TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] ⚠PLAGIATOR, HUSSS ❗Beberapa part di hapus demi kepentingan penerbitan "NIKAH?" tanya Rangga dan Ocha berbarengan, keduanya saling melirik satu sama lain. "ENGGAK!" bantah keduanya tegas. Apa jadinya jika partner ribut a.k.a musuh beb...