Sudah seminggu berlalu sejak liburan dari pantai. Seminggu itu pula Ocha dan Rangga saling mendiamkan. Ocha masih marah karena kejadian yang dilihatnya saat malam tahun baru. Sedangkan Rangga marah karena merasa Ocha telah melupakan hari ulang tahunnya, karena cewek itu tidak mengucapkan sepatah kata pun di hari yang spesial baginya.
Siang minggu ini, Rangga sudah pergi dari rumah. Biasanya cowok itu akan ke kafe. Jadi Ocha berniat untuk memasak makanan kesukaan Rangga, lalu meminta penjelasan dari cowok itu. Karena sampai kapan pun, masalah tidak akan berakhir jika salah satu tidak mengalah.
Lagi, untuk ke sekian kalinya. Mungkin memang harus dirinya yang mengalah.
Setelah rapi, Ocha bergegas menuju rumah mertuanya dengan menggunakan ojek online. Ia harap, di sana tidak ada Oma Elen. Dirinya sungguh belum siap untuk mendapat perkataan pedas darinya.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan yang macet. Akhirnya Ocha sampai di kediaman keluarga Ardilova. Segera memencet bel dan mendapati Bi Inah yang membuka pintu.
"Mami ada, Bi?"
Bi Inah menjawab sopan seraya mengajak Ocha masuk ke dalam. Lalu menunggu di ruang tamu, sedangkan Bi Inah memanggil mertuanya.
Tak lama, Lova datang dengan sapaan ramahnya. Tak lupa Ocha menyalami tangan mertuanya itu.
"Ada apa, Sayang?"
"Ocha mau tanya, Mi. Makanan kesukaan Rangga apa?" tanya Ocha seraya meringis. Pertanyaan yang sungguh memalukan.
"Rangga paling suka banget sama sate dan udang asam manis."
Ocha mengangguk. "Ocha mau minta resepnya. Kalau resep dari Mami, Rangga udah pasti suka."
"Mau Mami yang buatin atau beli, dia pasti tetep suka," jawab Lova sambil tertawa pelan. "Yaudah, masak di sini aja."
"Nanti ngerepotin. Ocha buat sendiri aja di rumah."
Love mengibaskan tangannya bebas di udara. "Gak mungkin ngerepotin, Sayang. Nanti kalau kamu masak sendiri di rumah, malah kecapean. Udah yuk, kita langsung ke dapur."
"Ocha belanja du—"
"Udah gak usah, bahan yang kurang biar Bibi aja yang beli," kata Lova melarang.
Akhirnya Ocha hanya bisa mengangguk.
Setelah Lova meminta tolong pada Bi Inah untuk belanja. Ocha sekarang tengah di dapur mengambil ayam—stok di kulkas—dan memotongnya berbentuk dadu.
"Rangga nya ke mana? Kok kamu ke sini sendiri sih?"
Ocha bergumam panjang. "Ke kafe."
Entah ke mana cowok itu, Ocha pun tak tahu. "Oh iya, Mi. Oma Elen mana?" tanya Ocha kemudian.
"Udah balik ke Bandung."
Ocha mengangguk. Mereka berdua sekarang menjadikan Oma dan Rangga sebagai topik pembicaraan.
"Oma cuma belum bisa terima," kata Lova, menghela napas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Walaupun galak, dia sayang banget sama Rangga. Dan jangan masukin kata-kata Oma yang nyakitin ke hati, ya." Mertuanya itu melempar senyum hangat ke arah Ocha, membuatnya jadi ikut tersenyum lalu mengangguk.
"Dulu masih kecil, Rangga pernah lempar pake petasan banting ke Oma-nya karena dia terus-terusan dilarang ini itu. Mangkannya Oma-nya selalu bilang Rangga bandel. Ya emang Rangga bandel sih, sedikit." Lova menggelengkan kepalanya jika mengingat momen itu. "Tapi Rangga juga anak yang penurut."
Ah, mengingat Rangga. Ocha jadi tidak bisa melupakan liburan itu. Liburan yang memberi kebahagiaan, sekaligus juga rasa sakit.
"Dan satu lagi, Rangga takut sama ruangan yang bener-bener gelap." Lova tersenyum geli. "Gara-gara, sama Oma-nya pernah dikurung di gudang karena insiden petasan banting itu."
Ocha tersenyum tipis, jadi teringat kala itu. Di mana, saat keadaan rumah tiba-tiba gelap karena mati listrik, Rangga mau menuruti permintaannya sebagai imbalan agar menemani cowok itu.
"Terus nangis?" tanya Ocha kepo.
Lova mengangguk. "Iya, jadinya cuma dikurung lima menit."
Ocha tertawa pelan, membayangkannya saja sudah lucu. Mereka berdua terus melanjutkan masak seraya berbincang. Tapi, Ocha yang lebih banyak melakukan ini itu dibantu arahan dari Lova.
♥♥♥
Senyum Ocha mengembang saat dirinya sudah selesai menata makanan yang dimasaknya bersama Lova tadi siang.
Cukup melelahkan.
Ocha balik ke kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah itu, dirinya menunggu Rangga di ruang keluarga.
Satu jam sudah menunggu tapi Rangga tak kunjung balik. Waktu sudah menunjukkan pukul 18.03. Ocha segera menelepon agar Rangga cepat balik, tapi nomor cowok itu malah tidak aktif.
Ocha memilih menunggu dengan menonton televisi. Lama menunggu, hingga waktu menunjukkan pukul 20.32. Ocha beranjak menuju dapur, menyeduh susu untuk dirinya.
Setelah selesai, Ocha menutup makanannya dengan tudung saji, tidak tahu jika akan menunggu selama ini. Lalu kembali duduk di sofa. Hari senin besok sekolah akan kembali berlangsung, Ocha mendesah lesu mengingat masa liburannya kemarin.
Lelah menunggu, Ocha merebahkan dirinya di sofa. Seketika ponselnya berdering menandakan seseorang meneleponnya. Tertera nama Meyka di layar, tanpa berpikir panjang segera ia angkat panggilan itu.
"Halo, Cha. Lo di mana?"
Ocha mengernyit mendengar nada ucapan Meyka yang terburu-buru.
"Gue di rumah, kenapa?"
"Wah parah sih. Gue tadi liat Rangga sama Sesil."
"Oh, terus?" Ocha langsung mengigit pelan bibir bawahnya.
"Kok respons lo gini doang?"
Terdengar jelas nada kesal dari pertanyaan Meyka.
"Udahlah, Cha, putusin aja. Cowok—kalau sekali selingkuh, tetap aja namanya tukang selingkuh."
Ocha bergeming.
"Udah, Mey. Hubungan mereka biar mereka berdua aja yang urus."
Itu suara Awil.
"Gak bisalah! Ocha itu sahabat aku. Aku gak terima ya, kalau kamu belain sahabat kamu itu. Jelas-jelas di sini tuh yang salah Rangga! —Aku gak belain siapa-siapa, aku cuma minta kamu gak usah ikut cam—"
Tut. Ocha mematikan sambungan telepon itu, lalu segera mematikan ponselnya.
Kemudian menyembunyikan wajahnya di bantal kotak. Sekuat mungkin agar tidak menangis. Kenapa rasanya semenyakitkan ini? Saat dirinya rela mengalah demi hubungannya. Tapi lagi, Rangga malah menghancurkan semuanya. Cowok itu lagi-lagi bersama Sesil.
Ocha terisak. Memikirkan suatu hal buruk yang mungkin saja terjadi. Apa Rangga akan meninggalkan dirinya lagi demi Sesil? Seperti dulu. Seperti dulu saat cowok itu membuangnya.
Bodoh. Satu kata yang Ocha rasakan saat ini. Ia seakan mengulangi kisah yang pernah terjadi, kisah yang berujung menyakitkan.
🐁🐈
Bekasi, 17Des20.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Enemy [TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] ⚠PLAGIATOR, HUSSS ❗Beberapa part di hapus demi kepentingan penerbitan "NIKAH?" tanya Rangga dan Ocha berbarengan, keduanya saling melirik satu sama lain. "ENGGAK!" bantah keduanya tegas. Apa jadinya jika partner ribut a.k.a musuh beb...