33 // Ke-sekian kalinya

3.8K 323 8
                                    

VOTE and KOMEN yaaa
.
MAKASIH BUAT SUPPORT-NYA! <3
.
Semoga suka.

HAPPY READING! 💞

🐁🐈

"Untuk menebus rasa bersalah, gue mau ajak kalian jalan sekarang. Gue traktir makan. Tanpa Awil pastinya." Meyka berseru riang.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Guru pun sudah keluar dari kelas. Hanya ada beberapa murid di kelasnya, termasuk mereka bertiga—Ocha, Meyka, dan Cara.

"Males ah," jawab Ocha.

"Cha, udah kenapa sih. Iya gue minta maaf deh, udah ngira lo sama Rangga ada apa-apa." Meyka mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu menekuk dua jari itu. Kembali terangkat dan menekuk, dengan gerakan berulang saat menyebut kata 'apa-apa'.

Ocha memutar bola mata malas. "Gue mau rebahan di kasur. Males ke mana-mana."

Meyka mendecak. "Ayolah, Cha. Cara aja mau tuh."

"Dih, kata siapa? Gue mau be—"

"Belajar? Aelah, refreshing dikit kek. Kasian otak lo nanti ngebul, dikasih asupan materi sama rumus Pak Bombom terus."

Pak Bombom adalah sebutan khusus dari anak kelas XII IIS 4 untuk Pak Bombi. Tapi jangan sampai guru yang satu itu tahu panggilan tersayang dari anak kelasnya, nanti yang ada bisa murka.

Cara cengengesan. Sedangkan Ocha menyahut. "Lagian tumben banget ngajak jalan bertiga. Biasanya nempel terus tuh sama si Awil kiwil."

"Tuh ya, serba salah gue mah. Ajak awil terus kalian bilangnya lupa sahabat, giliran gue ajak main bertiga malah alesan terus."

"Iya deh iya," sahut Cara.

"Asik. Lo berarti harus ikut juga!" kata Meyka pada Ocha, yang hanya dibalas dengan dehaman singkat.

Mereka bertiga akhirnya menuju ke sebuah mal dengan menaiki kendaraan bermobil yang dipesannya melalui aplikasi. Hingga akhirnya sampai ditujuan dengan selamat.

"Kita mau ke mana dulu nih? Nonton, makan, foto studio, atau karaoke-an?" tanya Meyka.

"Makan dulu deh, gue laper," kata Ocha.

"Setuju! Tadi sih bilangnya ada yang mau traktir." Cara menimpali.

Meyka mendecak, pura-pura kesal dengan Cara yang mengingat soal traktiran yang dijanjikannya sewaktu di sekolah. "Ayo deh. Lo mah samanya kayak Pahlevi. Paling gercep urusan makan gratis."

"Sialan lo, gak usah sebut-sebut nama tuh anak." Cara memprotes.

Meyka menggerutu. "Punya sahabat gini banget ya, sensian mulu soal cowok. Tadi Ocha, sekarang gue di damprat sama lo."

Mereka bertiga memasuki salah satu tempat makan di mal tersebut. Lalu memesan makanan untuk masing-masing dirinya.

"Pengen deh, rambutnya di warnain kayak tuh orang." Meyka bercerita sambil menatap salah satu pengunjung yang rambutnya di ombre warna emas. "Biar kayak bule."

"Bulepotan kalau buat lo mah," celetuk Ocha.

"Ih!" gerutu Meyka.

"Eh, itu Rangga bukan sih?" tanya Cara, membuat Ocha dan Meyka menengok ke belakang dimana pintu masuk berada.

Ocha mendecak pelan. Mulai menggerutu dalam hati. Kenapa dirinya selalu dipertemukan dengan Rangga yang selalu bersama Gladis. Lalu siapa yang mulai menguntit? Dirinya atau dua sejoli itu? Rasanya Ocha ingin pindah tempat, kalau saja ia sedang tidak bersama Meyka dan Cara.

Married with Enemy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang