Bel pulang sekolah berbunyi, semua penghuni kelas pun bersorak-sorai karena kelas belajar mengajar untuk hari ini telah usai.
Setelah guru keluar, Ocha mengemaskan barangnya.
"Ihh anterin gue ke toilet dong," kata Meyka sambil bergerak dengan gelisah.
"Cha, Ra, anterin gue," pintanya lagi.
"Ah males, sama Cara aja tuh." Ocha berdiri dari duduknya.
"Gue harus balik cepet mau les," kata Cara terburu-buru. "Daahhh."
Cara langsung melesat keluar kelas, membuat gerutuan Ocha semakin jelas. "Minta temenin Awil tuh, gue mau balik, bhay!" Ocha langsung berjalan keluar kelas, tapi tertahan karena Meyka menarik tangannya.
"Gamau sama Awil, nanti dia cuma nunggu di luar. Kan kalau sama lo bisa nunggu di dalem." Meyka langsung menarik paksa tangan Ocha.
Selain rada-rada tulalit, sahabat satunya itu juga sangat penakut. Ocha hanya bisa menghela napas penuh sabar dan pasrah saat tangannya terus ditarik sampai ke dalam toilet.
"Jangan lama-lama!" katanya setelah Meyka masuk ke dalam bilik toilet.
Tidak lama kemudian, Meyka keluar dengan cengirannya. "Udah yuk, pulang. Bebeb gue pasti udah nungguin di parkiran."
Ocha memutar bola mata malas. "Bucin terus."
"Sirik aja," sahut Meyka.
Mereka berdua berjalan beriringan di koridor gedung kelas dua belas.
"Mangkanya lo cari cowok dong," kata Meyka menyarankan. "Si ayam nganggur tuh."
Ocha mengerutkan kening tanda tidak mengerti, "Maksud lo? Gue pacaran sama ayam gitu?"
Entah kenapa kalau bicara sama Meyka, ia jadi ikutan rada tulalit.
"Iya, si Rangga maksudnya," kata Meyka mengoreksi ucapan sebelumnya.
Ocha bergidik ngeri mendengar saran Meyka. "Ewh, amit-amit. Gak bakal mau gue sama si semut rangrang."
"Gak boleh segitunya benci sama orang kali, Cha. Nanti kalau dia emang bener jodoh lo gimana?" Meyka menaik turunkan kedua alisnya guna meledek Ocha.
Ocha berlagak seperti orang ingin muntah, ia sangat tidak bergairah kalau sudah membahas tentang Rangga.
"Plis deh, Mey. Ga ada topik lain yang lebih menarik gitu?" kesal Ocha.
Meyka terkekeh karena berhasil membuat Ocha kesal, jahilnya hampir sebelas dua belas dengan Awil. Pantas saja mereka berdua terlihat klop dan serasi, ternyata hobinya sama-sama suka bikin orang kesal, dan Ocha menjadi korbannya.
Kini mereka berdua sudah sampai di parkiran sekolah. Meyka langsung menghampiri Awil yang sedang duduk di atas motor, ditemani dengan Rangga dan Pahlevi.
Tatapan Ocha sempat bertemu dengan Rangga, tapi dengan cepat ia alihkan. Emosi jiwanya suka memberontak kalau melihat wajah menyebalkan Rangga.
Dengan cepat Ocha memilih untuk menuju motornya, yang sengaja ia parkir di bawah pohon rindang agar saat siang hari motornya tidak kepanasan.
Ocha menghela napas karena kepenatan hari ini, ia sangat tidak sabar untuk sampai rumah dan berbaring di atas kasur tercintanya.
"Kasuur ... I am coming!" seru Ocha.
Seketika langkahnya terhenti, matanya langsung melotot lebar saat melihat ban motor depannya kempis. Lalu Ocha menengok ke belakang untuk melihat ke arah Rangga yang langsung membuang muka saat dilayangkan tatapan membunuh darinya.
Tanpa perlu berpikir keras untuk menerka siapa pelakunya, Ocha sudah tahu betul siapa manusia kurang kerjaan yang membuat kempis ban motornya.
"Rangga sialan!" umpat Ocha.
Ocha langsung berlari ke arah Rangga dengan hati yang geram dan tangan yang sudah mengepal erat. Giginya sampai gemertak saking kesalnya.
"Ranggaaa ... Sini lo!" teriaknya.
"Eh, Cha? Kok lo belum balik?" tanya Meyka dan hanya terkacangi karena Ocha tak menggubris pertanyaannya.
Ocha mengejar Rangga karena cowok itu malah berlari. Mereka berdua pun terus mengitari sebuah pohon besar tanpa ada yang mau mengalah.
"Sialan emang lo! Ngajak perang terus." Tidak ada kata lelah dalam kamus Ocha di saat keadaan seperti ini, ia seakan sudah tak tahan untuk mencincang habis tubuh Rangga.
Ocha pun semakin gencar mengejar Rangga, hingga akhirnya ia menarik ujung seragam cowok itu. Dan tak menyia-nyiakan kesempatan, Ocha langsung memberi pukulan secara membabi buta.
🐁🐈
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Enemy [TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] ⚠PLAGIATOR, HUSSS ❗Beberapa part di hapus demi kepentingan penerbitan "NIKAH?" tanya Rangga dan Ocha berbarengan, keduanya saling melirik satu sama lain. "ENGGAK!" bantah keduanya tegas. Apa jadinya jika partner ribut a.k.a musuh beb...