65 // Kedua Kalinya

3.4K 294 27
                                    

Vote dan komen, yaw!

Jangan lupa follow akun Rieriets_ ♥♥

Hppy reading!

🐁🐈

Setelah mempersiapkan liburan, akhirnya mereka—satu kelas—menampakkan kakinya di sebuah pulau yang memiliki keindahan pantai luar biasa.

Masing-masing menaruh koper kecilnya di dalam tenda yang sudah mereka pesan untuk satu malam. Setelahnya, mereka langsung berlarian ke tepi pantai.

Empat orang membentuk dua tim untuk bermain voli pantai. Ada juga yang berfoto ria. Sisanya bermain di bibir pantai untuk saling menyiram air hingga berakhir kejar-kejaran. Termasuk Ocha dan Rangga, sejoli itu terus membuat lawannya basah kuyup. Sesekali keduanya melempar tawa.

"Larinya pelan-pelan, Cha!" Suara Rangga menginstruksi. "Udah kayak di kejar setan aja."

"Iya, lo setannya," sahutnya sembari memelankan langkah. Baru berlari sebentar saja, dirinya sudah kelelahan.

Rangga mendecak.

"Udahan, Ga. Gue capek lari." Ocha langsung mendudukkan dirinya di pasir yang basah.

"Yang nyuruh lari siapa?" tanya Rangga malas, cowok itu ikut duduk di samping kanan Ocha.

"Gak ada sih." Ocha tersenyum jail, lalu tangan kirinya menggenggam pasir pantai yang basah itu. Kemudian melumuri ke tangan Rangga, membuat cowok itu melotot galak.

Ocha langsung bangun dari duduknya, segera menjauhkan diri dari Rangga.

Kemesraan sejoli itu tak luput dari seseorang yang tengah bermain voli pantai. Ia menahan kesal melihatnya. Tanpa aba-aba, cewek itu langsung memukul bola voli yang kebetulan sedang berada di tangannya. Berharap mengenai sasaran.

"Cha, awas!" Cara yang menyadari bola voli itu melayang ke arah Ocha, refleks berteriak memperingati.

Ocha menoleh, terperangah melihat bola voli itu. Bukannya menyingkir, kedua matanya ia tutup rapat-rapat. "Eh, eh ...." Seketika dirinya ambruk saat seseorang menariknya tiba-tiba dan detik itu juga, bola voli mendarat di pasir.

Ocha dapat bernapas lega saat dirinya tidak terhantam bola voli. Tapi saat matanya ia buka, tanpa sadar tubuhnya menimpa Rangga yang sekarang tengah menyengir lebar ke arahnya.

"Cie, cie!" teriak yang lain heboh, siulan nyaring terdengar saling bersahutan.

Ocha buru-buru duduk, dirinya jadi salah tingkah sendiri.

Rangga yang menyadari itu tersenyum geli, cowok itu segera berdiri. "Tunggu bentar."

Tidak lama kemudian Rangga datang membawa ranting pohon. Menggoreskan ranting tersebut ke pasir, membentuk love dengan Ocha yang duduk di tengahnya.

"Sok romantis lo, Duri Landak." Ocha terkekeh, tapi tak bisa menyembunyikan rasa bahagia—hanya karena perlakuan kecil seperti ini.

"Cha, ayo kita naik itu!" ajak Meyka semangat, menarik tangan Ocha dan juga Cara.

"Yaelah, ganggu aja," gerutu Rangga.

"Sabar ya," kata Awil menepuk bahu kanan Rangga, sedangkan Pahlevi menepuk bahu kirinya. Ketiga cowok itu segera membuntuti para cewek.

Mereka berenam hendak menyewa banana boat. Sebelum naik, Rangga memasangkan pelampung pada Ocha. Begitu juga dengan Awil pada Meyka.

"Bucin terus," kata Cara sembari memasang pelampung seorang diri.

"Sirik aja," sahut Meyka seraya menjulurkan lidahnya.

"Sini, mau gue pasangin, Mah?" tawar Pahlevi.

"Telat, Pah!" balasnya ketus.

"Yaudah, mandiri."

Mereka berenam akhirnya menaiki banana boat. Memutar-mutar sekitar pantai, sesekali berteriak melepas keseruan ini.

Setelah puas, mereka berganti untuk menaiki jetski.

Ocha menggeleng. "Gue gak ikut deh, Ga."

"Kenapa?"

"Nanti kalau gue kecebur, gimana?"

Rangga tertawa geli. "Lo 'kan pake pelampung."

Ocha mengerucutkan bibirnya. "Tapi kalau gue jatuh terus ditimpa ombak? Lo tau 'kan gue gak bisa berenang?"

Rangga mengacak rambut Ocha gemas. "Ya gak akanlah. Kalau pun iya, gue pasti selamatin lo, Ochayang."

"Dih." Ocha bergidik geli dengan panggilan itu.

"Yaudah ayo!" ajak Rangga.

Akhirnya Ocha menaiki jetski bersama Rangga. Meyka bersama Awil, dan Cara terpaksa bersama Pahlevi. Katanya, biar saling berpasangan. Bahkan, teman sekelasnya pun ada juga yang ikutan dengan saling berpasangan. Dan Rangga dapat melihat salah satunya itu Sesil bersama Jay.

"Udahan, yuk," ajak Rangga tiba-tiba.

"Loh, kenapa?" tanya Ocha. "Padahal lagi seru."

"Gue udah males aja," jawab Rangga asal.

"Bukan karena cemburu Sesil sama Jay?" tanya Ocha sambil terkekeh.

"Enggak."

"Yaudah, berarti udahannya nanti aja, bareng sama yang lain."

Rangga hanya berdeham singkat. Lalu mengendarai jetski dengan kecepatan tinggi.

"Ga, pelan-pelan aja!" titah Ocha.

Tepat saat itu, di arah berlawanan ada jetski yang tengah di kendarai Jay. Saat hampir bertabrakan, keduanya langsung membelokkan kemudi, membuat Ocha dan Sesil yang sedang berada di tumpangan terpelanting ke dalam air.

Kedua cowok itu langsung menghentikan lajunya. Rangga bergeming, menatap keduanya bimbang.

Di tempat yang berjauhan, Awil dan Pahlevi tertawa terbahak-bahak. Meyka langsung mencubit paha Awil, membuat cowok ikal itu meringis. "Gak boleh diketawain, Ocha itu sahabat aku, tau!"

"Apa sih, aku ngetawain Sesil." Awil mengusap pahanya yang terasa perih.

"Oh yaudah, kalau dia boleh."

"Dih, pilih kasih," cibir Awil.

"Eh, eh ... itu apa-apaan! Masa Rangga pilih Sesil!" kata Meyka menggebu-gebu, tangannya terus menepuk bahu Awil untuk melampiaskan rasa kesalnya.

"Aduh!" erang Awil. "Biarin kenapa sih, terserah Rangga mau pilih siapa. Yang penting 'kan aku pilih kamu."

"Apa sih, gak jelas!" tandas Meyka masih sebal atas kelakuan Rangga.

Di sisi lain, Ocha menerima uluran tangan Jay. Cewek itu segera naik ke boncengan si ketua kelas walau sedikit susah. "Thanks, Jay." Matanya menatap Rangga yang baru saja menyelamatkan Sesil, bisa-bisanya suaminya itu lebih memberi uluran tangannya untuk perempuan lain.

"Anter gue ke tepi, Jay. Gue mau udahan aja mainnya," kata Ocha.

"O-oke."

Setelah sampai dan melepas pelampung, dirinya langsung berjalan ke arah tenda untuk mengambil baju ganti.

"Cha!" teriak seseorang.

Tanpa menoleh pun, Ocha sudah tahu betul siapa pemilik suara itu.

"Cha, jangan marah." Rangga yang mengejar Ocha memegang tangan cewek itu supaya menghentikan langkahnya.

"Apa sih?" Ocha langsung menepis tangan Rangga. "Gue mau ganti baju," lanjutnya, lalu berlari kecil dan meninggalkan Rangga dengan penuh rasa bersalahnya.

🐁🐈

Bekasi, 16Des20.

Married with Enemy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang