20 // Malam Pertama

8.7K 487 21
                                    

"Ranggaaa! Ambilin handuk gue," teriak Ocha sampai menggelegar ke pendengaran cowok yang tengah asik bermain game diponselnya.

"Males," sahut Rangga singkat. Cowok itu tetap fokus dalam kegiatannya.

"Ambilin, curut!" teriak Ocha lagi.

"Ambil sendiri."

"Gak lucu ah, cepet sini." Ocha marah-marah di dalam kamar mandi. Sedangkan Rangga menyudahi bermain game diponselnya, lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur.

"Rangga!" panggil Ocha kesal.

"Istirahat bentar, gue capek."

Rangga baru balik dari rumah mertuanya. Ia hanya mengambil baju Ocha seperlunya, sisanya akan diambil jika pindah ke rumah barunya.

"Lo cuma dari rumah Mimom, itu pun naik mobil. Gayaan udah kayak lari maraton aja." Ocha sudah menggedor pintu kamar mandi, berharap Rangga akan terganggu dan akhirnya mau memberikan handuk yang ia pinta.

"Ga!" panggil Ocha karena tak ada sahutan.

"Keluar aja kenapa sih, udah halal ini."

"Gak mau. Enak di lo, gak enak di gue."

"Gitu amat sama suami." Rangga menurut, ia berjalan ke arah kamar mandi untuk memberikan handuk berwarna ungu pada Ocha.

"Buka pintunya," suruh Rangga yang sudah berdiri di depan pintu.

Ocha menyembulkan kepalanya, lalu dengan cepat menerima handuk itu. Sekarang giliran Rangga yang menggunakan kamar mandi. Ocha dengan cepat memakai piama bermotif lebah sebelum cowok itu selesai mandi.

Setelah selesai mengenakan piama Ocha merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur berukuran besar milik Rangga. Menatap isi kamar yang bernuansa hitam putih. Ia merenung meratapi nasibnya yang sangat mengenaskan.

Tidak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka menampilkan Rangga yang mengenakan celana pendek dan kaus berwarna hitam. Lalu merebahkan tubuhnya di samping Ocha.

"Mau ngapain lo?" ketus Ocha.

"Tidurlah," sahut Rangga enteng.

"Sana jauh-jauh." Ocha melempar bantal sampai mengenai wajah cowok itu.

Tak mau kalah, Rangga membalasnya hingga mengenai wajah Ocha. "Lo yang sana."

"Gue gak mau tidur sama lo." Ocha mendorong tubuh Rangga sekuat mungkin, agar terjatuh.

"Kasur gue, ngusir-ngusir."

"Bodo." Ocha tetap mendorong Rangga. "Sana semut rangrang. Tidur di sofa aja."

"Enak aja, lo yang tidur di sofa." Rangga langsung menggendong Ocha, lalu melempar pelan cewek itu di atas sofa.

Ocha bangun dan langsung menjambak rambut Rangga yang masih basah dari belakang.

"Sakit wei sakit."

"Mampus lo!" Ocha melepaskan jambakkannya lalu berlari dan melemparkan diri di atas kasur. Tangannya sudah siap mengambil bantal untuk melemparnya pada Rangga.

Rangga yang tak terima langsung menyerang balik semua bantal ke Ocha, lalu cowok itu mengambil selimut di atas kasur guna menyekap Ocha.

"Hahaha mampus lo!" seru Rangga puas, bahkan saking nafsunya cowok itu sampai menindih tubuh Ocha.

"Rangga bego, gue gak bisa napas." Ocha gelagapan di dalam selimut, Rangga memang otaknya suka taruh di dengkul.

Rangga melepaskan sanderanya dari sekapan selimut, lalu terkekeh geli.

"Sinting lo!"

Bugh.bugh.bugh. Ocha memukul cowok itu dengan guling secara membabi buta.

"Mati lo mati," maki Ocha.

Rangga menjauhkan diri dari kasur, bisa mampus kalau terus di situ karena macan betina sedang mengamuk.

Cowok itu menggoyangkan pinggulnya, serta lidah yang menjulur keluar. "Wle, ayo kejar."

Tak mau kalah dari tantangan Rangga, cewek itu mengejarnya. Mereka berlarian di dalam kamar, sesekali menginjak kasur. Lebih parahnya lagi, Rangga meloncat-loncat di atas kasur menganggapnya bahwa itu trampolin.

Dengan gerakan seribu langkah, Ocha yang sudah berdiri di atas kasur langsung mendorong cowok itu hingga jatuh tersungkur.

"Aahhh ... Sakit, Cha," teriak Rangga dengan nada yang dibuat-buat, membuat Ocha sampai bergidik geli mendengarnya.

Ceklek.

Pintu kamar terbuka menampilkan Ringgo yang memasang wajah cengo. Cowok bertubuh tinggi itu menatap sekeliling kamar Rangga, berantakan seperti kapal pecah. Bantal, guling, seprai, selimut, dan barang lainnya berserakan di mana-mana.

Lalu tatapan Ringgo beralih melihat Rangga yang masih dengan posisi telungkupnya. Sedangkan Ocha berdiri di atas kasur dengan kedua tangan memegang bantal yang berada di atas kepalanya, siap untuk melemparnya ke arah Rangga.

"Gue kira lagi enaena," jawab Ringgo polos, lalu menampillan cengiran kudanya. "Yaudah gue balik ke kamar aja deh, ngintipnya besok lagi." Cowok itu langsung menutup pintu kamar Rangga.

"Abang-keee lo," teriak Rangga setelah kepergian Ringgo.

Lalu mereka berdua kembali melanjutkan malam pertamanya, yaitu perang bantal.

🐁🐈

Bekasi, 24Jun20.

Married with Enemy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang