Happy reading!💐
🐁🐈
Ocha tengah asik menatap layar televisi di depannya. Bahkan kehadiran Rangga tak berpengaruh apapun, matanya terus terpaku pada sinetron yang tengah ditontonnya. Lebih tepatnya, Ocha sengaja mengabaikan Rangga.
"Suami biadab! Kesel gue." Ocha meninju-ninju bantal yang sedang berada dipangkuannya. Menhunjam pukulan bertubi-tubi pada benda yang tak bersalah itu, karena merasa perlu untuk melampiaskan rasa emosinya. Rasa emosi yang terpancing dari sinetron yang sedang ditontonnya.
Rangga hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar makian yang keluar dari mulut Ocha. Merasa geli melihat tingkah kelakuan istrinya itu. Dasar anak sinetron!
"Cuma settingan, sampe segitunya kesel." Rangga membuka suara. Sedangkan Ocha hanya melirik tiga detik. Memperhatikan penampilan Rangga yang sangat rapi, dari atas hingga bawah.
"Cuma settingan aja gue segini keselnya, apalagi kalau beneran. Lo tau sendiri apa yang terjadi sama lo nantinya," ucap Ocha santai, dipenuhi nada peringatan secara tidak langsung. Peringatan yang mengartikan bahwa Rangga tidak akan ia biarkan untuk selingkuh.
"Nih ya, gue kasih tau. Cewek kalau udah cinta, mana tega cincang suaminya," kata Rangga sambil terkekeh.
Ocha hanya memutar bola mata malas. Lagi pula itu tidak akan terjadi, ia tidak akan jatuh cinta pada suaminya. Rangga yang menyebalkan setengah mampus itu, memangnya bisa membuat hatinya luluh? Ocha tertawa meremehkan.
"Gue mau keluar, Cha." Rangga kembali berbicara dan masih setia duduk di samping kanan Ocha.
"Oh, yaudah."
Rangga mencebikkan bibirnya. "Gitu doang?"
Tidak ada jawaban dari cewek itu. Kehadiran Rangga seperti dianggap gaib sekarang, pertanyaannya tak digubris.
"Cha," panggil Rangga menahan emosi.
"Apaan sih," balas Ocha tanpa lagi melirik ke cowok itu sedikit pun.
"Lo gak liat gue udah rapi gini? Tanya kek, Rangganteng mau ke mana? Ngapain? Sama siapa?" kata Rangga memberi contoh. Tapi lagi, tak ada sahutan dari Ocha.
"Chacha, lo denger gue gak sih?" tanya Rangga yang sudah tersulut emosi.
Ocha berdehem singkat. Kenapa makhluk di sebelahnya selalu saja mengganggu. Tidak bisa kah membiarkan Ocha tenang sebentar? Lagi pula, mau cowok itu ke planet mana pun Ocha tidak akan peduli. Justru ia senang karena hidupnya nanti akan tenteram tanpa adanya kehadiran Rangga.
"Posesif dikit kek, gue belum pernah digituin." Rangga langsung memeluk tubuh Ocha dari samping. Seketika parfum yang cowok itu kenakan sangat menyengat di indra penciumannya.
"Ga, lo semprotin parfum berapa botol sih? Sana jauh-jauh." Ocha mendorong kuat-kuat tubuh Rangga. Memang dasar cowok modus!
Rangga terkekeh, lalu melepas pelukannya. "Gue mau ketemu Gladis. Boleh?"
Baru saja Ocha peringati untuk tidak selingkuh. Dan ia yakin bahwa Rangga mengerti arti ucapannya barusan. Tapi sekarang cowok itu malah bilang ingin ketemu cewek lain. Cari mati memang! Untung saja Ocha belum menaruh rasa pada Rangga, jadi ia masih membiarkan suaminya itu.
"Kenapa harus tanya gue," ucap Ocha tak peduli.
"Lo kan istri gue," sahut Rangga sekenanya.
Ocha mendengus sebal. Bukan berarti cemburu, tapi ia hanya gereget sama suaminya itu. "Mana ada ceritanya, suami izin ke istri buat kencan sama gebetan barunya."
Rangga terkekeh sambil menggaruk keningnya. "Tapi bukan gue yang ngajak loh, Cha. Si Gladis sendiri yang minta ketemuan. Suer deh." Cowok itu mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Bodoamat, gak peduli."
Rangga senyum-senyum tidak jelas, membuat Ocha bergidik ngeri. "Cemburu kan lo!" tudingnya percaya diri.
"Ih, enggak tuh!" ketus Ocha.
"Masa ngomongnya ketus sih, kayak ada nada-nada gak rela gitu karena suaminya mau ketemu cewek lain." Rangga kembali menggoda.
Ocha menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan, harus ekstra sabar kalau berbicara dengan Rangga. "Dengerin ya ... Mau lo kencan sama si Gladis, Gladas, Gladus, Glados sekalipun, gue mah EGP. Emang gue pikirin!" tandas Ocha tajam.
"Iya iya udah, jangan cemburu gitu." Rangga lalu menusuk-nusuk pipi kanan Ocha dengan jari telunjuknya.
Rangga mendecak, lagi-lagi tidak ada sahutan dari cewek di sebelahnya. Dengan cepat, cowok itu berdiri mengambil kunci mobilnya.
"Loh kok naik mobil?" tanya Ocha refleks, karena diam-diam ia memperhatikan Rangga dari ekor matanya. Dan cowok itu tidak mengambil kunci dengan gantungan gitar, yang tak lain adalah kunci motornya.
"Tuhkan! Keciri banget lo lagi cemburunya," ucap Rangga dengan senyum jail yang melekat diwajahnya.
Ocha memutar bola mata malas, pasalnya ia tidak ada rasa cemburu sedikit pun karena Rangga yang mau kencan dengan adik kelasnya. Ini murni hanya karena rasa keponya.
"Kalau naik mobil kan, dia gak ada kesempatan modus-modus peluk gue. Seneng kan lo dengernya?" Rangga menaik turunkan kedua alisnya, berniat menggoda Ocha.
"Idih, bodoamat deh."
"Gue gak bakal lama kok," kata Rangga lagi, seolah memang Ocha bertanya dan mengkhawatirkan cowok itu untuk tidak pulang larut malam. Bersikap seolah-olah jika Ocha peduli pada kepergiannya, dan Rangga berusaha meyakinkan bahwa dirinya akan baik-baik saja di luar sana. Tapi nyatanya, Ocha sama sekali tidak peduli akan hal itu.
"Gue pergi sekarang, jangan kangen ya."
Ocha menatap kepergian Rangga. Masih tidak habis pikir dengan cowok satu itu. "Suami siapa sih itu ya ampun, pedenya kebangetan gila."
🐁🐈
Bekasi, 27Jul20.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Enemy [TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] ⚠PLAGIATOR, HUSSS ❗Beberapa part di hapus demi kepentingan penerbitan "NIKAH?" tanya Rangga dan Ocha berbarengan, keduanya saling melirik satu sama lain. "ENGGAK!" bantah keduanya tegas. Apa jadinya jika partner ribut a.k.a musuh beb...