38 // Permen Karet

3.6K 312 7
                                    

Jangan lupa VOTE dan KOMEN
.

HAPPY READING!💞

🐁🐈

Suasana kelas tampak ricuh, pasalnya guru mata pelajaran geografi berhalangan hadir untuk mengisi jam belajar mengajar di kelas XII IIS 4. Membuat semua murid bersorak gembira. Namun hanya sesaat, karena mereka harus diberi soal tugas untuk mengisi kekosongan jam KBM.

Ocha, Meyka dan Cara tengah berkumpul untuk mengobrol, bukan malah mengerjakan tugas. Bahkan satu kelas tidak ada yang mengerjakan, mereka lebih memilih mengerjakan tugasnya di rumah. Karena tugasnya tidak harus dikumpulkan hari ini.

"Oh iya, kata Anya malem minggu dia ketemu lo." Meyka membuka pembicaraan.

Ocha mengangguk mengiyakan.

"Katanya lo sama cowok, siapa?"

Mata Ocha terbelalak, melupakan masalah itu.

"Itu—gue sama ..." Ocha menggantungkan kalimatnya.

"Sama sahabat lo yang namanya Kafka?" tebak Cara.

Ocha mengangguk cepat sebagai jawaban, lalu meringis saat melihat Meyka dan Cara yang mempercayainya.

"Oh iya, malem itu juga gue ketemu Adrian." Ocha mengalihkan pembicaraan, memang sebenarnya ia berniat menceritakan hal ini kepada sahabatnya.

"Ngapain? Gak sengaja ketemu?" tanya Meyka.

Ocha mengangguk. "Pas abis ketemu Anya, gak lama kemudian dia tiba-tiba muncul duduk di samping gue."

"Terus? Ngajakin lo pulang bareng lagi?" tanya Cara sedikit meledek, karena sudah tahu betul dengan Adrian yang selalu mengajak Ocha pulang bareng setiap balik sekolah.

Ocha menggeleng seraya mendesah pelan. "Dia ngajak jalan."

"Terus?"

"Gue tolak."

Meyka menumpukan kedua siku di atas meja lalu lalu menopang dagu, seperti menikmati cerita Ocha. "Kenapa lo gak coba kasih satu kesempatan aja?"

"Kalau gue kasih kesempatan terus dia berharap lebih, lo yang mau tanggung jawab?" tanya Ocha dengan kedua alis yang terangkat.

Meyka menyengir. "Ya masa gue, lo yang tanggung jawablah. Dia kan sukanya sama lo."

"Dih, ogah banget."

Cara bergumam panjang. "Tapi kata Ocha ada benernya sih. 'Kan berabe kalau dia makin gencar buat dapetin Ocha."

Ocha langsung menjentikkan jarinya, sangat setuju dengan ucapan Cara.

"Terus dia bisikin gue—"

"Apa?" tanya Meyka yang memotong ucapan Ocha.

Ocha menggigit bibir bawahnya pelan, masih terekam jelas bisikan itu. Bahkan tidak ada satu kata yang terlewat.

"Lo harus jadi milik gue. Dengan cara apapun itu."

Kening Cara sudah berlipat-lipat, memahami arti ucapan yang terdengar ambigu. Lalu mengetuk jari telunjuknya ke meja berulang kali.  "Dengan cara apapun itu, dengan cara apapun itu—Ah gue tau!"

"Apa?" tanya Meyka karena tak menangkap arti yang jelas.

"Ancaman," kata Cara dengan nada yang sengaja dibuat seram.

Rasanya Ocha ingin melempar bolpoin di tangannya ke arah Cara, sahabatnya itu malah sengaja menakutinya.

"Lagian lo kenapa jadi takut gitu sih, Cha? Sama setan aja gak takut," cibir Meyka.

Married with Enemy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang