02 // Si Semut rangrang

8.8K 677 277
                                    

"Semut rangrang! Sini lo," teriakan Ocha menggema di sepanjang koridor. Ia mempercepat larinya hingga sampai di kelas tercintanya, XI IIS 4.

"Sialan lo ya!" gereget Ocha, rasanya ingin mengubur Rangga hidup-hidup.

Saat ini Rangga tengah duduk bersandar dengan kedua kaki yang diselonjorkan di atas meja. Memasang muka yang sangat menyebalkan dimata Ocha. Pokoknya semua yang berhubungan dengan Rangga selalu membuatnya tersulut emosi.

"Darah tinggi loh kalau marah-marah mulu," katanya santai.

"Banyak bacot," sarkas Ocha.

"Jadi cewek ngomongnya jangan kasar-kasar." Rangga menyilangkan kedua tangannya didada. "Pantes jomlo," ledeknya.

Ocha langsung menghampiri Rangga dan menjambak rambutnya. "Ngaca heh ngaca! Lo juga jomlo, gak sadar diri emang."

"Aw, sakit Cha." Rangga meringis sambil berusaha melepaskan tangan Ocha dari rambutnya.

Setelah dirasa puas, Ocha menjauhkan tangannya. Walaupun kesal setengah mati, tapi ia masih punya hati untuk tak menghabiskan Rangga sampai mampus.

Padahal niatnya ingin memberi cowok itu bogem mentah, tapi kenapa ia malah menjambaknya. Ocha tak peduli, salah sendiri kenapa rambutnya terlihat begitu menggoda untuk menjadi sasaran kekesalannya.

"Kasar amat sih jadi cewek, pantes gak laku!" cerocos Rangga.

"Laknat banget ya mulut lo! Bukan gak laku, tapi gue milih-milih." Ocha berlagak, ia harus menjunjung tinggi martabat dirinya. Spesies macam Rangga memang harus dimusnahkan dari muka bumi, agar hidupnya tenteram, aman dan damai.

"Ngapain milih-milih kalau di depan lo udah ada pria tampan rupawan, saleh, baik hati, rajin menabung," katanya memuji diri sendiri.

"Situ lagi promosi diri?" ejek Ocha.

"Gak sih, ngomongin fakta aja," katanya dengan senyum menyebalkan.

"Ewhh tralala, sampe kapan pun gak sudi gue sama lo!" ketus Ocha.

"Gak boleh gitu loh Cha, kepincut sama gue mampus lo nanti." Rangga berseringai kecil.

"Heh pasutri! Pagi-pagi udah ribut aja," kata Awil, si cowok berambut ikal yang merupakan teman sekelas Ocha yang bernotabene sahabat sepertulang rusukan Rangga.

"Ehh ... Pagi-pagi udah ada yang mojok," tambah Pahlevi.

Ocha memutar bola mata malas melihat kedatangan dua manusia yang sama menyebalkannya dengan Rangga, ia memilih untuk duduk di bangkunya.

"Kok bisa berduaan gini sih? Udah janjian berangkat pagi ya?" ledek Awil pada keduanya.

Baik Ocha maupun Rangga tak ada yang menyahut.

"Wahh, apa udah timbul benih-benih cinta?" kata Awil lagi dengan nada menjengkelkan.

Tangan Ocha meraba kolong mejanya, lalu menyunggingkan senyum miring saat menemukan benda kecil. Tanpa banyak bicara, ia langsung melempar bolpoin itu, dan tepat sasaran karena mengenai kening Awil.

Cowok itu mengaduh dan langsung mengusap dahinya. "Sialan banget sih lo, Cha. Gue aduin Meyka nih."

"Aduin aja sana, nanti gue hasut si Meyka buat putusin lo." Ocha mengeluarkan buku, pulpen dan ponsel dari tasnya. Lalu dengan cepat menyalin jawaban matematika wajib yang semalam dikirim oleh Cara, sahabat terpintarnya.

Ocha kadang merasa heran dengan mata pelajaran matematika wajib, padahal ia berada di kelas jurusan IIS. Tapi kenapa ada pelajaran matematika wajib yang menyasar ke kelasnya. Sangat menyebalkan, pikir Ocha.

"Mana dia percaya sama omongan lo," sahut Awil.

"Percayalah, pasti. Dia kenal lo dua tahun, sedangkan kenal gue udah lima tahun!" tandas Ocha membuat Awil bungkam, ia tidak bisa membantah fakta tersebut.

"Ya tetep aja percaya gue, gue 'kan pacarnya," katanya bangga.

"Gue bilang aja ke Meyka kalau lo selingkuh," ancam Ocha akhirnya.

Awil menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. "Licik emang lo." Lalu cowok itu memilih untuk mengalah karena takut dengan ancaman Ocha.

"Pagi Ocha," sapa Meyka dengan wajah semringahnya. Entah ke mana dulu cewek itu, sampai Awil lebih dulu sampai kelas, padahal yang Ocha tahu mereka selalu berangkat bareng.

"Abis ke mana?" tanya Ocha masih sibuk berkutat dengan contekan tugasnya.

"Biasalah ke Anya." Anya adalah adik Meyka, entah ada urusan apa sampai sahabatnya itu sering mendatangi ke kelasnya pagi-pagi.

"Anya apa Anya?" tanya Ocha tak yakin.

"Gue nganterin buku pr dia yang ketinggalan, tuh bocah berangkat ke sekolahnya pagi terus," kata Meyka jujur. "Ya sambil cuci mata liat berondong yang bening-beninglah," lanjutnya sambil berbisik.

"Wahh, parah lo," teriak Ocha spontan membuat Meyka menyengir, sepertinya tidak takut jika Awil akan tahu.

"Wil, kamu udah ngerjain pr belum?" tanya Meyka membuat cowok itu menepuk jidaknya dengan telapak tangan, lalu cengengesan seperti orang tak berakal.

"Udah dong sayang," katanya menggelikan.

"Idih najis," sahut Ocha sarkas. Telinganya tidak biasa mendengar kata-kata seperti itu, bisa sakit nantinya.

"Nyaut aja lo bebegig sawah," cerocos Awil sambil merentangkan kedua tangannya, memperagakan bebegig sawah.

"Diem lo patung pancoran," balas Ocha tak mau kalah, ia lalu menjeda menulisnya dan memperagakan gaya patung pancoran.

Cekrek!

Refleks Ocha menengok ke arah sumber suara. Gelak tawa tak dapat ditahan Rangga saat melihat hasil jepretannya.

"Mampus lo! Koleksi aib bertambah satu," kata Rangga sambil mengoyang-goyangkan ponselnya dihadapan Ocha, untuk memperlihatkan foto tadi.

Matanya langsung melotot tajam melihat dirinya di sana. Ekspresinya sangat tidak bisa dikondisikan, ditambah gayanya yang terlihat konyol itu.

"Hapus!" titah Ocha murka.

"Gak mau, wle." Rangga menjulurkan lidahnya, membuat Ocha naik pitam.

"Rangga sialan, hapus gak mau tau." Rangga malah menyengir kegirangan, bukannya takut dengan Ocha yang seakan siap menerkam mangsanya. Cowok itu malah kelihatan seperti menantang.

"Cha, inget pr tuh." Meyka menepuk bahu Ocha hingga membuatnya tersadar dan akhirnya mengalah untuk saat ini. Nasibnya yang menjadi taruhannya nanti, kalau ia sampai tidak mengerjakan tugasnya.

"Awas ya lo!"

Seiring berjalannya waktu, kelas pun semakin ramai terisi oleh sebagian makhluk yang terlihat sangat urakan.

🐁🐈

Married with Enemy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang