62. mencoba bicara

951 95 6
                                    

_______

Keheningan menguasai dua orang berbeda generasi yang tengah duduk berhadapan di salah satu meja kantin. Keduanya tidak lain dan tidak bukan adalah Keysha dan juga Angkasa - papanya Gilang.

Sejak memutuskan untuk mengajak Angkasa ke kantin, Keysha belum membuka suaranya, karna jujur dia sangat bingung harus memulai dari mana.

"Jadi...gini om..s-saya mau tanya, beneran om bakal bawa Gilang ke Australia?" Tanya Keysha berusaha menahan suaranya yang bergetar.

Angkasa mengernyitkan dahinya, dia menatap gadis didepannya itu heran "memangnya kenapa?"

"Nggak kenapa kenapa sih om, tapi kalau om bawa Gilang pergi, pasti akan banyak orang yang sedih"

Termasuk saya, lanjut Keysha dalam hati , kakinya tidak berhenti bergerak gerak di bawah meja. Dia menatap Angkasa yang juga menatapnya dengan tatapan intimidasi membuat Keysha langsung membuang tatapannya ke arah lain.

"Saya membawa Gilang untuk tinggal bersama saya di luar negeri bukan tanpa alasan dan saya juga tahu apa yang terbaik buat anak saya?" Jelas Angkasa yang membuat Keysha kembali menatap Angkasa, ia melipat kedua tangannya di atas meja, matanya menatap lurus ke dalam mata Angkasa, dia tidak peduli jika dicap tidak sopan tapi ucapan Angkasa barusan sedikit menarik dirinya untuk berbicara lebih banyak.

"Apa alasan om bawa Gilang pergi?" Tanya Keysha dengan suara seraknya, ia dengan susah payah menegak air liurnya yang terasa mencekat dilehernya.

"Banyak sekali alasannya, saya tidak mungkin membiarkan Gilang tinggal sendiri di Jakarta walaupun dia laki laki, apalagi Gilang masih SMA"

"Kenapa Gilang nggak tinggal sama mamanya di Bandung Om?" Tanya Keysha lagi tanpa tahu malu.

Angkasa mengulas senyum kecil"kamu sebenarnya siapanya Gilang? Saya tidak mungkin menceritakan masalah keluarga saya pada orang asing, apalagi saya tidak tahu kamu benar-benar temannya Gilang atau bukan, ini juga sudah jam masuk kelas dan saya juga masih banyak yang harus di urus ketimbang berbicara tidak penting dengan remaja seperti kamu" setelah mengatakan itu Angkasa beranjak dari duduknya lalu tersenyum lembut ke arah Keysha.

"Kamu jangan takut, setelah lulus SMA Gilang bebas menentukan pilihannya" Angkasa berlalu pergi meninggalkan Keysha yang masih terdiam di tempatnya dengan otak yang masih berusaha mengerti ucapan pria paruh baya itu barusan.

"Remaja kayak gue? Emang gue kayak gimana?" Gumam Keysha dengan pikiran yang berkecamuk, menghela nafas panjang, Keysha merebahkan keplanya di atas meja, menatap lurus dengan wajah lempengnya.

"Setelah lulus SMA?" Gumamnya pelan tanpa tahu maksud dari ucapan Angkasa barusan, memilih memejamkan matanya sejenak untuk kembali mengosongkan pikirannya, karena jika pikiran Keysha masih penuh, kepalanya akan berat dan Keysha yakin, dia akan berakhir di kantin hingga jam istirahat nanti. Apalagi kalau bukan tidur.

***

"Keysha!" Caca yang baru saja menginjak bibir kantin, berlari menghampiri keysha yang berada di salah satu bangku kantin dengan kepala yang tenggelam di kedua lengannya. Anya dan Dila yang tadi berjalan bersisian bersama Caca pun ikut berlari mengikuti gadis itu.

"Astaga Keysha! Bangun..orang masuk dia malah nangkring di sini, tidur lagi" Caca menggoyangkan badan keysha kuat membuat si empu melenguh kesal, semua orang mulai memasuki kantin karna bell istirahat baru saja berbunyi nyaring.

"Tadi kita udah bangunin neng tapi neng Keysha malah tambah nyenyak tidurnya" sahut salah satu bibi kantin.

"Iya bi, Keysha emang gitu, harus diteriakin dulu baru bangun" jawab Anya yang kebetulan ingin menuju ke tempat bibi kantin itu.

MAGER [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang