◽ Selamat membaca ◽
_____
Juna tidak tahu kenapa, akhir-akhir ini mood-nya sering naik turun seperti cewek sedang datang bulan. Beberapa bulan lagi dia akan lulus, waktunya banyak tersita untuk mencari beberapa buku dan menulis skripsi, yang membuatnya sering uring-uringan karena tidak punya waktu untuk menghubungi Gladis.
Tidak bertemu Gladis lebih dari setengah tahun sejak terakhir dia pulang ke Indonesia, membuat Juna dilanda rasa rindu yang mendalam. Belum lagi, banyak tugas kuliah yang harus diselesaikan dan harus dimantapkan, yang membuatnya semakin tertekan.
Belum juga mendapat gelar sarjana, banyak tawaran dari rekan kerja Papanya yang meminta cowok itu untuk bergabung di perusahaan mereka. Pikiran Juna jadi bertambah kalut, ia masih belum bisa memilih di antara banyaknya pilihan.
Malam ini, tanpa ia duga, Gladis memintanya untuk mengirim beberapa foto. Gadis itu bilang untuk menambah koleksi, karena foto Juna di ponselnya hanya foto jaman mereka SMA dan tidak banyak foto yang mereka ambil saat mereka sedang bersama.
Juna memberikan beberapa fotonya dan mereka saling berkirim pesan sebentar. Setelah itu Gladis tidak memberinya kabar selama berhari-hari. Saat Juna menelepon gadis itu, tapi tidak diangkat. Kemarin dia menelepon Om Handika, dan katanya Gladis sedang sibuk ujian.
Juna sangat memaklumi hal itu.
Hari ini adalah hari ketiga Gladis tidak mengabarinya. Hari ini pula, udara terasa lebih dingin dari biasanya, dan Juna sedang berada di salah satu klub malam bersama teman-teman kampusnya.
“Gue ke toilet bentar,” pamit William.
Juna dan Soe membiarkan cowok mesum itu pergi. Soe sedang sibuk menggoda para gadis yang berpakaian serba minim, sementara Juna hanya menikmati minumannya dengan sebatang rokok yang tinggal setengah. Juna tidak melupakan janjinya untuk tidak merokok, tapi ia hanya sesekali saja menyentuh benda itu, tidak sesering dulu.
Prang...
“Sakit! Lepasin!”
Juna menoleh tanpa minat pada keributan di sela-sela musik disko yang berdentum keras, memekakkan telinga. Fokusnya harus terbagi, antara nikmatnya rokok yang ia hisap dan seseorang yang menjadi pusat perhatian beberapa orang saat ini.
Jagain dia ya Jun, gimana pun juga dia kakak tiri gue
Kalimat Gladis terngiang di kepala Juna, membuat jantungnya berdegup cepat.
Kakak tiri gue
Kakak tiri gue
Juna berdiri, melangkah menuju keributan itu. Tepat saat tangan cowok itu ingin menampar pipi Bella, Juna menangkap pergelangan tangannya, lalu menghempaskan dengan kasar dan memberi tatapan tajam yang menusuk.
“Siapa lagi nih? Banyak banget selingkuhan lo?” Deni berdecih.
“Bukan, bukan gitu Den. Dia cuma teman gue,” Bella melangkah mundur saat Deni maju.
Semua orang yang ada di sana hanya melihat, mereka tidak begitu peduli dengan pertikaian itu. Sementara Juna langsung menarik kerah kaus Deni, menyeret cowok itu keluar dengan Bella yang terus meminta Juna melepaskan Deni.
“Jangan beraninya sama cewek!” Juna mendorong Deni sampai cowok itu tersungkur ke tanah.
“Lo nggak punya hak buat ikut campur urusan gue! Gue pacarnya, terserah gue mau ngapain aja sama dia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam event #gmghuntingwriters2021 . . . Kepercayaan layaknya cangkang telur, kamu harus menjaganya supaya tetap utuh. Jika sampai kamu membuatnya pecah, segalanya tidak akan berjalan seperti semula lagi. Meruntuhkan keperc...