■ Selamat Membaca ■
_____Ruangan khusus untuk penerimaan tamu itu berubah menjadi panas dan menegangkan. Seorang laki-laki tengah duduk di ruangan itu dengan tertunduk dan peluh yang membanjiri wajahnya.
“Jadi?”
“Sa...saya akan tanggung jawab.”
Hanya ada deru napas yang saling bersahutan antara pendengar dan pembaca. Merasa begitu banyak yang harus segera diluruskan, si pembicara mulai menarik napas dalam, merangkai beberapa kata dalam hati sebelum berucap.
“Saya tahu Tante, saya berengsek.”
“Memang.”
“Malam itu, saya kehilangan akal sehat saya. Ketika saya tahu Bella hamil, saya merasa nggak terima dengan kenyataan dan apa yang saya lakukan. Saya nggak bermaksud menyakiti Bella Tante, tapi saya butuh waktu dan belum siap dengan konsekuensinya.”
Sarah melepas kacamata kerjanya, lalu menghela napas. Lelaki di depannya ini berani sekali menampakkan batang hidungnya setelah Bella sudah resmi bertunangan dengan Juna. Di sini, Sarah ingin sekali marah dan kecewa pada keputusannya sendiri.
“Terlambat, Bella sudah bertunangan dengan Arjuna.”
“Tapi, itu bukan anak Juna.”
Sarah berdiri, berjalan menuju jendela kaca yang menunjukkan pemandangan gedung-gedung pencakar langit dan jalanan Ibu Kota yang padat merayap siang ini.
“Kemana saja kamu selama ini?”
Deni meremas kausnya. “Meyakinkan Bella.”
Deni tidak sepenuhnya berbohong, selain menenangkan diri dan mencoba menerima apa yang terjadi, ia juga berusaha meyakinkan Bella. Ia berusaha menemui Bella, meski Bella sudah dibutakan lagi dengan ambisinya untuk memiliki Juna.
“Lalu?”
“Bella nggak mau terima saya Tante, saya sudah berusaha. Sementara Juna terus menekan saya untuk jujur, saya minta maaf karena sangat terlambat. Sekarang saya sadar, kalau saya benar-benar mencintai Bella dan menyadari kesalahan saya.”
“Sudah sangat terlambat, Deni.”
Deni mengangguk kecil. “Saya tahu.”
Sarah memijat pelipisnya, mencoba berpikir bagaimana solusi akhirnya. Pada akhirnya, dia tidak bisa berpikir jernih karena beberapa urusan kantor dan juga Gladis. Tentu saja, setelah melihat bagaimana Gladis begitu takut kehilangannya Sarah menjadi takut mengambil keputusan. Dia rasa, keputusannya membuat Juna bertunangan dengan Bella adalah salah. Tapi, jika sudah seperti ini ia harus bagaimana.
“Izinkan saya meyakinkan Bella sekali lagi, Tante.”
“Bella sudah bertunangan dengan—“
“Belum menikah.”
Benar, mereka hanya bertunangan dan belum menikah. Belum sah di mata hukum.
“Pikirkan Gladis juga Tante, saya tahu Juna nggak pernah sayang Bella. Kita nggak bisa egois dengan perasaan mereka berdua, saya yakin Bella nggak akan bahagia karena Juna sama sekali nggak pernah menerimanya.”
Deni berdiri, berpamitan. Sebelum dia pergi, ia menaruh sebuah flashdisk yang sengaja dia bawa sebagai sesuatu yang seharusnya Sarah tahu. Cowok itu pergi setelah menunjukkan senyumnya.
❤❤❤
Skripsi, tugas kampus, acara bazar amal, dan organisasi sosial yang Gladis ikuti membuat gadis itu akhir-akhir ini sangat sibuk. Bahkan, saat Ali menjemputnya ke kampus, dia mengatakan tidak bisa pulang sekarang karena harus mengikuti seminar. Bicara tentang Ali, entah kenapa cowok itu tiba-tiba pulang ke Indonesia dan menemuinya. Mungkin dia malas sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)
Novela JuvenilCerita ini diikutsertakan dalam event #gmghuntingwriters2021 . . . Kepercayaan layaknya cangkang telur, kamu harus menjaganya supaya tetap utuh. Jika sampai kamu membuatnya pecah, segalanya tidak akan berjalan seperti semula lagi. Meruntuhkan keperc...