01

5.3K 380 24
                                    

Selamat Membaca ◾

______

Juna : Gue udah di depan ya, tuan putri.

Gladis terkekeh geli saat mengetikkan balasan. Dengan cepat ia memasukkan laptop dan beberapa buku ke dalam tas, tak lupa ia menyeruput minuman yang ada di mejanya hingga tandas.

Lonceng di atas pintu masuk berbunyi, menandakan ada tamu baru yang berkunjung ke cafe berukuran sedang dengan desain kekinian khas anak muda yang sedang ngehitz sekarang. Lalu seseorang menepuk bahu Gladis saat gadis itu sudah berdiri hendak pergi.

“Mau ke mana lo, Dis?”

Gladis nyengir. “Balik.”

“Gue baru datang Dis, ya ampun,” kesal Anya.

“Juna udah jemput.” Gladis merapikan rambutnya yang ia potong jadi sebahu, cewek itu terlihat lebih dewasa dengan tatanan rambut seperti itu.

Karena tidak enak dengan Anya yang baru datang, akhirnya Gladis mengurungkan niatnya untuk pergi. “Ya udah kita ngobrol dulu sebentar.”

Anya tersenyum lebar.

Btw, Juna kapan balik ke London?” Anya bertanya dengan tangan yang sibuk membuka buku menu.

“Seminggu lagi, kenapa?”

“Gue mau ikut,” rengek Anya.

“Idih.”

Anya terkekeh. Berhubungan jarak jauh dengan Zildan terlalu lama memang tidak bisa membuat hatinya tenang, Dia selalu rindu sosok cowok usil itu. Biarkan saja di bilang bucin.

“Serius Gladis, gue mau urus cuti.”

Gladis berdecak. “Nanti aja sama gue, dua bulan lagi juga libur semester ‘kan?”

“Tapi...”

“Kangen?” tanya Gladis, yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Anya.

“Kita tuh, sama-sama jalin LDR. Gue juga suka kangen sama Juna, tapi nggak lebay kayak lo gini.”

Anya mencebik, tidak suka. “Biar.”

Ponsel Gladis bergetar, foto Juna dan dirinya terpampang dilayar. Gladis segera mengibaskan tangannya agar Anya diam dulu.

Lama banget, buruan keluar atau gue susul!

Belum apa-apa Gladis sudah disembur dengan ucapan pedas Juna. Cowok itu memang susah mengubah gaya bicara yang terkadang kelewat pedas dan bisa menyakiti siapa pun.

“Iya, bentar lagi keluar.”

Lagi gibah pasti sama Anya.

Gladis terkekeh. “Lo tahu aja.”

Juna dari seberang sana terdengar menghela napas. “Bikin tambah dosa aja, buruan pulang!

“Iya bawel.”

❤❤❤

Juna mengusap rambutnya dengan handuk yang tadi diberikan Gladis padanya, malam ini ia sengaja tidak pulang ke rumah karena sudah berjanji untuk ikut makan malam bersama papa dan mama Gladis.

Setelah mandi, ia duduk di sofa yang ada di sudut ruangan, kamar milik Gladis. Enam bulan tidak singgah di kamar bercat biru muda ini, tidak banyak perubahan dari waktu ke waktu. Gladis masih menyimpan boneka doraemon koleksinya di lemari kaca, lemari pakaian yang banyak stiker doraemon masih terletak di samping meja belajar. Hanya barang-barang yang ada di atas meja belajar saja yang berubah.

“Ngapain lo, melamun?”

Juna tersentak, ia menoleh pada Gladis yang berjalan masuk ke kamar sambil membawa dua minuman kaleng.

“Mau curi barang gue ya, lo.” Tuding Gladis.

Juna berdecak. “Dari pada gue curi barang lo, mending gue curi orangnya aja. Gue bawa balik ke rumah.”

“Terus?” tanya Gladis, ia menyodorkan minuman kaleng di tangannya, minta dibukakan.

“Bibi di rumah lagi pulang kampung, lo gue bawa buat gantiin dia cuci piring,” jawab Juna.

Gladis menyipitkan matanya yang sudah sipit. “Nggak lucu!” katanya.

“Gue emang bukan pelawak.”

“Gue tahu.”

Terjadi hening cukup lama di antara mereka, sepasang kekasih itu sibuk dengan dunianya masing-masing. Sampai Gladis bosan menatap layar laptopnya yang masih memutar drama Korea.

“Jun.”

“Hm.”

“Lihat deh, cowoknya ganteng-ganteng,” tunjuk Gladis.

“Ganteng gue kemana-mana.”

“Idih, geer.”

“Kalau nggak, mana mungkin lo mau sama gue.”

Tiba-tiba Gladis tertawa terbahak-bahak, entah karena ucapan Juna barusan atau salah satu adegan di drama yang ia tonton. Game di ponsel Juna tidak lagi menarik di mata cowok jangkung itu, fokusnya langsung pada Gladis yang masih tertawa hingga rambut barunya bergoyang-goyang.

Dalam diam, Juna memperhatikan cewek itu, hanya dengan melihatnya tertawa lepas saja Juna merasa hatinya menghangat. Bahagia memang sesederhana tawa renyah Gladisya suhandika.

❤❤❤

“Ya udah sana balik.”

Gladis mendorong punggung Juna karena cowok itu masih berdiri tak bergeming dari depan pintu kamar Gladis.

“Kiss dulu, baru gue pulang,” pinta Juna, mencondongkan tubuhnya ke depan Gladis.

“Tabok nih!”

Juna terkekeh. “Ngambek,” tangannya terulur mengacak rambut Gladis.

Gladis memutar bola mata, malas. Semakin hari Juna semakin menyebalkan dengan bualannya, ia juga sedikit lebih manja sekarang. Entah dari mana dia belajar seperti itu, mungkin di London sikap barunya terbentuk.

“Udah pulang sana, keburu malam. Jangan nyebelin terus,” sungut Gladis mencubit lengan Juna.

“Antar ke depan.”

“Iya-iya, bawel banget.”

Gladis menarik kaus Juna lalu keluar duluan dan menuruni tangga tergesa, Juna sendiri sudah mengekor sambil cengengesan di belakang. Setelah pamit, Juna keluar dari pintu utama menuju mobilnya yang terparkir di pelataran, dengan Gladis yang masih setia mengikutinya.

“Masuk sana.”

Gladis mengerjapkan matanya.

“Lo duluan yang masuk mobil!”

Juna mengacak rambut Gladis, senyumnya mengembang. Setelah beberapa hal pahit yang mereka lalui di masa lalu, rasanya sekarang jauh lebih baik. “Gue balik, besok gue jemput lagi. Kita jalan-jalan,” kata Juna.

Gladis mengangguk.

See you dear.

Gladis menarik tangannya yang digenggam Juna, membiarkan cowok itu masuk ke dalam mobil. Klakson berbunyi satu kali dan Juna melambaikan tangan lalu mobil berwarna putih mengkilap itu melaju dengan kecepatan sedang melewati gerbang utama.

Hati-hati Juna.

▫◾▫

Lanjut ? Engga ?

Pembaca bijak meninggalkan jejak ya gaes 💕
Vote and comment biar semangat update 💝

🍭Okta🍭

TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang