■ Selamat Membaca ■
_____Hujan turun mengguyur kota Jakarta.
Sore ini, dia masih bergelung dengan selimut tebalnya setelah pulang dari kampus untuk mengurus administrasi akhir. Awalnya, semua tenang-tenang saja. Sebelum akhirnya Ali datang, mengacaukan tidur Gladis.
“Dis, urgent!”
“Bangun.” Ali menggoyangkan tubuh Gladis.
Gladis menarik selimutnya sampai menutupi seluruh bagian tubuh. Membuat Ali yang sedikit kesal dan harus menarik selimut itu sampai jatuh ke bawah.
“Apa sih, Li.” Protes Gladis.
“Ajarin gue matematika sekarang, urgent banget.”
“Lo, jauh-jauh dari London ke Indonesia, cuma buat minta gue ajarin matematika?” Gladis heran.
“Hehehe, soalnya banyak banget. Ayo ajarin gue!”
Gladis bangkit, mengucek matanya dan menemukan setumpuk buku paket milik Ali yang tersusun rapi di meja dekat sofa. “Lo mau bunuh gue pakai buku setebal itu?”
Ali terkekeh. “Kan gue udah bilang soalnya banyak.”
“Lo kerjain dulu, nanti yang nggak bisa baru tanya.”
“Gue, nggak bisa semuanya.”
Gladis berdecak, menatap Ali dengan tatapan datar. “Lo niat sekolah nggak, sih?”
“Serius, gue lagi pusing nggak bisa mikir. Soal-soal buat ujian nasional banyak banget.”
“Bodoamat.”
“Nanti gue beliin seblak.” Ali terus membujuk.
“Gue bukan cewek penyuka seblak.”
“Gue traktir es krim semau lo, sampai lo mabuk es krim.”
Gladis tampak berpikir, sebenarnya belakangan ini ia jarang makan es krim. Karena tawaran Ali, Gladis jadi ingin sekali makan es krim.
“Oke, habis hujan reda kita keluar cari es krim.” Putus Gladis.
Mata Ali membelalak. “Jangan sekarang juga.”
“Ya udah lo kerjain aja—“
“Iya-iya bawel, habis ini kita cari es krim, puas.”
Gladis tertawa.
“Gue nggak maksa, sih. Yang butuh ‘kan lo.”
“Ya udah jangan bawel terus! Cuci muka sana.”
❤❤❤
“Harus malam ini?”
Gladis mengetukkan jemarinya di meja, mendengar seseorang dari sambungan telepon. Ali masih sibuk menyalin banyak jawaban dari buku Gladis.
“Gue lagi sibuk, Tan.” Jawab Gladis.
“Jangan gitu dong. Ini Dandi habis ini mau pindah dinas ke luar kota, masa lo nggak mau kumpul dulu?”
Tristan benar juga, lagi pula setelah ini belum tentu mereka bisa kumpul. “Iya juga sih.”
“Selama masih bisa kumpul, usahain ya, Dis. Nggak tahu juga ke depannya kita bisa kayak gini atau nggak.”
Gladis perlahan mengangguk. “Ya udah, malam ini gue usahain bisa.”
“oke.”
Gladis menghela napas, ia kembali memainkan ponsel dengan wajah yang ditekuk. Ali yang sangat tahu perubahan mood Gladis meletakkan pulpennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam event #gmghuntingwriters2021 . . . Kepercayaan layaknya cangkang telur, kamu harus menjaganya supaya tetap utuh. Jika sampai kamu membuatnya pecah, segalanya tidak akan berjalan seperti semula lagi. Meruntuhkan keperc...